Mungkin, bagi telinga sebagaian besar masyarakat, tidak begitu tahu ketika mendengar nama Langkuru Utara, sebuah Desa di Kecamatan Pureman, Desa di pegunungan Kecamatan paling Selatan Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur yang langsung berbatasan dengan negara tetangga RDTL.
Untuk sampai ke wilayah Langkuru Utara ini, hanya dapat ditempuh menggunakan transportasi laut yakni perahu motor bobot 2 ton dengan lama pelayaran 10 jam dapat mengangkut 15 sampai 25 penumpang.
Apabila menggunakan transportasi darat, maka dapat ditempuh dengan lama perjalanan yang sama pula yakni 10 jam. Itupun tidak sampai ke Desa Langkuru Utara. Harus berjalan kaki sekitar 1 jam agar bisa masuk sampai ke tengah-tengah desa.
Di daerah inilah Sertu Toni Duil bersama Serda Eduward Padabain anggota Koramil 1622-03/Maritaing bertugas sebagai Bintara Pembina Desa (Babinsa). Serda Eduward Padabain membina 2 Desa yaitu Desa Purnama Kailesa, sedangkan Sertu membina Desa Langkuru dan Desa Langkuru Utara.
Toni dan Edu sapaan akrab masyarakat menceritakan awalnya pertama kali ditempatkan bertugas di Koramil 1622-03/Maritaing ini awal penugasan dirinya langsung dihadapkan kepada situasi yang kurang mendukung, dimana alat penerangan yang minim, transportasi dan komunikasi yang sulit. Dihadapkan kepada situasi seperti ini, dirinya tidak mempersoalkannya, pasalnya, itu semua tugas yang harus diemban dari negara untuk mengawal masyarakat dan pembangunan di wilayah binaan.
Bahkan perjalanan dari ddsa ke desa hanya dapat ditempuh dengan transportasi laut dan jalan kaki sejauh tiga puluan kilo meter karena jalannya masih berkontur tanah dsn harus naik turu gunung. Bila musim penghujan, tak jarang dirinya harus jalan kaki karena sulit dengan transportasi laut.
Sertu Toni saat ditemui media mengatakan, setiap terjun menyapa warga binaan, dirinya menekankan untuk bangga menjadi warga Negara Indonesia yang dipercayakan Tuhan mendiami Pureman, yang adalah bagian dari pulau Alor, Surga di Timur Matahari.
“Kita ajak masyarakat disini agar bangga, jangan karena terpencil maka kita kalah dengan wilayah lain di kota. Ini yang selalu saya tanamkan kepada warga, agar mereka tidak terpengaruh dengan,” ujar Babinsa Toni bersama Edu.
Keterbatasan guru menjadi salah satu faktor di dunia pendidikan, sehingga keduanya selalu terjun ke sekolah untuk mengajar para generasi muda harapan bangsa ini dengan memberi materi wawasan Kebangsaan dan PBB, tambah kedua Babinsa. (*jef/tim)