Para Tokoh Adat Desa Bonle’u Lakukan Ritual Sebelum Menutup Sumber Mata Air

Para tokoh adat desa Bonle’u saat melakukan ritual adat sebelum menutup sumber mata air.

Soe-InfoNTT.com,- Penutupan sumber mata air Bonle’u oleh warga masyarakat Desa Bonle’u Kecamatan Tobu Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), ditandai dengan ritual adat secara bergantian oleh tokoh adat Desa Bonle’u. Para tokoh adat ini juga sebelumnya melakukan ritual adat untuk melepaskan air ke Soe pada salah satu titik pembuangan di Upumnasi wilayah setempat. Selain itu juga dilakukan penutupan di sumber mata air di Gunung Mutis.

Kepada wartawan disela-sela penutupan sumber mata air Minggu (30/5/202), parah Amaf Obed Liem, Markus Liem, Simon Liem didampingi oleh Meob Ollin-Fobia Desa Bonle’u, mengatakan, pihaknya sepakat melakukan penutupan sumber mata air sebagai bentuk kekecewaan terhadap Pemda TTS yang tidak pernah ada perhatian pemerintah kepada Desa Bonle’u yang berkontribusi untuk daerah.

Bacaan Lainnya

Oleh karena itu, dalam berita acara penutupan tersebut dituangkan lima item permintaan masyarakat atas janji para pemerintah kepada masyarakat TTS.

Kelima item tersebut diantaranya, permintaan pertama, pembangunan jalan aspal (Hotmix) dari Saubalan ke Desa Bonle’u, kedua, pembangunan jembatan, ketiga perluasan jaringan listrik bagi masyarakat Desa Bonle’u yang belum menikmati listrik, pengembalian 10 persen dan poin kelima, jika Pemda Kabupaten TTS tidak menghendaki maka jaringan pipa yang melintasi tanah warga Bonle’u agar segera dicabut.

Sementara itu, tokoh adat yang juga tokoh Agama Markus Liem menegaskan sejak 1996 sumber mata air Bonle’u ditarik ke Soe sama sekali tidak ada perhatian pemerintah.

Sampai pada 2021, sudah alokasikan anggaran tetapi setelah proses tender selesai, masyarakat mendengar informasi jika pekerjaan jalan menuju Desa Bonle’u dibatalkan. Hal inilah yang membuat masyarakat kecewa sehingga mengambil sikap untuk tutup air sampai adanya pekerjaan jalan dari Saubalan menuju Desa Bonle’u.

Hal senada dikatakan, Joni Babu yang merupakan Meob dari Ollin-Fobia bahwa pihaknya sangat kecewa karena selama ini Bonle’u dijadikan sebagai tempat titipan. Yang mana sejak 2019, sudah dialokasikan anggaran untuk pekerjaan jalan, tetapi sampai saat ini jalan tersebut tidak pernah dikerjakan.

Bahkan pada 2021 lanjut Joni, sudah alokasikan anggaran sebesar Rp 3,5 miliar tetapi direvocusing sementara item pekerjaan lain di desa lain tetap berjalan.

Oleh karena itu, kami menutup air sampai adanya pekerjaan jalan Hotmix dari Desa Saubalan ke Desa Bonle’u maka kami akan lepas air menuju Kota Soe dan kembali dikelolah oleh PDAM Soe.

Kami bukan tutup total, tetapi tutup sebagai bentuk tagih janji kalau jalan Hotmix sudah dikerjakan, maka kami akan lepas air kembali ke Kota Soe,Ujarnya.

Sebelum ritual adat penutupan sumber mata yang dihadiri oleh para Amaf Desa Bonle’u yang terdiri dari Liem-Olla, Baun-Anone yang didampingi meob diantaranya Ollin-Fobia, digantungkan sebatang daun yang merupakan tanda larangan agar bagi siapa saja untuk tidak serta merta melepaskan air kembali ke Soe tanpa sepengetahuan tokoh adat, tokoh masyarakat dan para Amaf dan Meob Desa Bonle’u.

Daun yang digantungkan sebagai larangan tersebut, diserahkan oleh Meob Ollin-Fobia, Joni Babu dan diterima oleh para Amaf yakni Obed Liem, Markus Liem dan Simon Liem disaksikan oleh para masyarakat yang mendukung penutupan sumber mata air tersebut.

Penutupan sumber mata air tersebut juga dituangkan dalam satu berita acara penutupan sumber mata air yang dibacakan oleh salah seorang Meob, Melky Fobia. Berita acara tersebut juga ditandatangani oleh 97 masyarakat Desa Bonle’u sebagai utusan dari ribuan masyarakat Desa Bonle’u.

Pantauan media ini di lokasi Ditengah pelepasan air pada salah satu pembuangan itu, datang Camat Tobu Yusak Talan dengan sejumlah stafnya yang turut menyaksikan pelepasan air di Upumnasi sementara warga masyarakat lainnya melakukan penutupan di sumber mata air Bonle’u.

Camat Tobu Yusak Talan mengatakan dirinya akan melaporkan lima poin permintaan masyarakat tersebut kepada Bupati TTS.

Ada lima permintaan masyarakat nanti saya sampaikan kepada Bupati nanti,Katanya setiba dilokasi pelepasan air di Upumnasi.

Sedangkan Ketua Araksi Alfred Baun yang juga hadir pada saat ritual penutupan air mengatakan, dirinya akan bersama masyarakat menutup mata air Bonle’u. Penutupan mata air ini sebagai bentuk kekecewaan akibat tidak ada perhatian pemerintah untuk Desa Bonle’u.

Menurutnya, masyarakat punya niat untuk tutup karena ingkar janji. Penutupan tersebut juga tanpa intervensi dari pihak manapun dan tidak ada provokasi dari Araksi. Araksi berada pada dipihak lemah.

Oleh karena itu Araksi belah yang lemah, bukan provokasi. Sehingga jika ada yang tempuh jalur hukum maka Araksi siap dampingi masyarakat jika pemerintah ambil jalur hukum. Masyarakat hanya tagih janji, karena sudah puluhan tahun sumber air dikelolah pemerintah tetapi tidak ada perhatian.

Laporan: Welem Leba

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *