GURU DESA, OBAT NYAMUK BAKAR DAN RECHARGING

Siswa SD Bimous bersama Kepala Sekolah
Heronimus Bani
Heronimus Bani

Pada satu kesempatan bercakap-cakap secara lepas dengan seorang teman, ia mengucapkan kata-kata “energi obat nyamuk bakar”. Kalimat itu menggelitik sehingga saya ambil dan tambahkan dengan kata guru dan sambungannya itu sebagai judul tulisan ini. Saya ditarik masuk dalam makna dari kalimat itu ketika saya membayangkan fakta bahwa obat nyamuk bakar, ternyata membuang energinya dengan meracuni makhluk lain yaitu serangga yang disebut nyamuk, pada saat yang sama ia membuat nyaman untuk sementara waktu penghuni rumah, namun obat nyamuk itu sendiri pada akhirnya tidak berdaya lagi karena ia kehabisan jasad/materi pada dirinya sendiri, dan energinya pun sirna. Padahal, serangga nyamuk itu jika dicermati, mereka tidak mati, hanya pingsan, lalu akan bangkit lagi untuk memperbanyak keturunannya.

Saya mencoba mendalami juga secara imajinatif bahwa jika guru yang telah menyerahkan dirinya bagi dunia pendidikan telah membuang energinya untuk “meracuni” anak didiknya dengan pengetahuan, ketrampilan, akhlak/moral dan lainnya, lalu sang guru mesti melakukan recharging agar energinya terus terjaga, sekalipun sudah ada kepastian bahwa kelak ia akan menhakhiri tugasnya bahkan akan mangkat. Para siswa yang telah menerima energi yang disebarkan oleh sang guru sebaiknya merasa tidak teracuni tetapi justru mendapatkan injeksi motivasi untuk bangkit menjadi creator-creator dan inovator-inovator baru pada masing-masing bidang kepakarannya. Bukankah hal ini menarik? Saya ingin memberi makna pada konsep itu dengan menuliskannya dengan judul Guru Desa, Obat Nyamuk Bakar dan Recharging.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *