Ketaatan Sejati: Bukan hanya Diucapkan tetapi Terutama Dilakukan

Heronimus Bani
Dalam bulan Oktober sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, banyak hari bersejarah diperingati pada bulan Oktober. Ada hari kesaktian Pancasila (1 Oktober), ada hari batik nasional (2 Oktober), dan hari TNI (5 Oktober). Tetapi, secara keseluruhan, di Gereja Masehi Injili di Timor, bulan Oktober disebut sebagai bulan keluarga
Apa yang dilakukan dalam bulan keluarga oleh jemaat-jemaat GMIT? Kebaktian Utama, pada setiap hari minggu dengan “hiasan” pakaian tradisional suku-suku (etnis) tertentu. Ada pula yang mengisinya dengan peneguhan pernikahan-pernikahan, dan lain-lain. Pada akhirnya, pada 31 Oktober nanti akan seluruh jemaat di GMTI akan menutup bulan keluarga dengan memperingati hari ulang tahun GMIT, yang untuk tahun ini berumur 70 tahun.

Sebagai seorang fungsionaris di dalam Jemaat di Koro’oto, saya ditugaskan untuk menyampaikan renungan pada minggu kedua (8 Oktober 2017). Tema yang disodorkan sebagaimana yang tertera pada judul tulisan ini. Saya bagikan di link ini, dengan harapan menjadi berkat bagi mereka yang sempat membacanya.

Bacaan Lainnya

Ketaatan Sejati: Bukan hanya diucapkan tetapi Terutama dilakukan

Kategori: Bapa-Mama

Matius 21:28-32

Saudara-saudara yang dikasihi Yesus Kristus Tuhan dan Kepala Keluarga Kristen. Hari ini, kita memasuki minggu kedua dalam bulan Oktober 2017. Kita disuguhi satu piring tema: Ketaatan Sejati: Bukan hanya diucapkan tetapi Terutama dilakukan. Sepiring tema ini bersumber dari Matius 21:28-32. Penulis Matius, oleh Roh, ia mendapat tuntunan untuk menuliskan suatu perumpamaan yang pernah diucapkan Yesus. Banyak perumpamaan yang diucapkan Yesus sebagai Guru yang mengajar dan mendidik. Salah satunya yang dicatat Matius.

Dikisahkan bahwa ada dua laki-laki kakak-adik. Ayah mereka meminta keduanya untuk pergi bekerja di kebun. Anak Anak pertama, menyatakan ketidaksiapan, tetapi kemudian menyesal dan pergi. Anak kedua, menyatakan kesiapannya, tetapi, tidak pergi. Kedua sifat ini menunjukkan ketaatan dan ketidaktaatan; kepatuhan dan ketidakpatuhan.

Saudara-saudara, bila diperhadapkan dengan dua sifat seperti ini, semua orang yang waras akan memilih sifat taat yang baik. Yang mengatakan Ya, dan bekerja. Bukan ya, dan diam atau melakukan yang berbeda dari yang dimintakan.
Ada orang membuat klasifikasi sifat taat, sebanyak 7 macam : (1) taat terpaksa; (2) taat persuasive, dibujuk, diiming-imingi hadiah; (3) taat argumentative, taat karena ada hal yang menguntungkan; (4) taat kompromi, sudah mengetahui tetapi masih menawar; (5) taat legalistic, taat karena bunyi aturan (aturan memaksa); (6) taat rasionalistik, bersifat rasional sehingga ketaatan yang demikian mencari alasan pembenaran; (7) ketaatan sejati; ketaatan seorang hamba.

Sifat ketaatan yang demikian pada poin 1-6 ada pada umumnya manusia. Siapa manusia yang mau taat seperti seorang hamba? Siapa yang akan dengan mudah menyesal seperti anak kedua, lalu taat pada perintah orang tuanya?
Manusia yang taat secara terpaksa akan bekerja secara terpaksa pula. Mereka yang diiming-imingi hadiah, gaji dan lain-lain; kalau hadiah sudah didapatkan, ketaatan pun hilang. Mereka yang mencari pembenaran, bila berhasil, maka tidak akan melakukan perintah yang diberikan kepadanya. Sama halnya dengan mereka yang suka menawar. Jika tawarannya berhasil, itu sama dengan telah berhasil berkelit untuk tidak melakukan perintah. Lalu, ada manusia yang taat secara munafik. Ketaatan ditunjukkan laksana lipstic di bibir; bedak dan meik aap di wajah gadis cantik, ibu bagaya. Habis pesta lipstick, bedak dan meik aap habis pula, lalu kembali kelihatan keriput dan pori-pori di wajah. Menemukan manusia yang taat secara total tidaklah mudah.

