Soe-InfoNTT.com,- Akibat tidak ada jembatan penghubung di sungai Noebesi yang bisa menghubungkan Desa Bonle’u, Kecamatan Tobu, Kabupaten TTS dan Desa Noepesu, Kecamatan Miomafo Barat, Kabupaten TTU, maka warga masyarakat Desa Bonle’u terpaksa harus menggotong jenasah Yustus Oematan melewati arus air deras akibat banjir.
Informasi yang diperoleh media ini dari salah satu keluarga almarhum Agus Oematan, Selasa (22/2/2022) malam, menyebutkan Almarhum meninggal di Malaysia dan dikirim kembali ke kampung halaman di Desa Bonle’u.
Jenasah almarhum tiba di Kupang Selasa (22/2) siang menggunakan pesawat. Setelah tiba di bandara, sudah ada keluarga almarhum yang menunggu untuk dibawa ke kampungnya.
Saat tiba di bandara, keluarga yang sudah menanti menggunakan sebuah mobil ambulance, langsung menuju ke Bonle’u dan di kampung keluarga dan warga masyarakat lainnya sudah menunggu.
Meski diguyur hujan deras dan banjir, ketika mendengar bunyi sirene di Noepesu, masyarakat Desa Bonle’u mulai berbondong-bondong menjemput jenasah almarhum di pinggir sungai Noebesi yang saat itu sedang banjir.
Sekitar pukul 18:30 malam, Jenasah almarhum Yustus Oematan yang meninggal di Malaysia itu tiba di pinggir sungai Noebesi yang menghubungkan TTU dan TTS. Namun, karena tanpa jembatan, tidak bisa menyeberang karena arus banjir sangat deras.
Sementara di pinggir sungai Noebesi dari Desa Bonle’u, meski cuaca masih tetap hujan dan gelap, namun sudah dipadati keluarga Alamarhum dan warga masyarakat lainnya.
Situasi di pinggir sungai sangat memilukan karena selain banjir dan hujan, juga gelap karena jauh dari pemukiman, sehingga warga menggunakan penerangan yang bersumber dari Handphone dan senter cas.
“Hujan dan banjir diselimuti gelap itu bukan menjadi penghalang bagi keluarga dan masyarakat. Mereka tetap menunggu hingga arus banjir surut untuk membantu menggotong jenazah,” ungkap keluarga almarhum.
Sekitar pukul, 21:30 malam, karena air mulai surut maka keluarga dan masyarakat menggotong jenasah Yustus Oematan menyeberangi arus sungai yang masih banjir. Bermodalkan senter cas dan senter dari Handphone, warga menggotong jenasah melintasi arus banjir pada malam hari.
Laporan: Welem Leba