Tri Rismaharini Turun ke Kupang, Kemensos Beri Kekuatan bagi Korban TPPO di NTT

Menteri Sosial Tri Rismaharini berdiskusi dengan para korban TPPO di Sentra Efata Kupang.

Oelamasi-InfoNTT.com,- Menteri Sosial Tri Rismaharini mengunjungi Sentra Efata Kupang di Naibonat, Kabupaten Kupang-NTT bertemu 18 korban TPPO dari 9 kabupaten di NTT, Kamis (8/8/2024) pagi.

Para korban TPPO ini berasal dari Kabupaten Kupang, TTS, Belu, Alor, Lembata, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sabu Raijua.

Pada kesempatan tersebut, Menteri Tri Rismaharini beraudiens langsung dengan para korban TPPO. Menteri memastikan akan ada bantuan pemberdayaan dan dicek mulai alamatnya di mana dan model bantuan yang akan diberikan seperti apa agar benar-benar dirasakan manfaatnya oleh para penerima bantuan.

Kementerian Sosial melalui Sentra Efata di Kupang mengambil langkah sigap dalam menangani 18 perempuan korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) asal Nusa Tenggara Timur yang diamankan pihak berwenang di Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada Jumat 19 Juli 2024.

Dengan koordinasi intensif dan pendampingan menyeluruh, Kementerian Sosial berupaya mengembalikan hak dan martabat para korban melalui berbagai program rehabilitasi dan pemberdayaan di Sentra Efata Kupang.

Menteri Sosial Tri Rismaharini meninjau secara langsung kondisi para wanita tersebut dan memberikan dukungan moril kepada mereka.

“Tidak mudah bekerja di luar negeri. Saya tahu kalian kesulitan, tapi bukan berarti tidak bisa diselesaikan. Percayalah Tuhan akan membantu kita, Tuhan tidak tidur. Tuhan akan membantu kita jika kita berusaha,” tutur Mensos menyemangati para korban TPPO tersebut.

Delapan belas perempuan yang berumur 17 hingga 41 tahun itu merupakan calon pekerja migran illegal yang dijanjikan untuk bekerja ke berbagai negara seperti Hongkong, Singapura dan Taiwan.

Dengan berbagai latar belakang, mereka tergiur akan iming-iming upah besar dan status pekerjaan di luar negeri. Akan tetapi, mimpi mereka itu belum juga terwujud, sementara kontrak yang mengikat mereka membuat mereka tidak bisa mundur dan kembali ke kampung halaman. Mereka bersama 8 orang lainnya pun terjebak di ppenampungan di Blitar sampai akhirnya diamankan pada Juli lalu.

Putri Aprilia Charisima (23) dan ketujuh belas rekannya akhirnya bisa menginjakkan kaki kembali di Kupang pada 30 Juli 2024. Mereka kini mengikuti berbagai program pelatihan di Sentra Efata Kupang, seperti tata boga, pertanian, beternak, dan menenun, sesuai dengan minat dan kondisi daerah asal mereka.

Berbagai macam pelatihan tersebut berlangsung selama satu hingga dua bulan, bergantung pada jenis pelatihannya. Putri merasa tak percaya dan penuh Haru mengetahui Mensos Risma mendatangi mereka dan berdialog dari hati ke hati. Putri bahkan kesulitan berbicara dan menitikkan air mata saat menceritakan kisahnya kepada Mensos.

“Di tempat asal saya kesulitan air. Jadi meskipun memiliki lahan, tetap kesulitan untuk menanam,” ucap Putri terbata-bata sembari menahan tangis.

Layaknya seorang ibu, Mensos Risma menepuk-nepuk bahu Putri dan memberinya waktu untuk menenangkan diri.

Selain mendengarkan keluhan, Mensos juga menawarkan solusi bagi mereka, misalnya saja bagi Sariyanti Ngongo (25). Wanita asal Desa Kalumbitillu, Sumba Barat Daya ini ingin bekerja di luar negeri demi membiayai orang tuanya yang sakit.

Mensos pun menawarkan untuk membawa orangtuanya ke Sentra Efata agar dibantu untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Mensos juga berpesan agar bukan hanya para korban TPPO ini yang ditangani, tapi juga sanak keluarga mereka.

Tak hanya itu, Mensos juga menyarankan agar para wanita ini mengikuti tak hanya satu macam pelatihan, misalnya saja pelatihan tenun dan jahit sekaligus agar mereka bisa meningkatkan produktivitas mereka.

Laporan: Chris Bani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *