Membaca Gambar Karikatur Tema Natal Oekumene Tahun 2022

Tema Natal 2022; Sumber: pgi.or.id

Pengantar

Tema Natal (Oekumene) tahun 2022 telah ditetapkan oleh dua organisasi keagamaan Kristen dan Katolik, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja di Indonesia (KWI). Tema yang diusung telah disampaikan kepada seluruh umat Kristen & Katolik se-Indonesia. Umat/jemaat pun mulai berbenah dalam empat minggu Advent dengan mengacu pada tema … pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain (Mat.2:12)

Suatu pemandangan menarik pada tema ini yakni menempatkan gambar karikatur  yang kiranya dapat ditafsirkan secara beragam oleh umat. Di sini ada satu pandangan yang belum menyentuh gambar-gambar karikatur itu https://infontt.com/2022/sudut-pandang-umat-pedesaan-pada-tema-natal-oikumene-2022/

Bacaan Lainnya

Opini berikut ini, saya hendak masuk pada gambar-gambar karikatur yang ditempatkan melatari tema Natal Oekumene Tahun 2022 ini.

 

Gambar Karikatur Tema Natal Oekumene Tahun 2022

Gambar yang ditempatkan pada tema Nata Oekumene tahun 2022, terlihat ada pemandangan dimana ada jalan beraspal licin, kendaraan zaman ini yakni mobil-mobil sedan, pepohonan yang menghijau, gambar marka jalan baik yang putus-putus atau lurus di tengah jalan dan zebracross tempat penyeberangan pejalan kaki. Pada zebracross ini terlihat kaum orang-orang dari kelas marginal, orang-orang yang membutuhkan pertolongan, orang-orang yang didatangi sesama dengan budaya berbeda. Mereka secara bersama menyeberang di bawah pimpinan seseorang yang berjubah putih. Nama jalan terlihat dipasang di sana yakni: JL. LAIN.

Kita lihat apa maknanya bagi orang pada kelas marginal, atau yang butuh pertolongan, yang butuh didatangi, disambangi dan dibopong keluar dari konteks masalahnya. Mereka perlu dituntun melewati suatu perlintasan di tempat yang tepat seperti zebracross, agar mereka tidak mengalami kecelakaan, berhadapan dengan rintangan dan tantangan. Di jalan yang permukaannya halus dan mulus, pengguna kendaraan menutup kaca jendela, tancap gas sesuai ketentuan di jalan raya, sambil memperhatikan marka jalan agar tidak terjadi sesuatu yang sifatnya melanggar aturan berlalulintas dan terlebih mencelakai, membahayakan orang lain dan diri sendiri. Pengguna permukaan jalan halus dan mulus dengan kecepatan tertentu, tetap memperhatikan keselamatan.

Kita lihat gambar pertama, penuntun yang berjubah putih. Rupanya gambar karikatur itu simbol Pemimpin Jalan; Yesus. Dia memimpin perjalanan itu dengan berjalan kaki. Mengapa Ia harus berjalan kaki? Bukankah Yesus Sang Manusia Tulen Anak Allah memiliki akses yang luar biasa pada dunia. Dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya tercipta untuk Dia (Kol.1:16-17). Jika demikian, mengapa Ia berjalan kaki? Jawabannya akan didapati pada sub judul berikutnya.

Gambar berikutnya, seorang bapak memanggul seorang ibu tua, nenek. Sebutan yang tepat nenek, di tangan sang nenek ada tongkat yang menjadi simbol masa tua. Tongkat di tangan nenek atau kakek selalu menyertai sebagai kaki ketiga bagi dirinya. Rupanya ia sudah tidak kuat berjalan, tongkat di tangannya dapat saja berfungsi, namun tangan yang memfungsikan tongkat sudah lemah, maka ia butuh dipanggul.

Gambar berikutnya, seorang ibu paruh baya mengenakan kostum kuning bertuliskan mary christmas. Ibu berbaju kuning ini menyapa atau menyalami seorang pemudi (mewakili kaum muda). Sang pemuda kelihatan berjalan tegap dengan tas yang digantung, padahal di keningnya ditempelkan sesuatu sebagai pertanda sedang sakit. Ibu berbaju kuning berada di sampingnya dengan senyum penuh di wajahnya.

Lihat gambar selanjutnya seorang bapak mengenakan topi khas budaya natal kaum western. Topi berwarna merah milik sinterklas. Sang bapak bertindak sebagai sinterklas yang membawa pundi-pundi, tentu berisi uang/dana segar. Dana segar itu diberikan kepada sang bapak yang menerima dengan sukacita. Hal ini terlihat pada wajah dan sorot mata bersinar, lalu di belakang bapak ini, ada seorang anak menarik bajunya. Persepsinya, anak ini sebagai anak dari sang bapak. Besar kemungkinannya bahwa si anak mengetahui ada bantuan dana segar yang diterima orang tuanya, maka ada harapan untuk mendapatkan sesuatu pada hari istimewa.

Lihatlah di sekeliling gambar itu, masih ada pengamen di pinggir jalan yang permukaan halus dan mulus. Adakah di antara para pengemudi sedan melirik mereka? Lihatlah di sana, di taman kota seseorang yang lain dengan pergumulannya. Mungkinkah mereka yang berada di taman kota itu saling menyapa, memberi salam saat bertemu? Dapat saja terjadi karena mereka saling mengenal, bagaimana bila tidak saling mengenal?

Tafsir Sederhana Makna Karikatur

Secara umum, gambar ini menunjukkan Yesus sebagai Rabi berada di dunia modern. Dunia modern menyajikan kelincahan, kemudahan, kecepatan, kecekatan, dan segera adaptif pada perubahan. Dunia modern juga menampilkan solidaritas, simpati dan empati, walau mesti “diiklankan” terlebih dahulu atau diiklankan oleh pelakunya dengan pendekatan endorsmen, entrepreneur dan entertaint.

Karikatur yang menggambarkan Yesus berada paling depan memimpin perjalanan menuju “jalan lain” rasanya tidak sejalan dengan ajaran-Nya, yakni Jalan Lurus. Rabi Yesus menunjukkan jalan lain yang tidak lurus dan mulus, justru berbelok, menanjak, menurun, berbatu, dan lain-lain yang dipastikan ada hambatannya.

Rabi Yesus mengajarkan tentang jalan lurus, bahkan menyebut Diri-Nya “Jalan”, (Yoh.14:6) itu sebabnya Ia memimpin untuk melewati “jalan lain” yang akan terhalang dalam berbagai ancaman kehidupan tetapi ujungnya indah. Sebab ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya maut (Ams.16:25). Ia tidak menunjukkan jalan lain dengan maksud menyengsarakan umat-Nya yang sudah dalam situasi “sengsara” dibalut dosa.

Mari kita simak tafsir keseluruhan karikatur manusia di dalam gambar itu. Semua gambar itu menunjukkan upaya menolong kaum lemah. Kaum yang kuat datang menyokong, menolong, mengangkat harkat kemanusiaan dan menempatkannya pada posisi kemanusiaan yang setara, seimbang dan mulia. Mereka yang lemah patut ditolong. Mereka yang kuat layak menyokong.

Nah, kini siapakah mereka yang kuat? Lihatlah kita pastikan budaya orang Indonesia yang lebih menyukai dunia western, kebaratan. Ini direpresentasikan pada tulisan mery christmasdan topi sinterklasNatal di Indonesia tidak dalam balutan budaya Indonesia yang heterogen budayanya. Rupanya budaya khas etnis di Indonesia tidak berada dalam lingkaran hikmat yang datang dari Sumber Hikmat. Kita baru merasa merayakan natal bila menulis mery christmas dan bertopi sinterklas. 

Kita dapat membaca dan mengasumsi bahwa pertolongan yang diharapkan datangnya dari dunia barat. Dunia barat masuk melalui perwakilan NGO mereka di Indonesia. Perwakilan NGO di Indonesia dapat saja “berjingkrak” girang ketika mengantarkan bantuan/pertolongan. Maka, tidak mengherankan, bila ada “iklan” yang mencitrakan para penolong. Bukankah hal ini bertentangan dengan ajaran Rabi Yesus,  “apabila kamu bersedekah kepada orang miskin, jangan sampai tangan kirimu tahu apa yang dilakukan oleh tangan kananmu.” (AVB: 2015). Faktanya berbeda di mana pencitraan makin populer.

Bagaimana dengan mereka yang ditolong? Membaca karikatur yang ditempatkan oleh PGI-KWI, kita dapat menafsir secara beragam. Mereka yang ditolong yakni orang-orang terlantar, terpinggirkan, korban bencana, korban perang, kejadian luar biasa pada aspek kesehatan, kelaparan, berada di pengungsian, dan lain-lain.

Jika demikian, apakah gereja yang bukan gedung dapat melakukan sesuatu? Tentu saja. Kita tidak harus mengajukan proposal kepada NGO dari dunia Barat saja yang juga sesama, tetapi kita pun mesti berdaya. Berdayakan segala sumber daya di sekitar kita. Bukankah sumber daya di sekitar kita pemberian Sang Khalik Allah?

 

 

Penutup

Natal Tahun 2022 sedang mendekat. Empat minggu advent/penantian sedang dalam lakon umat. Refleksi atau euforia, manakah di antara keduanya yang akan menonjol? Lipat tangan atau ulur tangan?

Jangan biarkan sesama berdiri di pinggir jalan dalam lagu tanpa ada pendengarnya. Jangan biarkan ada yang tidur di taman kota tanpa selimut dan segelas teh hangat. Mari ajak mereka untuk bersama-sama mengikut Rabi Yesus melalui “jalan lain” yang ditunjukkan-Nya pada kita.

 

Koro’oto, 5 Desember 2022

Pnt. Heronimus Bani/GMIT Jemaat Pniel Tefneno’ Koro’oto

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *