Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang Rakor Deteksi Dini Preventif dan Respon Penyakit 

Kupang-InfoNTT.com,- Pemerintah Kabupaten Kupang melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang menggelar Rapat Koordinasi dan Evaluasi Pelaksanaan Deteksi Dini, Preventif , dan Respon Penyakit Tingkat Kabupaten Kupang Tahun 2024, Kamis (25/7) di Hotel T-More, Kota Kupang.

Rakor itu sendiri dibuka oleh Penjabat Bupati Kupang Alexon Lumba, yang diwakili Asisten 2 Sekda Kabupaten Kupang Mesakh Elfeto.

Bacaan Lainnya

Rakor itu sendiri dianggap penting karena perlu adanya upaya deteksi dini, prenventif, dan responsive terhadap beberapa penyakit yang menyebabkan Kejadian Luar Biasa di Kabupaten Kupang, seperti Rabies, TBC dan Polio.

Mesak Elfeto dalam sambutannya saat membuat rakor tersebut mengatakan, pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.

Dilanjutkan, pelaksanaan pembangunan kesehatan dikatakan berhasil jika setiap komponen bangsa telah memiliki kesadaran yang kuat tentang pentingnya hidup sehat, yang digambarkan melalui capaian pengendalian penyakit juga penerapan pola hidup bersih dan sehat.

Ia menambahkan, penerapan pola hidup bersih dan sehat ini sangat diakui masih sangat jauh dari apa yang diharapkan. hal ini tergambar dengan masih munculnya berbagai penyakit menular dan tidak menular.

Pada tahun 2023, Provinsi NTT diguncangkan oleh beberapa penyakit menular yang menyebabkan KLB pada beberapa kabupaten. Penyakit – penyakit tersebut antara lain campak, pertusis dan rabies.

Sebagaimana diketahui bersama, saat ini kabupaten kupang juga sedang mengalami darurat bencana non alam kejadian luar biasa rabies. Rabies merupakan salah satu penyakit menular dengan tingkat mortalitas/kematian sangat tinggi yaitu 99 persen pada manusia maupun hewan pembawa rabies jika sudah terinfeksi.

Menurut Elfeto, ketika seseorang tergigit hewan pembawa rabies yang terinfeksi rabies, maka risiko kematian sangat tinggi jika tidak mendapatkan penanganan tepat sesaat setelah di serang oleh hewan pembawa rabies tersebut. Untuk mengidentifikasi hewan pembawa rabies sudah terinfeksi atau tidak, sangat sulit dilakukan pada masa inkubasi berlangsung.

“Demikianpun pada manusia, sehingga satu – satunya cara agar virus rabies yang ditularkan tidak aktiv dalam tubuh manusia adalah melalui penanganan sesaat setelah diserang hewan pembawa rabies tersebut, dimana selekasnya mencari fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan sesuai standar,” ujar Mesakh Elfeto.

Khusus untuk KLB Rabies yang terjadi, Mesakh Elfeto atas nama Pemerintah Kabupaten Kupang, memberikan instruksi khusus, yaitu menertibkan semua hewan yang berppotensi menyabarkan Rabies di Kabupaten Kupang.

Melihat tingginya risiko kematian akibat terinfeksi rabies, maka melalui kesempatan ini saya menegaskan kepada semua pihak dari tingkat kabupaten sampai ke tingkat desa dan kelurahan bahkan sampai seluruh masayarakat Kabupaten Kupang, agar segera melakukan penertiban semua hewan pembawa rabies dengan cara diikat dan atau di kandangkan sehingga tidak menyerang manusia.

Hewan yang paling dominan sebagai pebawa rabies adalah hewan anjing. Untuk itu lakukan vaksinasi masal terhadap hewan pembawa rabies tersebut. Selain itu, lakukan himbauan secara terus menerus kepada masyarakat, agar jika digigit hewan pembawa rabies, segera mencari fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan pasca digigit sesuai standar.

“Secara nasional, terjadi kekosongan vaksin anti rabies oleh karena pasokan dari negara pembuat vaksin anti rabies tersebut terlambat melakukan pengiriman ke indonesia, sehingga dengan demikian, sekali lagi saya sampaikan bahwa lakukan penertiban semua hewan pembawa rabies. sehingga tidak terjadi masalah dimana orang yang tergigit hpr tidak mendapatkan vaksin anti rabies sesaat setelah diserang oleh hewan pembawa rabies,” tegas Elfeto.

Mesakh Elfeto menambahkan, selain rabies saat ini prioritas nasional dalam pelaksakaan pencegahan dan pengendalian penyakit menular masih tertujuh ke penyakit HIV/AIDS, TBC dan malaria, dimana secara global telah disepakati bahwa pada tahun 2030 ketiga penyakit tersebut harus sudah tereliminasi. ketiga penyakit tersebut, masing – masing memiliki persyaratan eliminasi.

Turut hadir dalam rakor tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang Yoel Laitabun, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kupang Pandapotan Sialagan, Para Camat se- Kabupaten Kupang, dan Para Kepala Puskesmas se- Kabupaten Kupang.

Laporan: Prokopim 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *