Solusi Cerdas Yoyarib Mau Menanggapi Persoalan Pupuk yang Berulang Tahun di Kabupaten Kupang

Yoyarib Mau
Yoyarib Mau

Kupang-InfoNTT.com,- Secara geografis wilayah Kabupaten Kupang adalah wilayah agraris. Penduduknya mayoritas berprofesi sebagai petani, bahkan nelayan di pesisir juga terkadang menjadi petani. Mereka bercocok tanam di pelosok desa, di gunung-gunung, atau di pinggiran kota Oelamasi.

Tiap menjelang bulan November, jika hujan pertama membasahi tanah, petani-petani kecil berlomba-lomba menyiapkan ladang dan sawahnya. Tapi sebelum itu, mereka harus menyiapkan pupuk dan bibit. Persoalannya adalah pupuk bersubsidi tidak merata, dan banyak petani yang tidak kebagian pupuk, padahal regulasi pupuk bersubsidi kini pembeliannya harus lewat Kelompok Tani.

Bacaan Lainnya

Dugaan adanya beberapa spekulasi soal ketidakmerataan ini, seperti pengurus Kelompok Tani takut rugi sehingga jika ada beberapa oknum yang ingin membeli pupuk bersubsidi dengan jumlah yang banyak dilayani oleh pengurus Kelompok Tani (dengan mengabaikan anggota lain). Berikutnya, pengurus kelompok tani menyelewengkan pupuk bersubdi ke toko-toko untuk dijual secara pribadi. Akibatnya, ketika petani kecil butuh pupuk bersubsidi ternyata di gudang sudah tidak tersedia.

Untuk mengungkap kasus seperti ini dibutuhkan figur atau pejuang yang benar-benar memiliki jiwa berani untuk mengedepankan keadaan ekonomi petani yang kritis saat ini, terkhususnya pupuk. Menjawab persoalan yang hampir setiap tahunnya berulang tahun ini, salah satu figur mudah dan juga kader muda Partai Nasdem, Yoyarib Mau,S.Th,S.I.P, selalu memberikan pemahaman dan solusi terkait kelangkaan pupuk ini.

Menurut Yoyarib, jika pemerintah mampu mengadakan pupuk dengan kualitas yang baik secara mudah dan dengan harga murah, maka petani kecil pun akan mampu untuk merasakan kebijakan pemerintah mengenai pupuk tersebut. Sekaya-kayanya petani tidak akan membeli semua ketersediaan pupuk jika pemerintah mampu memproduksi dan mendistribusikan dengan baik.

Kebanyakan yang mempermainkan harga pupuk dan membuat kelangkaan bukanlah kalangan petani namun di tingkat distributor atau pedagang. Maka pada akhirnya sejumlah petani mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, dan yang dipikirkan adalah nasib tanamannya kekurangan pupuk yang pada hasilnya, tanaman mati dan gagal panen.

Seharusnya bagi Politisi muda ini, apabila alokasi pupuk tersebut sudah tiba di dinas, maka perlu dibuatkan semacam kartu anggota petani, di mana dalam kartu tersebut sudah ada datanya, jadi pupuk bisa tepat sasaran. Agar nantinya dinas kabupaten yang meneruskannya ke tingkat kecamatan bisa sesuai dengan kebutuhan dan alokasi yang diberikan. Pastinya membutuhkan waktu untuk sampai di tangan petani, tapi jika dilakukan dengan hati yang tulus maka semuanya akan sejahtera, dan kepentingan umum terpenuhi khususnya pertanian.

“Fakta sebenarnya di lapangan menunjukkan bahwa perkembangan program pemberian pupuk bersubsidi oleh pemerintah belum efektif lantaran banyaknya persoalan yang timbul dalam tataran implementasi,” ujar Calon Anggota DPRD Kabupaten Kupang nomor urut 2 ini.

Lanjutnya, kelangkaan pupuk bersubsidi memang kompleks karena melibatkan banyak pihak hingga petani sebagai pengguna. Pupuk bersubsidi dengan anggaran triliunan rupiah ibarat “gula” saat harganya jauh di bawah harga pasar, tentu menjadi celah potensi penyimpangan di lapangan. Akar masalahnya bisa diperbaiki dari pengawasan, hingga mengubah kebiasaan petani dengan strategi-strategi yang efektif dan tentunya efisien.

Yoyarib juga meminta agar petani nanti para petani juga harus berani untuk melaporkan jika terjadi kelangkaan pupuk pada musim tanam mendatang. Artinya petani harus bisa proaktif mengawasi kelangkaan pupuk, utamanya pupuk bersubsidi, jika terjadi penyelewengan maka petani harus berani melaporkan.

Yoyarib Mau

Dirinya menyampaikan setiap berada bersama rakyat bahwa pengawasan pupuk juga harus benar-benar maksimal. Barang bersubdi itu dipastikan tepat sasaran, dengan tujuan agar para petani yang membutuhkan tidak akan kesulitan, sehingga produktifitas pertanian maksimal.

“Jika kita renungkan lebih dalam, jasa seorang petani sangatlah besar. Terutama dalam menghasilkan nasi sebagai makanan pokok kita sehari-hari. Nasi sebagai buah dari keringat yang dilakukan petani, dan petani mempunyai kontribusi besar dalam memajukan pangan dan swasembada. Tanpa adanya pangan, mau makan apa kita? Maka dari itu berjuang untuk petani sama dengan memberikan kesempatan kepada sesama untuk hidup,” jelasnya.

Dirinya berharap jika nanti terpilih sebagai anggota DPRD, akan selalu siap menanggapi setiap sudut persoalan masyarakat khususnya para petani, karena sebagai wakil rakyat lari dari tanggung jawab adalah pecundang. Sebagai harapan rakyat, tugas pokok dan fungsi DPRD sebagai pengontrol.

“Kalau tidak diantisipasi, maka distributor dan pengecer pupuk bebas merdeka untuk terus menerus setiap waktu membohongi, mengambil kesempatan, mempermainkan, mempersulit, dan memeras para petani untuk kepentingan perut mereka sendiri. Akhirnya rakyat pun menderita tanpa ada belas kasihan, maka harapan pemerintah yakni keadilan untuk rakyat tidak tepat sasaran,”tandasnya.

Laporan: Chris Bani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *