Kupang-InfoNTT.com-, Kepandaian tanpa pembentukan karakter yang baik hanya akan menghasilkan sebuah ijazah, namun tidak menghasilkan generasi yang berbudi luhur. Oleh karena itu pendidikan bukanlah tanggung jawab pihak sekolah tapi ada peran penting dari orang tua dan masyarakat dalam merangsang karakter anak.
Demikian ungkapan awal yang disampaikan Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Kupang Tengah, Nonciana M. Nakmofa, S.Pd.,M.Pd, ketika mengawali perbincangan seputar dunia pendidikan bersama media ini, Kamis (23/01/2020) di ruang kerja.
Sebagai pemimpin di sekolah, menurut Nonciana tidaklah mudah, karena ada tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan sumber daya dan potensi sebuah sekolah. Rasa syukur dengan kondisi SMAN 2 Kupang Tengah saat ini, walaupun masih ada keterbatasan fasilitas sekolah, seperti ruang komputer, kantor guru, dan jumlah komputer yang terbatas, tapi SMAN 2 Kupang Tengah bisa menyukseskan ujian akhir dengan baik, walaupun dituntut dengan UNBK serta kondisi jaringan tidak mendukung untuk kelancaran kegiatan, namun dengan segala daya dan upaya sekolah ini berhasil keluar dari kondisi tersebut.
Lokasi sekolah yang jauh dari pemukiman tidak mematahkan semangat guru dan siswa untuk belajar. Sangat disayangkan jika generasi penerus bangsa tidak diberi wadah untuk menuntut ilmu.
“Patut diberi apresiasi bagi masyarakat di desa Oelnasi, terkhususnya orang tua siswa yang selama ini berkontribusi terhadap pembangunan. Buktinya, kerelaan masyarakat menyiapkan lahan seluas 2 hektar secara cuma-cuma untuk pembangunan gedung tersebut, sehingga anak-anak tidak perlu bersusah payah mencari sekolah di luar.
Ditambahkan Nonci, tidaklah cukup sampai di situ, orang tua di Oelnasi juga masih punya kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan, di mana mereka menyumbangkan tenaga, waktu dan pikiran untuk mendukung pembangunan sekolah, bersama-sama membangun fasilitas berupa gedung, dan semua ini adalah swadaya murni dari masyarakat demi mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pengorbanan dari orang tua siswa yang membuat
Sekolah bertahan hingga saat ini sering membuat Nonci meneteskan air mata. Hingga saat ini sekolah sudah berkembang dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 19 orang, total siswa sebanyak 150 orang dengan rincian PNS 9 orang, pegawai 1 orang, tenaga kontrak guru 2 orang, tenaga honorer guru 6 orang dan pegawai honor 1 orang.
“Mutu pendidikan yang dihasilkan oleh suatu lembaga tidak dilihat dari jumlah tenaga pendidik, akan tetapi kontribusi orang tua kepada lembaga lebih penting, seperti yang kita lihat di sekolah -sekolah swasta,” ungkapnya.
Sebagai kepala sekolah, dirinya bertekad untuk mewujudkan generasi-generasi yang tidak saja menerima teori, namun mampu memanfaatkan waktu luang untuk melakukan pelatihan kewirausahaan. Sekolah ini membuka ruang bagi siswa dengan satu pelatihan sebagai penggalian potensi, yaitu pelatihan tenun ikat.
”Saya melihat sebagai pelestarian kebudayaan yang hampir punah, sebab generasi sekarang tidak bisa melakukan hal itu, termasuk saya sendiri,” jelasnya.
Nonci Nakmofa sendiri merupakan sosok pemimpin yang dikenal ramah dan murah senyum. Dirinya mengabdi sebagai kepala sekolah sejak tahun 2013 ini. Sebagai pemimpin Ia berharap agar kedepan ada perhatian khusus dari pemerintah terkait sarana dan prasarana yang layak, karena kebutuhan sekolah di era modern harus mampu dijawab oleh pemerintah demi masa depan generasi penerus bangsa.
Laporan: Mexi Bani