Kita ingat kisah seorang prajurit yang minta hambanya disembuhkan . Ketika Yesus ingin ke rumahnya, ia justru meminta Yesus tidak perlu ke sana. Ia mengirim kabar kepada Yesus dengan gambaran ketaatan para prajurit. Ketaatan prajurit adalah ketaatan yang total. Totalitas dalam hal pengertian, orang menyerahkan keseluruhan diri, jiwa dan raga. Mereka tidak mempunyai perhitunggan untung-rugi; tidak ada tawar-menawar, dan lain-lain sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya. Itulah ketaatan.

Bagaimana hubungannya dengan ibadah hari ini yang focus perhatian kita pada bapa-mama. Bila kita berkaca pada kisah Matius 21:28-32 dimana ada dua sifat di sana, Ya, tetapi tidak taat. Ada kemunafikan, ada perhitungan untung-rugi, ada tawar-menawar, dan lain-lain hal yang menyebabkannya tidak pergi. Lalu, Tidak, tetapi menyesal dan taat pada orang tua.

Adakah sifat-sifat itu pada bapa-mama? Mari memperhatikan; isteri yang cakap siapakah yang akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata .Saya teringat lagu yang sedang dilatih dan dinyanyikan oleh kaum perempuan tentang isteri yang teramat manis. Sungguh siapapun orang laki-laki yang sudah menjadi suami menginginkan isterinya yang teramat manis.

Demikin sebaliknya, siapapun orang perempuan yang sudah menjadi isteri, menginginkan suaminya yang teramat mengasihi dan melindungi. (Bacalah Efesus 5: 22-33; 1 Petrus 3:7)

Efesus 5:21; dan rendahkanlah dirimu seorang kepada yang lain di dalam takut akan Kristus; Bosong samua musti baku topang deng baku dengar satu deng satu. Te begitu, bosong kasi tunju hormat deng taku sang Yesus Kristus (teks MK); Hi ar-arki ro he mmatornatan ma mmanenan es nok es. Fin nok ranan naan, hi miruru’ ma mikrira’ rais hormaat ma rasi mtaus meu Yesus Kristus (teks Amarasi)

Bagaimana dengan anak-anak? Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa anak-anakpun harus taat pada orang tua. Anak-anak selalu diperingatkan dengan hukum kelima , hormatilah ayah dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

Saudara, khususnya anak-anak, mari belajar dari pemuda Daud. Ia mendapat perintah dari ayahnya untuk mengantar perbekalan kepada kakak-kakaknya di medan tempur. Ia bahkan harus bertemu dengan komandan pasukan seribu. Daud taat pada Isai, ayahnya.Daud adalah contoh seorang anak yang taat kepada orangtuanya! Ketika mendapat perintah dari ayahnya, “Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakakmu. Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang suatu tanda dari mereka.” (1 Samuel 17:17-18), maka segeralah ia mengerjakan apa yang disuruh. Tanpa menunda-nunda waktu ia bangun pagi-pagi dan segeralah “…mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai kepadanya.” (1 Samuel 17:20). Bangun pagi-pagi menyiratkan bahwa Daud adalah seorang yang rajin. Selain taat Daud adalah seorang yang bertanggung jawab, terlihat dari cara ia meninggalkan tugas pekerjaan yang sedang dilakukannya yaitu menitipkan terlebih dahulu kambing dombanya kepada seorang penjaga, dan barulah ia pergi.

Di zaman sekarang ini ada banyak anak muda yang kurang menghormati orangtuanya dan suka sekali membantah perintah orangtua. Padahal ketaatan kepada orangtua akan melatih dan membentuk kita untuk bisa taat kepada Tuhan.

Saudara-saudara. Ada orang mengatakan , ketaatan itu sederhana. Apanya yang sederhana? Cukuplah dengan melakukan apa yang dimintakan, diperintahkan. Selesai. Lalu mengapa taat itu bermasalah? Karena hati manusia selalu “berontak” pada perintah. Manusia selalu membuat perhitungan atas perintah yang diterimanya.
Total taat atau Munafik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *