Pulang Kampung nih

Foto Antara/M.Risyal Hidayat@nasional.kompas

Sepuluh November 2010, muncul satu pernyataan menarik yang mengundang gema dan riuh rendah, sorak gembira dan tepuk tangan.  Pernyataan itu muncul dari bibir Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Ia berbicara dalam Bahasa Indonesia, “Pulang kampung, nih!” Seorang Presiden negara adidaya nan super power membuat pernyataan yang mengundang sorak. Tidak selalu Pemimpin suatu negara akan berbicara di hadapan masyarakat dalam bahasa nasional negara dimana ia berkunjung. Obama melakukannya. Ia mungkin mau berkata dengan kata lain, “Aku mudik, nih!” Mungkinkah hal itu?

“Mudik” ala Barack Obama tentu berbeda dengan mudik masyarakat Indonesia. Hampir semua orang yang hidup di kota-kota besar merindukan mudik, terutama pada hari-hari raya keagamaan. Kerinduan itu terjadi karena mereka lama meninggalkan kampung untuk menemukan pekerjaan baik secara tetap, atau sekadar kontrak atau pekerjaan apa pun itu selama dapat memberikan kepastian secara ekonomi pada satu keluarga kecil di kampung. Ada pula yang merindukan mudik karena menjalani masa studi sehingga layak kembali ke kampung untuk menyalami orang tua sekaligus memohon doa agar studi lancar dan berharap tepat waktunya.

Bacaan Lainnya

Mudik bukan sesuatu yang baru di negara ini. “Pulang kampung” bukan sekadar pulang untuk melihat kondisi dan konteks teraktual/terkini dari kampung halaman. Lebih dari itu, di sana ada konektivitas sosial yang tinggi, nilainya sangat besar yang menyebabkan jantung dan darah berdesir ketika menyebut kampung apalagi tiba kembali ke kampung halaman.

Sungguh suatu pemandangan menarik, kendaraan yang beriringan dalam arus mudik, entah akan digambarkan dengan separagraf itu seperti apa? Faktanya telah terjadi bahwa terjadi kenaikan yang luar biasa pada jalur Trans Jawa menurut nasional.kompas edisi 01/05/22. Mudik tahun 2022 ini terasa sangat ramai. Moda transportasi darat, laut dan udara ramai melayani para pemudik. Para Pemudik pun siap membayar mahal asal bisa pulang kampung alias mudik. Pengguna kendaraan roda dua dan varian kendaraan hasil modifikasi tak mau ketinggalan. Ini semua terjadi karena kerinduan pada kampung halaman.

Kampung halaman bagai magnit raksasa yang menarik begitu banyak masyarakat perkotaan untuk mudik. Masyarakat perkotaan tidak peduli jarak yang akan ditempuh, keramaian di stasiun-stasiun, pelabuhan, terminal, bandara. Mereka tidak peduli lama menunggu untuk melakukan check in asal bisa mudik. Mereka tidak peduli apakah akan kelelahan karena menunggu berjam-jam di dalam kendaraan pribadi demi mendapatkan tempat di dalam kapal fery penyeberangan. Mereka akan terus berada di sana sampai ada peluang untuk maju, perlahan, hingga tancap gas lagi. Kelelahan fisik dan psikis tak dihiraukan. Beristirahat di perjalanan darat sangat dianjurkan agar terhindar dari kecelakaan lalu lintas.

Kampung halaman bagai gadis manis yang duduk menghadap pantai menyaksikan terbitnya matahari pagi. Ia akan segera mendapatkan cahaya yang menerbitkan semangat baru padanya. Bila senja tiba, ia kembali menghadap ufuk, menyaksikan terbenamnya matahari, lalu kembali ke dalam sunyinya kampung. Mungkinkah sesudah mudik akan demikian?

Kita sungguh berharap sebagaimana harapan Pemerintah dan seluruh masyarakat pemudik agar arus mudik tahun ini benar-benar nyaman. Para pemudik tiba di kampung halaman, bersua dan bersalaman dengan kerabat dan sahabat dalam sukacita, melepas rindu yang membuncah di dada. Saling memeluk, cipika-cipiki, tertawa, berurai air mata, dan akhirnya saling memaafkan dengan nuansa hati yang plongPlong karena berhasil melewati segala rintangan dan halangan di perjalanan. Plong karena telah melepas segala beban kerinduan. Plong karena berhasil menjadi orang yang memberi maaf dan menerima maaf. Plong karena menemui kerabat dan sahabat dalam kondisi terbaik mereka.

Kampung mendapatkan cahaya baru dari para pemudik. Semoga cahaya itu akan tetap memberi motivasi gaya pembaharuan sesudah mudik karena akan terjadi balik.

 

Penulis: Heronimus Bani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 Komentar

  1. Pulang kampung hendaknya memberi dampak positif bagi perkembangan di kampung tanpa mengabaikan kearifan lokalnya