Ende-infontt.com,- Hasil kerja PT. Agogo Golden Grup pada ruas jalan Provinsi Detusoko – Maurole di Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kini menyita perhatian publik, pasalnya ruas jalan yang baru setahun dikerjakan ini sangat memprihatinkan akan kerusakanya. Nampak jelas kerusakan terparah pada bahu jalan serta beberapa titik badan jalan.
Proyek pembangunan Ruas Jalan Detusoko – Maurole, dikerjakan dengan menggunakan dana APBD I NTT, sebesar Rp. 3. 066.999.000, oleh PT. Agogo Golden Grup, dibawah koordinasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Bidang Bina Marga, Seksi Pembangunan Jalan Flores.
Hasil dari pekerjaan kontraktor ini memantik reaksi warga akan kualitasnya, bahkan tak tanggung-tanggung menuding pekerjaan yang dilakukan kontraktor pelaksana tidak sesuai dengan bestek.
Warga Desa Maurole kepada media Jumat, 16 September 2016 menjelaskan bahwa pekerjaan jalan ini terkesan asal jadi dan tidak memperhatikan kualitas, sehingga pekerjaan jalan baru setahun ini sudah terlihat rusak parah.
“Ini kualitas kontraktor dipertanyakan, belum masuk musim hujan saja sudah begini, apalagi musim hujan kelak dan ruas jalan seperti ini akan mempengaruhi keselamatan bagi pengguna jalan,” ujar Thadus Ndua.
Lanjutnya, apabila kondisi ini dibiarkan, dirinya bersama masyarakat akan segera laporkan masalah ini kepada pihak berwajib untuk segera diperiksa. “kalau biarkan lama, kami akan lapor polisi dan jaksa untuk periksa,” pungkas Ndua.
Sementara itu pengamat masalah konstruksi, Vincen Mone.ST kepada wartawan menjelaskan, kerusakan yang terjadi pada ruas tersebut, kemungkinan tidak sesuai dengan spesifikasi, juga diakibatkan oleh kurangnya data pendukung dalam perencanaan. Pasalnya, kalau konstruksi dilakukan berdasarkan spek serta perencanaan, usia pemakaian jalan akan bertahan sampai 10 tahun.
“ Saya menduga kondisi jalan yang rusak, disebabkan oleh konstruksi yang kurang memperhatikan spek. Sebab kalau dia bangun jujur dan lurus berdasarkan RAB dan kontrak pasti kualitas akan bertahan lama, selain fokus pada spek pekerjaan, kontur tanah menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Kontur itu harus dikaji pada saat melakukan studi kelayakan perencaan konstruksi tersebut,” ungkap Vincent.
Lanjut Vincent, hasil dari studi kelayakan akan diperhitungkan dalam pembuatan RAB yang berujung pada spesifikasi konstruksi jalan.
“Kontur dan kondisi tanah harus diperhatikan juga. Sebab kondisi tanah akan mempengaruhi konstruksi jalan. Bahkan kondisi tanah bia berubah setiap saat, walau telah lakukan BAP FHO oleh panitia dan pengguna anggaran,” jelasnya.
Kepala Seksi Pembangunan Jalan NTT, Bidang Bina Marga, Dinas PU Pera NTT, Alfons Theodurus, ketika hendak dikonfirmasi di kantornya terkait persoalan ini, sedang bertugas mendampingi atlit NTT yang berlaga di PON Jawa Barat.
Demikian juga Tata Gaspersz, Ketua Tim Panitia FHO Wilayah Flores, yang hendak dikonfirmasi soal ini, tidak berada di kantor hingga berita ini diturunkan. (fnt/timur)