Kupang-InfoNTT.com,- Sudah menjadi rahasia umum di Kabupaten Kupang bahwa Bupati Kupang, Drs. Korinus Masneno dan Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe, SH. M.Th pecah kongsi. Pasangan dengan paket yang disebut KOMITMEN rada berpisah sejak setahun terakhir.
Memasangkan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah ibarat kisah Siti Nurbaya yang dipaksa menikah dengan pasangan yang belum dikenal. Dalam perjalanan setelah menikah, karena tidak saling mengenal, tidak ada yang mau menurunkan ego.
Alih-alih mencari akar permasalahan dan menemukan solusi pemecahannnya justru yang ada malah keduanya rada memilih berpisah. Tak ada mediasi dengan pasangan atau konsultasi dengan masyarakat. Keduanya di persimpangan jalan, antara memilih mengalah atau menyerah.
Analogi yang tepat lebih baik pisah daripada serumah namun berlainan isi hati. Ketika menyimak kisah Paket Komitmen yang kini tersiar akan berpisah pada Pilkada Kabupaten Kupang bulan November mendatang, kiranya analogi itu tepat. Hingga saat ini keduanya masih berdiam diri sambil menyimak kondisi lapangan, sembari menyusun kerangka pikir dan kurva statistik opini publik, dan meningkatkan kualitas strategi pendekatan di lapangan, sambil terus memainkan bidak catur politik.
Drama rivalitas yang berujung dengan perpisahan bukan lagu baru yang dipertontonkan para kepala daerah dan wakil kepala daerah sejak dipilih secara langsung. Sejak awal, potensi ketidakcocokan sudah ada. Calon kepala daerah tidak bisa memilih sendiri pasangannya. Dia dipilihkan dan sering kali pilihan dari partai pengusung atau koalisi pada menit-menit akhir pendaftaran. Hal yang terjadi dengan Paket Komitmen, Korinus Masneno adalah birokrat tulen dan Jerry Manafe adalah politisi ulung yang tak bisa dipandang enteng jam terbangnya, namun tetap pecah di penghujung masa jabatan.
Sebentar lagi keduanya akan saling berlawanan, saling pertontonkan kualitas program dari visi dan misinya. Mau tidak mau, suka tidak suka, dua kandidat yang cukup kuat ini akhirnya harus rela tak saling merangkul di Pilkada kali ini, kecuali keduanya mau kembali bersatu alias jilid II.
Saya menulis dari sudut pandang jika pada dalam Pilkada November nanti keduanya bertarung. Maka, baik Korinus Masneno maupun Jerry Manafe harus rela dipasangkan dengan seseorang yang belum tentu langsung memiliki chemistry sebagai pasangan yang sudah saling mengenal terlebih dahulu di masa kampanye dan saling mempelajari ketika mengarungi rumah tangga selama lima tahun jika terpilih.
Sebaliknya keduanya harus memikirkan secara matang dari segala kalkulasi politik baik dukungan poros maupun nanti sudah terpilih. Masing-masing pasangan patutlah memilik secara ekstra hati-hati karena penentuan pasangan menjadi bagian tersendiri dari kalkulasi politik setiap poros, yang pastinya untuk menang bukan kalah. Selanjutnya, pemilihan pasangan harus mencari yang terbaik agar kemudian terpilih, bisa membawa amanat rakyat Kabupaten Kupang sebagia kepala daerah yang mampu berbagi kekuasaan untuk menatakelola daerah ini.
Selain itu, para kandidat (bakal calon) wakil dari Korinus Masneno dan Jerry Manafe yang kemudian akan diminta sebagai pasangan, juga harus mencermati secara matang bukan asal terima. Di mana hal yang tidak kalah penting dan perlu dijaga adalah tidak semua kepala daerah mau berbagi power dengan wakil kepala daerahnya. Bagi yang tak mau berbagi, menyebabkan wakil kepala daerah seakan-akan non job meski aturan mengaturnya bahwa ada pembagian tugas.
Dalam porsi pemikiran ini, Korinus Masneno dan Jerry Manafe sangat memahami karena sudah berpengalaman dalam dunia politik dan birokrasi. Keduanya paham betul bahwa jika dalam konstelasi Pilkada nanti, siapa memiliki kontribusi yang besar atas kemenangan, maka dia adalah vote getter atau berkontribusi dalam dana pemilihan sehingga menuntut kekuasaan yang sepadan. Disclaimernya, walaupun kepala daerah jauh lebih memiliki power dalam kekuasaannya.
Kita ketahui bersama, kecil kemungkinan Korinus Masneno dan Jerry Manafe kembali maju bersama dalam Pilkada tahun 2024. Dalam beberapa momentum, nampaknya ada disharmoni yang terjadi pada kedua pemimpin ini.
Tentu masyarakat berharap agar keduanya bisa mengontrol tim masing-masing agar tidak saling menjatuhkan atau menjelekkan satu dengan yang lainnya. Bagaimana pun Korinus Masneno dan Jerry Manafe adalah pemimpin yang menjadi bagian dari perjalanan pembangunan dan pengembangan daerah Kabupaten Kupang.
Jika ada isu keduanya pecah kongsi hanya didasarkan pada kepentingan pragmatis dibandingkan strategis, seperti kesamaan visi misi, kesamaan program yang akan dijalankan. Atau juga “perkawinan” mereka lebih pada pembagian kekuasaan belaka sehingga jika terjadi ketidakcocokan atau salah satu pihak melangkahi perjanjian, pembagian kekuasaan ini menyebabkan perpecahan, maka biarkan itu menjadi cerita tersendiri dalam kehidupan perpolitikan di daerah Kabupaten Kupang.
Konflik setiap pasangan kepala daerah dampaknya relatif minim dari segi tata kelola pemerintahan. Soalnya, peran wakil bupati secara normatif hanya membantu peran kepala daerah. Tak heran jika peran wakil bupati biasanya hanya sebagai “ban serep”. Namun, kepala daerah pun harus mampu melihat situasi ini dengan bijak, secara politik, tentu akan menimbulkan kondisi tidak kondusif dalam menjalankan program-program kepala daerah. Apalagi, perpecahan politik ditunjukkan secara terbuka, misal di dalam implementasi program. Fatalnya, kasus seperti ini menimbulkan tidak kondusif jalannya roda pemerintahan.
- Masneno dan Manafe Saling Fight?
Pasca pemilihan legislatif (pileg) 2024, peta politik dalam pemilu kepala daerah (Pilkada) November mendatang dipastikan bakal seru. Pasalnya, perubahan struktur pimpinan di DPRD Kabupaten Kupang akan berdampak pada tokoh-tokoh yang akan diusung.
Ekspektasi apa yang kita harapkan jika keduanya maju bertarung dan saling fight? Apa reaksi masyarakat jika Korinus Masneno dan Jerry Manafe menjadi rival dalam Pilkada Kabupaten Kupang November nanti? Siapa menang dan siapa kalah? Ini menjadi pertanyaan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Kupang apalagi bagi tim pemenangnya masing-masing.
Dalam diskusi beberapa waktu lalu bersama Korinus Masneno dirinya secara gamblang akan ikut bertarung di Pilkada jika tidak ada kendala ke depan. Banyak program yang sudah disusun dan dikemas untuk melanjutkan seluruh visi misi yang sudah dijalankan dan diperjuangkan pada periode pertama.
Kandidat wakil Korinus Masneno sudah ada dalam sakunya. Yang kini juga bisa dipastikan, kombinasi koalisi parpol di Pilkada Kabupaten Kupang tidak berbanding lurus dengan komposisi koalisi parpol di pusat. Ditambah dengan parpol non parlemen di pusat tetapi punya kursi di DPRD.
Asumsinya, Korinus Masneno sudah memperhitungkan hal ini secara matang. Pada pilkada kali ini, dipastikan koalisi parpol cenderung berjalan tanpa pola. Tidak ada pertimbangan ideologis parpol. Yang ada adalah bagaimana memenuhi persyaratan dengan jumlah dukungan parpol yang mempunyai kursi di parlemen yang berasaskan kekuatan tokoh dan amunisi anggaran yang kuat.
Bagaimana dengan Jerry Manafe? Keputusan untuk bertarung sebagai calon kepala daerah tentu bukan hal yang mudah. Jika dilihat lebih dalam secara emosional politik, keputusan ini sebenarnya merupakan antiklimaks dari ketidakharmonisan hubungannya dengan sang kepala daerah. Herannya dirinya bertahan sampai penghujung masa jabatan.
Jerry Manafe akhir-akhir ini lebih banyak “diam” dan mencermati situasi politik. Nampak sekali tidak terdengar riak di antara keduanya dalam hal tidak harmonisnya hubungan dirinya dan Korinus Masneno. Apakah diam ini menjadi bagian dari menjaga tali persaudaraan antara dirinya dan Korinus Masneno yang menurut banyak orang keharmonisan hanya seumur jagung. Yang menurut masyarakat perang dingin itu justru sudah berlangsung lama.
Tak saling menjatuhkan hingga akhir periode inilah yang mematahkan asumsi masyarakat. Tidak jelas penyebab pecah kongsi antar keduanya. Namun yang pasti Jerry Manafe akan maju bertarung, entah siapa wakilnya.
Melihat peta politik tahun 2024 akan terasa berbeda. Pertarungan akan lebih sengit. Sebab, jika melihat ke depan, tak ada lagi peran tokoh sentral yang menjadi jembatan semua latar belakang kepentingan dan tokoh.
Jika pilkada sebelumnya, ada peran tokoh sentral sebagai jembatan politik. Kali ini, suasananya akan berbeda. Potensi calon kepala daerah mempunyai akar pengalaman sendiri. Mereka sudah dibentuk berdasarkan pengalaman selama berkarir di bidang masing-masing.
Pilkada yang lalu, ada peran tokoh sentral untuk penentuan calon bupati-wakil bupati. Saat ini peran itu tidak ada. Keduanya sudah menjelma menjadi tokoh masing-masing. Kita nantikan terbukanya tirai politik Kabupaten Kupang. Kalah dihempas dan berpeluang menjilat, jika mau. Menang dipuja. Semoga semuanya untuk rakyat.
Penulis: Chris Bani