Kita Bukan Pasangan Tulang Rusuk

Ewinda Feni

Kita Bukan Pasangan Tulang Rusuk

Perjalanan cinta diibaratkan seperti seseorang yang berada di pinggir pantai, terkadang terasa nyaman, teduh, damai namun tak bisa dipungkiri juga ternyata dibalik semuanya terdapat ombak yang  tak pernah diam menghatam pantai dengan gelombangnya yang terkadang pelan namun terkadang sangat kuat dan dahsyat.

Bacaan Lainnya

Begitupula cerita cinta sepasang kekasih dimana cinta mereka begitu kuat melekat, namun tak direstui.

Adalah di satu kota yang kecil hiduplah seorang gadis bernama Emi. Ia berasal dari keluarga yang memiliki status keluarga yang sangat terhormat. Di sana ada pula seorang pemuda yang namanya Romi. Ia berasal dari keluarga sederhana lagi pas-pasan, dimana ayahnya meninggal saat dia masih kecil. Ia sebagai bungsu yang selalu menemani ibunya dalam segala hal.

Awal perkenalan mereka berawal melalui aplikasi media social feisbuk. Di sana ruang saling berkenalan, berbagi kisah, memadu cinta, putus nyambung adalah perjalanan cinta mereka terus berjalan tanpa rasa takut dan bosan. Namun hubungan mereka hanyalah dikenalkan kepada keluarga Romi. Keluarga Emi tak pernah mengetahui akan akan situasi ini. Ada  masa susah dan senang, tertawa dan menangis mereka rasakan bersama.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan hubungan mereka semakin dekat. Dan suatu ketika suatu hari Emi memberanikan dirinya untuk menceritakan bagaimana ia menjalani percintaannya dengan seorang pemuda yang mana pemuda dari keluarga yang  menurut orang tua sang gadis adalah keluarga sederhana dan pas-pasan.

Sang ibu dari Emi tak merestuinya. Demikian pula ayahnya. Waktu terus berjalan maju. Jam dindingpun tak sudi menyerah ketika panggung percintaan Emi-Romi dua sejoli memadu kisah cinta mereka.

Suatu pagi  Romi ingin bertemu dengan sang kekasih. Ia ditolak sang ibu. Ibu dari gadis pujaannya justru melakukan kekerasan pada anak gadisnya, Emi.

Setiap kesempatan bertemu, Romi  selalu membelai rambut sang gadis dengan manja dan bertanya, “Bagaimana kabarmu kekasihku?”

“Apakah kamu baik-baik saja atau kamu sedang dalam masalah?”

Emi  tak ingin kekasihnya mengetahui hatinya yang hancur. ia selalu  memandang kekasihnya dengan mata berkaca-kaca dan air matanya terus terurai dan menjawab, “Diriku sedang baik-baik saja.”

Romi sajalah yang pandai dan cekatan menghapus air mata gadisnya.

Suatu ketika Romi secara diam-diam mencari tahu bagaimana kehidupan sang kekasih. Setelah ia mendapatkan informasi tentang kekasihnya ia sangat terpukul dan selalu merasa bersalah. Akan tetapi, karena cintanya yang terus dipaksa maka pujaan hatinyalah yang selalu disakiti.

Situasi ekonomi keluarga yang tak menentu, maka sang pemuda menemui sang kekasih dan memberitahukan jika ia ingin ke negri seberang agar mencari nafkah. Romi mengetahui bahwa ibu dari gadis pujaannya tidak merestui karena  ia berasal dari keluarga yang serba pas-pasan.

Romi bertekad mengubah nasib penghidupannya dan ingin bersama sang gadis pujaan hati kelak meniti mahligai rumah tangga.

Sebelum ia berangkat ia pergi menemui Emi dan menyampaikan niat hatinya. Emi tak ingin kekasihnya pergi meninggalkannya, Emi memeluk Romi dalam pelukan sedaging.

“Orang tuaku tidak menyetujui hubungan kita. Jika aku hamil maka ibuku tak akan pernah menerima kamu.”

Romi mengetahui jika ia melakukanya sebelum mereka nikah dan tanpa restu dari orang tua maka dosa besar yang akan diterimanya dan kekasihnya. Dengan tenang Romi mulia memeluk Emi dan mengatakan cintanya yang tulus dan berjanji  untuk membuktikan akan kesanggupannya untuk hidup lebih baik ketika kelak menjadi sepasang kekasih resmi.

“Tolong ijinkan saya untuk pergi,ini semua demi kebaikan kita berdua sayangku.” Kata Romi

Dengan tenang Romi menguatkan hati kekasihnya, sehingga kekasihnya pun luluh dan menyetujui agar dia pergi. Sebelum berpisah, mereka saling berjanji.

 

Jika berpisah dan tak pernah bertemu lagi tolong jangan pernah saling melupakan namun katakan pada Illahi tolong jaga dia dan sampaikan pelukan kasihku dari negeri seberang ini, dan jagalah cinta kami agar tetap kuat meski raga kami berjauhan dapat kembali bersama menaungi baterah rumah tangga bersamamu kekasiku.

Kemudian merekapun pulang ke rumah masing–masing. Keesokan harinya Romi berangkat ke negeri seberang.

Emi sangat merindukannya di tempat biasa mereka bertemu sering kali sang gadis pergi menyendiri dan berharap kekasinya ada divsampingnya, namun hanya fatamorgana yang ia dapatkan.

Setahun kepergian sang kekasih di negeri seberang kakak laki-laki dari Emi mengenalkan dirinya dengan seorang pemuda yang memiliki pekerjaan dan juga derajatnya keluarga yang sama. Saat itu pula kehadiran pemuda tersebut direstui oleh orang tua si gadis.

Emi  tak ingin dan tak mencintai ia terus berharap agar kekasihnyalah yang datang menemuinya bukanlah pemuda tersebut karena perasaan Emi menganggap pemuda baru tersebut seperti temannya kakaknya saja.   Namun karena kerasnya hidup dan kehidupan, tekanan dari keluarga  maka sang gadis tak bisa memilih  dari keluarga mana ia berasal dan keluarga bagaimana pula yang akan dia bentuk.  Dan pilihan terakhinya adalah menikahi lelaki tersebut pilihan orang tuanya.

Dua tahun berselang Romi kembali hendak menemui kekasihnya yang telah ia tinggalkan.  Ia tak berdaya. Takdir berkata lain, jika orang yang dicintainya  kini telah bersama orang lain  dan tak mampu mengubah takdir. Romi hanya dapat mendoakan sang gadis dengan kata-kata yang indah menusuk jantung.

“Ya…Ilahi mungkin dia bukanlah tulang rusukku yang hilang tetap lindungi dia. Aku tak sanggup melihatnya bersama orang lain, biarlah aku pergi menjauh dan tak ingin aku pulang untuk mengingat dan mengenangnya lagi. Biarlah cintaku engkau berikan pada pelangi agar setiap kali ia melihatnya ia tetap senyum karena aku tak sanggup melihatnya mencucurkan air mata beningnya. Biarlah aku hanyalah cerita indahnya yang tertulis oleh pena bertinta emas di dadanya. Di tempat ini aku berpijak, di tempat ini pun kami bertemu dan di tempat ini pula biarkan kami berpisah. Kiranya engkau menghapus rasa cintanya padaku, namun jangan sekalipun engkau menghapus bayangnya  dan rasa cintaku padanya. Biarlah langit yang akan menceritakan kisah kami.”

Salam rindu dari mantan terindah.

 

By: Ewinda Feni

Editor: Heronimus Bani

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *