Nunkolo,infontt.- Satu tim kecil terdiri dari 5 orang dari Unit Bahasa dan Budaya GMIT Kupang berada di Jemaat Efata Nunkolo. Tim ini akan bersama-sama beberapa orang dari perwakilan Jemaat-Jemaat di seluruh wilayah besar Amanatun dalam rangka belajar bersama Bahasa Meto’ Amanatun. Mengapa Bahasa Meto’ perlu ada dalam proses belajar bersama? Bukankah seluruh penghuni Pah Meto’ menggunakan bahasa yang sama yaitu, Uab Meto’ (Bahasa Meto’)?
Semua penghuni Pah Meto’ (Pulau Timor) yang menyebut dirinya, atoin’ Meto’, khususnya di Timor Barat dalam wilayah Administrasi Pemerintahan: Kabupaten Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang, di sana terdapat sejumlah bahasa sebagai cabang dari satu induk bahasa yakni, Bahasa (Uab, Aguab) Meto’. Cabang-cabang Bahasa Meto’ itu ada perbedaan-perbedaan, yang dilihat dari aspek ilmu bahasa layak disebut bahasa tersendiri.
Ragam komunitas masyarakat penghuni Pah Meto’ termasuk masyarakat Amanatun, di sana ada perbedaan-perbedaan yang kiranya bila tidak diperhatikan akan diasumsikan sebagai sama saja. Padahal tidak selalu demikian adanya.
Materi yang akan disajikan di sini yakni: Keragaman Bahasa-bahasa Meto’, dan Cara Tulis Bahasa-bahasa Meto. Dua materi utama ini akan diikuti dengan praktik tulis Bahasa Meto’ Amanatun.
Mini Workshop ini berlangsung 2 hari, (24-25/08/22). Tujuannya untuk (1) membangun kesadaran masyarakat (umat/jemaat) pentingnya melestarikan bahasa daerah baik lisan maupun tulisan; (2) mendapatkan warga masyarakat yang mampu melanjutkan sosialisasi secara informal tentang pelestarian bahasa daerah.
Laporan: Heronimus Bani