Oleh: Volkes Nanis,SH.,M.H
Perjalanan panjang penyebaran virus Covid-19 di tanah air semakin menggelidik hati setiap insan anak negeri di kala menengok kasus perkasus yang setiap hari terus menunjukan banyaknya angka positif gempuran Covid-19 di Republik ini. Hingga saat ini gugus tugas pusat Covid-19 pada tanggal 16 April 2020 telah merilis angka positif covid-19 sejumlah 5.516 pasien, sedangkan jumlah meninggal akibat Covid-19 496 orang dan Jumlah sembuh 548 orang.
Dilihat dari jumlah kesembuhan pertanggal 16 April dengan menunjukan angka kesembuhan pasien covid-19 terbilang terjadi kemajuan di hari-hari sebelumnya. Tentu ini adalah sebuah anugerah yang perlu masyarakat tanah air mensyukuri bersama atas kabar gembira ini, karena merupakan satu langkah maju pemerintah para tenaga medis dan masyarakat atas partisipasinya melawan gempuran covid-19. Namun fakta jumlah pasien positif covid-19 terus bermanufer seakan-akan tidak mau menyerah dengan berbagai perlawanan pemerintah, para tenaga medis dan juga masyarakat, dilihat dari grafik ancaman penyebaran covid-19, maka tingkat penyebarannya masih mengkwatirkan masyarakat indonesia pada umumnya.
Berbagai kebijakan dan himbauan telah dilakukan pemerintah dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti yang sudah diberlakukan dijakarta dan kota-kota lain ditanah air. Bahkan sebelumnya Kapolri mengeluarkan maklumat yang berisi imbauan agar masyarakat tidak melakukan kegiatan yang mengumpulkan orang banyak.
“Dengan maklumat itu, Polri kemudian mengajak masyarakat menerapkan physcal distancing secara disiplin dan himbauan tersebut tentu akan dilakukan secara humanis dengn himbauan agar masyarakat tidak berkelompok atau berkumpul,namun jika himbauan aparat diabaikan tentu akan dilakukan tindakan tegas dengan membubarkan perkumpulan tersebut.Bahkan Presiden menegaskan Polri untuk melakukan penindakan hukum kepada masyarakat yang melanggar himbauan tersebut.
Dilihat dari penyebaran virus ini yang terus menggungguli angka kesembuhan pasien covid-19 mungkin juga terjadi karena tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap himbauan pemerintah tidak dilaksanakan dengan baik,bahkan di beberapa wilayah justru masayarakat mengucilkan para korban covid-19 dan juga terjadi penolakan warga terhadap jenazah covid-19 baik masyarakat dan para tenaga medis.Hal ini tentu menjadi perhatian pemerintah dan kita semua anak negeri ini untuk terus memberikan pemahaman dan pencerahan akan dampak dan cara penularan covid-19.
Bahwa jenazah Covid-19 tentu cara perawatan pengamanan sampai pada pemakaman sudah dilakukan sesuai petunjuk dan himbauan World Health Organization(WHO).
Jeritan Anak negeri
Kehadiran Covid-19 membawah dampak yang sangat besar diberbagai aspek kehidupan masyakat tanah air baik perekonomian, pendidikan, keagamaan, bahkan pekerjaan. Jumlah wilayah terjadi pengurangan tenaga kerja hingga selesai cobid-19 sangat besar. Hal ini akan sangat berdampak pada stabilitas sosial politik,keamanan dan perekenomian ditanah air.
Gempuran Covid-19 yang berlansung beberapa bulan ini yang kemudian dikeluarkan himbauan untuk tetap berada di rumah atau Work From Home (WFH) dan melalukan Sosial Distancing, sungguh dirasakan oleh masyarakat berpenghasilan rendah, (para pekerja seperti buruh, sopir taksi, ojek dll).
Disisi lain ancaman covid-19 dan himbauan pemerintah untuk dilaksanakan namun ada sekelumat desakan di dada, disertai pikiran bagaimana dan dengan cara apa saya bisa mendapatkan uang untuk sekedar membeli beras dan sayur untuk kebetuhan rumah tangga hari ini, atau setidaknya ketika malam tiba bisa terisi perut agar tidak lapar di malam hari, pada titik ini kesadaran sesungguhnya tentang hal akan dipungkiri dengan mengalihkan pandangan poisitif terhadap hal-hal yang negatif demi mempertahankan hidup bersama keluarga.
Pemerintah sesungguhnya sudah paham akan dampak ini dengan mengalokasikan dana bantuan sosial untuk para pekerja para sopir taksi,ojek dan masyarakat yang benar terdampak covid-19 di tanah air dengan jumlah 600 ribu rupiah setiap bulan selama tiga bulan berturut.
Lalu bagaimana dengan nasib para buruh harian dan tenaga kontrak yang dirumahkan akibat covid-19. Sedangkan harapan satu-satunya yakni mendapatkan penghasilan untuk menyambung hidup hanya itu saja, tentu hal ini menyisahkan problem dan tantangan kedepan.
Salah satu contoh yang menjadi rujukan untuk kita berpikir sejenak kejadian penjarahan masyarakat dibeberapa supermarket di Italia, walaupun polisi telah menjaga dengan ketat namun masyarakat justru histeris dan mengatakan kami lapar dan kami butuh makan. Kejadian ini tentu menjadi cerminan untuk pemerintah dalam menerapkan kebijakan agar tidak berdampak terhadap negara ini.
Memang pemerintah Indonesia tidak melakukan lockdown seperti negara-negara lain, namun dampak covid-19 tetap hinggap dalam setiap benak masyarakat indonesia berpenghasilan rendah karena covid-19 telah menutup akses pencaharian kebutuhan setiap harinya.
Covid-19 dan keterbukaan informasi
Masifnya tingkat penyebaran covid-19 ditanah air membuat masyarakat menjadi takut karena tingkat penyebarannya begitu cepat dan bahkan yang lebih mengerikan jika seseorang dianggap sebagai Orang Tanpa Gejala (OTG) orang tersebut tidak merasa apa-apa dengan kondisi dan keadaan tubuhnya tetap stabil dan normal, namun belakang Ia divonis positif Covid-19.
Fenomena ini tentu menjadi momok yang menakutkan masyakarat negeri ini. Bahkan dampak dari serangan wabah ini mengkibatkan terjadi goncangan jiwa terhadap orang atau keluarga yang hendak kembali kekampung halamannya karena mereka diliburkan atau diberhentikan untuk sementara dari pekerjaan mereka.
Di tengah kegalauan dan kegelisaan karena tidak ada penghasilan untuk bertahan hidup kemudian memilih untuk kembali kekampung, namun sungguh malang nasib mereka ketika tiba dikampung halaman justru sekelompok orang tidak berani menerima kedatangan mereka karena ditakutkan terjangkit wabah Covid-19 seperti yang terjadi didaratan pulau Flores beberapa hari lalu.
Jika ditilik secara mendalam penolakan masyarakat terhadap para perantau yang kembali kekampung halaman dengan tingkat penularan virus ini tentu masyarakatpun tidak harus disalahkan apalagi ada istilah OTG atau Orang Tanpa Gejala, namun kemudian bisa divonis positif Covid-19 keadaan ini justru membuat masyarakat panik apalagi kedatangan perantau dari daerah pendemik.
Dengan adanya beberapa penolakan warga terhadap perantau membuat sebagian orang yang mungkin terjadi gejala pada dirinya atau berasal dari daerah atau negara pendemik tidak berani berkata jujur kepada pemerintah atau tenaga medis setempat.,hal ini justru merugikan banyak orang selama ia berkeliaran kemana-mana sudah tentu menularkan dibanyak orang.
Pertanyaannya adalah Apakah seseorang yang di vonis positif covid-19 adalah aib? Jawabannya bukan aib. Pertanyaan berikut jikalau bukan aib mengapa orang yang terjangkit atau dari daerah atau negara pendemik tidak mau berkata jujur?
Mungkin menurut saya, ada berbagai himbauan pemrintah dan tenaga medis bagi setiap orang agar melakukan karantina mandiri ketika baru tiba dari daerah pendemik dan juga ketika seseorang di vonis postif covid-19 ia segera diisolasi dan tidak ada keluarga yang mendekat. Namun pikiran dan tindakan ini sungguh sangat konyol dan membahayakan keselamat diri, keluarga dan kerabatnya.
Ada kejadian lain terjadi 1 April 2020, di mana orang mahasiswa Repubik Democrat Timor Leste dari Bali yang akan kembali ke Negaranya melalui Kupang dan pada saat tiba dikupang kedelapan mahasiswa tersebut masih berkeliling untuk belanja kebutuhan mereka disekitan Kota Kupang. Selanjutnya mereka menggunalan jasa mobil rental dari Kota Kupang dan melanjutkan perjalanan keperbatasan, ketika tiba di Timor Leste, beberapa hari kemudian tenaga medis dan pemerintah negara Timor Leste mengungumkan hasil rapit test ternyata rombongan tersebut postif covid-19.
Tentu hal ini membuat pemerintah Provinsi NTT dibuat sibuk dengan memberikan himbauan kepada publik agar sopir rental tersebut segara melaporkan diri kepada tenaga medis atau aparat terdekat guna dilakukan pengecekan kesehatan. Namun hingga kini keberadaan sopir rental tersebut belum nampak atau melaporkan diri. Jika kesadaran masyarakat tentang himbauan ini tidak dianggap sudah tentu masyarakat provinsi ini akan menghadapi suatu kondisi yang mengkwatirkan.
Dengan demikian harapan kita semua anak negeri keberlangsungan gempuran covid-19 berakhir atau tidaknya tergantung dari kesadaran individu dan masyarakat apakah telah menjalankan himbauan pemerintah dalam menghadapi ancaman covid-19 atau tidak. Sebab jika kesadaran secara individu dilaksanakan maka cenderung mempengaruh kelompok dan masyakat disekitar bahkan dirpublik ini.
Mari kita menularkan himbauan pemerintah untuk tetap menjadi pelopor keselamatan diri,keluarga dan masyarakat.Dengan harapan doa semoga masyarakat Indonesia bisa keluar sebagai pemenang dari gempuran Covid-19. Semoga