Soe-InfoNTT.com,- Tiga desa di Kabupaten TTS yakni desa Oelbubuk di Kecamatan Mollo Tengah, desa Anin di Kecamatan Amanatun Selatan dan desa Tubuhu’e di Kecamatan Amanuban Barat terpilih sebagai desa yang dibuka sekolah perempuan.
Sosialisasi sekolah perempuan ini dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Oelbubuk, Soleman Nau di aula kantor desa Oelbubuk, Selasa (15/10/2019).
Sosialisasi ini juga dihadiri oleh Kepala Bagian P3A Kabupaten TTS, Fasilitator Utama Kabupaten TTS, Camat Mollo Tengah, Kepala Desa Oelbubuk bersama para perangkat desa, tokoh adat, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan tokoh perempuan.
Kepala Bidang P3A Apriana Djubunga dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi dikembangkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang bertujuan menjawab berbagai persoalan yang dihadapi perempuan seperti kurangnya penghasilan dan lain-lain.
Apriana juga menambahkan tingkat Provinsi NTT yang mewakili adalah TTS, di mana ada tiga desa yang mewakili TTS yaitu desa Oelbubuk, desa Anin dan desa Tubuhu’e.
Selanjutnya sosialisasi dipandu fasilitator umum Kabupaten TTS yakni Seprianus Wuru. Di mana dirinya menjelaskan bahwa setiap persoalan yang dihadapi perempuan seperti kasus pemaksaan, KDRT, beban ganda perempuan, kurangnya keterlibatan serta peran perempuan dalam membuat kebijakan, perempuan selalu dinomorduakan serta berbagai kekerasan terhadap perempuan lainnya.
“Sekolah Perempuan ini diharapkan menjadi salah satu solusi tepat sebagai upaya merespon kebutuhan perempuan untuk berorganisasi dan mengaktualisasi diri. Sekolah Perempuan juga diharapkan dapat menjadi pusat-pusat kegiatan bersama perempuan,” ujar Wuru.
Sekolah Perempuan ini juga memiliki tujuan untuk melahirkan pemimpin perempuan yang berpikir kritis dan mengeluarkan perempuan marginal dari proses kemiskinan yang selama ini membelenggunya.
Wuru menambahkan, peserta belajar sekolah perempuan, kehadirannya dikoordinir oleh ketua fasilitator desa serta dibantu oleh pengurus fasilitator desa yang terpilih tiap desa yakni 10 orang. Target di tahun pertama 2019, Sekolah Perempuan ini akan mengutamakan adanya modul pembelajaran yang sesuai dengan konteks komonitas pedesaan yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk pembelajaran sekolah perempuan di desa.
“Sekolah Perempuan ini dimulai dengan pengenalan ketidakadilan yang dialami sendiri yang selama ini dianggap sebagai hal biasa dan tidak perlu dipermasalahkan. Artinya bahwa masyarakat harus mulai menyadari bahwa selama ini perempuan selalu dipinggirkan dan dilupakan, serta program ini bertujuan untuk sumber ekonomi yang dapat dikembangkan dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan,” pungkas Wuru.
Laporan: Welem Leba