Berilah Nama Pada Jalan-Jalan Utama di Pah Amarasi

Berilah Nama Pada Jalan-Jalan Utama di Pah Amarasi

Pengantar

Bacaan Lainnya

Sejujurnya, jika kita menengok penamaan jalan di Pah Amarasi (Amarasi Raya), nampaknya hanya satu ruas jalan dari Kota Kupang menuju Baun (ibukota bekas Pah Amarasi). Nama jalan itu, Jalan H. R. Koroh yang masih debatabel, apakah H. R. Koroh atau H. A. Koroh? Jika kita ke wilayah bekas Kefetoran Buraen, ada nama jalan, H. A. Koroh yang ruas jalan itu mungkin dimulai dari depan kantor camat Amarasi Selatan atau dari mana, sebab tidak ada petunjuk. Kemudian, ruas jalan dari Oesao menuju Oekabiti, nama jalan disebutkan sebagai Jalan Jurusan Oekabiti. Tidak jelas papan nama jalan, tapi warga dan pemukim menggunakannya. Apakah nama jalan ini berakhir dipertigaan Oekabiti-Buraen-Oemoro,

Sebagai orang dari Amarasi Raya, saya hanya mengamati saja, apakah mungkin sebagaimana kata Jimly Asshiddiqie, bahwa pola penamaan jalan di selurun Indonesia saat ini belum jelas sehingga kerap dilakukan dengan cara berbeda-beda (https://www.hukumonline.com/).

Jika menelusuri jalan-jalan utama di seluruh Amarasi Raya, bolehlah saya sebutkan disini seperti dari Baun  Kelurahan Teunbaun hingga desa Kotabes (satu ruas), apakah ia memakai nama H. R. Koroh juga? Ruas jalan Oesao-Oekabiti, apakah harus rela menggunakan nama Jalan Jurusan Oekabiti. Lalu dari Oekabiti ke Buraen di titik Kantor Camat, bolehkah itu satu ruas yang bernama sehingga nama H. A. Koroh yang dimulai dari Kantor Camat Amarasi Selatan, berakhir di desa Sahraen.

Bolehkah ruas Jalan Oekabiti – hingga pertigaan Oebesi/Kuanneke mempunyai nama tersendiri, dilanjutkan dari pertigaan itu ke Oemoro dengan nama tersendiri?

Usul Belaka

Nama jalan sudah lazim dimana-mana. Masyarakat dan Pemerintah di empat Kecamatan Amarasi Raya (Amarasi, Amarasi Barat, Amarasi Selatan, dan Amarasi Timur), bolehlah mengusulkan nama-nama tokoh yang berasal dari Amarasi Raya (bekas ke-usif-an Pah Amarasi). Nama-nama itu masih melekat di hati masyarakat Amarasi Raya.

Beberapa nama berikut ini mungkin layak untuk itu.

  • Don Alfonzo Koroh, tokoh besar dalam Perang Penfui yang turut berperan bersama usif-usif di daratan Timor.
  • Topas, walaupun bukan nama orang tapi sebutan untuk kelompok orang dalam jumlah besar yang telah berperan penting dalam perang Penfui di bawah kepemimpinan Mateus da Costa dan Da Hornay.
  • Thobias Abineno, Fetor Oekabiti yang istananya menjadi tempat diskusi pembebasan orang-orang yang akan dipancung kepalanya (1942).
  • Victor H. R. Koroh, pemimpin swapraja Amarasi dan camat pertama Amarasi dengan segala kisah kepeloporannya.
  • J. C. L. Abineno, tokoh agama, mantan Ketua Umum DGI/PGI, dan semua sepak terjangnya.
  • Gerson Tinenti, fetor terakhir di Buraen
  • Barnabas Bani, tokoh penghapusan etu-be’at. Ia telah memperjuangkan penghapusan etu-be’at hingga harus berproses di Singaraja ibukota Sunda Kecil.

Nama-nama yang disebutkan ini hanyalah segelincir tokoh yang ketokohannya tidak diragukan di Amarasi Raya, pada masa lampau hingga masa kini. Bolehkah nama-nama itu mulai masuk dalam bursa diskusi publik masyarakat Amarasi Raya untuk penamaan jalan?

Penutup

Tulisan ini hendak menggoyang rasa belaka. Jika Pemerintah Provinsi NTT atau Pemerintah Kabupaten Kupang hendak memberi nama pada ruas-ruas jalan utama di Amarasi Raya, bukankah diperlukan referensi? Tulisan ini bukan satu-satunya referensi, tetapi fakta sejarah, baik telah dibukukan maupun yang masih bersifat oral patut menjadi pertimbangan.

Semoga

By: Heronimus Bani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *