Oelamasi-InfoNTT.com,- Dalam rangka meningkatkan aksi iklim, menghadapi tantangan perubahan iklim, Yayasan Centrum Inisiatif Rakyat Mandiri (CIRMA) bekerjasama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menggelar kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) untuk keadilan iklim, bagi komunitas petani kecil.
Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Camplong II, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, bertempat di Sekretariat Badan Usaha Milik Petani PT.Setetes Madu Fatuleu, Desa Camplong II, Kamis (20/3/2025).
Kegiatan Sekolah Lapang Iklim yang diikuti sebanyak 40 peserta dari petani kecil di Desa Campong II, dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Kupang, Aurum Titu Eki.
Aurum Titu Eki dalam sambutan menyatakan, petani adalah ujung tombak dalam usaha mencukupi kebutuhan pangan. Dengan mayoritas penduduk Kabupaten Kupang bermata pencaharian petani dan peternak, Aurum Titu Eki menyampaikan rasa terima kasih kepada Yayasan CIRMA dan BMKG khusus Klimatologi Kelas II NTT, atas inisiatif kerja kolaborasi menggelar Sekolah Lapang Iklim untuk memberikan pemahaman kepada petani kecil dengan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan.
“Atas nama pemerintah, saya mengapresiasi kerjasama yang dilakukan saat ini untuk sektor pertanian lebih maju. Mengingat petani-petani kita apalagi di daerah pelosok, daerah-daerah yang belum mendapat informasi yang kaitan erat dengan sains dan teknologi. Jadi melalui kesempatan baik ini, petani kecil dapat beradaptasi dengan perubahan iklim dengan teknologi lebih modern,” ucap Aurum.
Lanjut dijelaskan Aurum, pendekatan yang berbasis ilmu pengetahuan melalui SLI ini, tetap menghormati tradisi atau budaya yang sudah ada sebelumnya.
“Adakala petani memprediksi tanda-tanda alam, kapan mulai menanam, kapan musim hujan. Kebiasaan atau pola lama tidak ada yang salah, namun tidak ada ruginya bila kita belajar dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern untuk menunjang sektor pertanian,” ujarnya.
Keikutsertaan petani kecil dalam sekolah ini, menurut Aurum, memberikan pengetahuan lebih efektif dari yang tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, lebih paham untuk melihat, mengamati kondisi-kondisi cuaca yang ada.
“Petani dapat memahami dan memanfaatkan informasi iklim dengan baik, sehingga dapat menentukan waktu tanam dan pola tanam yang lebih tepat,” tutur Aurum.
Sementara Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II NTT, Rahmattulloh Adji, dalam sambutannya menyebut, kolaborasi dengan CIRMA terjalin di tahun 2025 dalam bentuk penandatanganan kerjasama, dengan komitmen bangun pemahaman iklim kepada petani kecil.
“Kiranya melalui sekolah ini, informasi iklim yang disampaikan kepada petani, dapat dibaca, diterjemahkan secara baik dari meteorologinya setiap jam, hari, termasuk prakiraan musim. Jangan sampai informasi yang diberikan, berlalu begitu saja, tidak paham apa yang dimaksud,” kata Adji.
Bagi Rahmattulloh Adji, metode yang diajarkan dalam SLI ini lebih pada pelatihan dan diskusi tapi tidak menggurui. Langsung berinteraksi, melakukan simulasi-simulasi sehingga mudah dipahami dan di praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Juga menerapkan Training of Trainer (TOT), yang mana peserta bisa menularkan ilmu kepada orang lain, serta mampu memberikan pengajaran pada level-level selanjutnya.
Sedangkan Yohanes Mangu Ladjar Direktur Yayasan Cirma menjelaskan, Sekolah Lapang Iklim bagi Komunitas Petani Kecil di Tahun 2025 digelar di enam Kabupaten/Kota yaitu Kota Kupang, Kabupaten Kupang, TTS, TTU, Belu dan Malaka dengan total 6000 petani kecil.
“Di Kabupaten Kupang ada lima desa yang akan didampingi yaitu Silu, Camplong II, Raknamo, Tanah Merah dan Oeltua. Lima desa ini akan diberikan ruang berupa edukasi dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang sanitasi, air bersih, keadilan iklim, adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, pertanian cerdas iklim dan pemberdayaan ekonomi bagi komunitas miskin dan miskin ekstrem,” terang Ladjar.
Dikatakan Yohanes Ladjar, petani kecil harus tangguh terhadap perubahan iklim. Kenapa petani kecil menjadi sasaran program ini, karena mereka lah yang paling banyak menerima dampak perubahan iklim.
Mengakhiri sambutannya, Yohanes Ladjar inginkan, beberapa waktu kedepan, bisa dilakukan audiensi bersama Bupati dan Wakil Bupati Kupang untuk menyelaraskan program kerja CIRMA dengan program kerja pemerintah, dalam rangka mendukung visi dan misi Bupati dan Wabup Kupang.
Laporan: Prokopim