Rumah Makan di Jalur Selatan Pulau Timor

Rumah Makan @Roni Bani/infontt.com

Kolbano,infontt. Pantai Oetune, Fatu-Uun/Kolbano, dan Oetuke, ketiganya menjanjikan panorama yang sangat berkesan. Pandemi covid-19 mungkin mengurangi kunjungan wisatawan lokal ke sana, namun tidak mengurangi minat secara seutuhnya untuk tetap berkunjung. Masyarakat lokal masih menambang batu berwarna di sana. Menambang secara manual dengan tenaga manusia sehingga tidak merusak ekosistem di pantai. Batu berwarna dengan ukuran tertentu dipisah, dikarungkan dan dijual. Ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Batuan itu bagai dimuntahkan dari dalam samudera yang mahaluas itu. Tiada pernah habis-habisnya. Setiap hari selalu saja kelihatan tetap volumenya.

Pantai Oetuke Timor Tengah Selatan
@Roni Bani/infontt.com

Satu tim kecil dari Unit Bahasa dan Budaya GMIT berjumlah 5 orang berada dalam perjalanan ke Amanatun Timur. Ketika tiba di Kolbano, kami beristirahat sejenak untuk menikmati makan siang. Rumah makan yang disasar kami sudah lewati. Kami tiba di Oetuke, lalu harus berbalik untuk mendapatkan rumah makan itu. Di sana ada 2 rumah makan. Pemiliknya bukan orang setempat. Ya, orang lokal tidak menangkap peluang untuk menginvestasikan uang pada usaha jasa penyediaan makanan. Padahal, jalan di jalur selatan dari Batuputih hingga Besikama selalu ramai. Dalam suasana ramai itu para pengguna jalan yang mungkin di antaranya penikmat penorama indah pantai dan perbukitan akan mencari makanan.

Bacaan Lainnya

Merreka yang melihat peluang itu segera menyela. Hanya ada 2 rumah makan yang menyediakan makanan untuk pengguna jalan jauh dan penikmat panorama pantai dan alam luas. Apakah jenis makanan di kedua rumah makan itu berbeda dengan makanan yang disediakan warung-warung di sekitar kota-kota kecil atau ibukota kabupaten Timor Tengah Selatan? Tidak. Nasi campur, nasi campur telur rebus/telur dadar, nasi ikan, bakso, dan nasi rendang. Minuman pun masih yang sama: es sirup, es susu, es teh, atau teh hangat, kopi hitam. Tidak baikkah bila memberdayakan makanan lokal?

Peluang itu ada pada masyarakat lokal. Bukankah masyarakat perkotaan akan menjadi wisatawan lokal yang ada kemungkinannya untuk berkunjung ke Oetune, Kolbano dan Oetuke?

Laporan: Heronimus Bani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

4 Komentar