Kupang-InfoNTT.com,- Beberapa pekan terakhir, sering terdengar di telinga masyarakat Kabupaten Kupang terkait dugaan penarikan kembali bantuan di salah satu titik, yang akhirnya bermuara pada pembentukan pansus.
Hal ini sesuai fakta hasil pansus DPRD Kabupaten Kupang bahwa diduga yang menarik bantuan tersebut adalah Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe. Namun sayangnya fakta ini belum bisa diperjelas setelah pansus tidak memberikan ruang kepada Wakil Bupati Kupang untuk melakukan klarifikasi.
Mendapat kritikan tajam dari lembaga DPRD, Wakil Bupati Kupang, Jerry Manafe tetap tenang. Hal ini kemudian membuat Jerry Manafe terus mengintrospeksi diri agar menjadi pribadi yang bisa melayani masyarakat secara baik kedepannya.
Ditemui media ini, Jerry Manafe mengatakan, bahwa dirinya meminta maaf jika belum sempurna menjadi sosok pemimpin ideal, yang mampu menjadi panutan, mengayomi, melindungi dan siap menjadi pelayan rakyat, bahkan menjadi pemecah permasalahan rakyat, di mana pemimpin seperti itu kini jarang dan sulit ditemui.
“Jujur saja, di era materialistik ini, yang tolak ukur atau acuannya selalu pada sesuatu yang berbau materi, tentunya tidak dibenarkan. Sebab, cara berfikir demikian maka orang akan memandang segala sesuatu dengan sebelah mata. Orang akan memandang orang lain hanya dengan materinya, sehingga yang benar bisa menjadi salah. Sebaliknya, yang salah bisa menjadi benar,” ujarnya.
Jerry Manafe mencontohkan, orang yang pesek bisa menjadi mancung dan yang pendek menjadi jangkung, dan semua itu sangat mungkin hanya bermodalkan materi. Begitu juga dengan pemimpin, ketika hilang jiwa kepemimpinannya, yang ada hanyalah orientasi sesat. Para pemimpin, kini mau dan ingin memimpin tidak lagi didasarkan pada hati nurani, sehingga yang terjadi hanyalah penyelewengan.
“Saya tidak haus jabatan ataupun kekuasaan, karena semuanya Tuhan yang mengatur, sehingga ketika dipercayakan menjadi pemimpin, saya harus tetap berada di garda terdepan bersama rakyat, walaupun resikonya tinggi jika bekerja jujur. Saya bukan memimpin yang didorong oleh keinginan menjadi penguasa untuk mendapatkan tahta dan harta, tanpa didasari niat untuk melakukan terobosan,” tegasnya.
Bagi Jerry, memimpin bukan untuk dihargai tapi sebaliknya menjadi pelayan, yakni mampu melindungi masyarakat dari berbagai macam kekacauan, persengketaan, peperangan, fitnah, pertumpahan darah, anarkis dan kehancuran dalam berbagai dimensi kehidupan.
“Ketika saya dikatakan mengambil kembali bantuan, maka saya hanya bernazar kepada Tuhan, karena bantuan tersebut dialihkan ke titik lain bukan saya makan. Pada intinya bahwa semua untuk masyarakat. Kalaupun ada salah dalam penyaluran dan membuat masyarakat marah, saya minta maaf,” ungkap Wakil Bupati Kupang.
Hantaman dan serangan yang begitu dasyat akhir-akhir ini tidak membuat Jerry Manafe patah semangat untuk melayani. Dirinya menunjukan sosok kepemimpinan yang tetap tenang dan tetap bekerja serta melayani rakyatnya seperti biasa.
Baginya, memimpin adalah pengemban tugas suci, yaitu mampu melaksanakan amanah rakyat. Maka, pemimpin memiliki tanggung jawab besar, tidak boleh menelantarkan rakyat walaupun banyak tantangan menghadang, mengingat pemimpin harus mengakomodir kepentingan seluruh masyarakat, tidak hanya golongan tertentu.
Ia menambahkan, dalam menjalankan tugas suci itu, seorang pemimpin selalu berhadapan dengan cobaan dan godaan terutama yang mengarah pada hal-hal yang dinilai sebagai keburukan. Di mana godaan yang mengikuti sosok pemimpin, terkait dengan kekuasaanya, di antaranya adalah faktor kemegahan serta terbuai di kursi kekuasan, dan terkesan bekerja seperti raja bukan pelayan.
“Kenapa kita terbuai, karena dasar sifat manusia yang memiliki nafsu, maka sangat wajar jika setiap manusia ingin disembah, dihormati, disanjung, dan lain sebagainya. Apabila dia datang ke suatu wilayah, dilakukan penyambutan melalui seremonial dengan mata acara serba luar biasa. Ini yang seharusnya diubah agar kita bisa maju. Saya percaya perkembangan daerah ini akan menjadi baik esok lusa,” tandasnya.
Dirinya berharap agar para pemimpin tidak terjebak pada kekuasaan, yang menjadikan kursinya sebagai ladang instan mencari kekayaan, mencari kesenangan semu, tanpa memahami maksud rakyatnya memberi kekuasaan.
“Ketika dihajar kita harus tenang dan fokus bekerja. Ketika dipaksa terbalik, kita harus mampu berdiri tegak demi rakyat. Kalaupun dipenjara karena kebaikan, maka itulah pemimpin yang sebenarnya. Mengalah karena rakyat jauh lebih penting, daripada berusaha menang hanya karena ego sesaat. Menjadi pemimpin maka ego harus dirapikan rapat-rapat dalam lemari,” pungkas Jerry Manafe.
Laporan: Chris Bani