Ketika Mahasiswi Ilmu Komunikasi Unwira Kupang Bicara Marketing Politik 

Frindis Rosi Ora

Penulis: Frindis Rosi Ora (Mahasiswi Semester 2, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang) 

Kupang-InfoNTT.com,- Sebelum saya menulis, saya ingin memberikan disclaimer terlebih dahulu bahwa saya merupakan seorang mahasiswi yang tengah belajar menulis. Tulisan ini merupakan karya perdana saya. Jika kemudian ada hal-hal yang perlu dikritik ataupun ada usul saran, kiranya menjadi baik agar bisa terus belajar dan mengasah setiap tulisan saya kedepan.

Bacaan Lainnya

Saya mengawali tulisan ini pada hari Senin, 25 Maret 2024. Seluruh Mahasiswa Jurusan ilmu komunikasi (Jikom) Unwira Kupang angkatan 2023 mengikuti kelas dengan mata kuliah Komunikasi Politik. Yang mana materi yang dibahas adalah “Marketing Politik”, bersama Dosen Maikhel Rajamuda Bataona, S.sos.,M.I.Kom.

Dalam penjelasan tersebut, saya mendapat ilmu bahwa pada dasarnya marketing adalah pemasaran. Dalam pemasaran bidang politik yang diperjual-belikan bukan tentang barang atau jasa, tetapi objeknya adalah manusia.

Dibalik manusia, yang dijual adalah citra untuk mendapatkan dukungan atau (konstituen). Yang mana dalam marketing politik yang paling mahal adalah gagasan, karena melalui gagasan seseorang dapat membangun dan mempengaruhi khayalak citra publik.

Selanjutnya, guna bisa mendapatkan konstituen, diperlukan media sosial ataupun media massa baik itu online, elektronik maupun koran, yang kemudian berfungsi sebagai marketing politik guna mengkomudifikasi segala aspek tentang politik.

Selain itu marketing politik juga bisa dilakukan para kandidat dengan kampanye melalui flyer digital dan baliho.

Di Indonesia sendiri, sistem media yang di pakai adalah liberal dan respon bility, artinya semua hal yang dipublikasikan bebas akan tetapi bertanggung-jawab penuh dengan data yang akurat.

Inilah pentingnya marketing politik bagi para kandidat calon pemimpin yang meleburkan diri melalui politik. Tentu marketing politik punya hitungan harganya. Jika kreatifitas menjadi dasar berlari dalam politik, bisa saja tanpa rupiah pun seseorang bisa menjadi pemimpin melalui jalur politik.

Mari kita sama-sama bergerak dalam gagasan dengan kreatifitas masing-masing. Dunia terus bergerak maju, jangan menjadi apatis terhadap perkembangan teknologi informasi maupun digitalisasi modern. ***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *