Longsor di Gunung Timau Mengancam Lahan Pertanian dan Pemukiman Masyarakat Amfoang Utara

Kondisi gunung Timau ketika longsor
Kondisi gunung Timau ketika longsor

Amfoang-InfoNTT.com,- Bencana tanah longsor yang terjadi di badan gunung Timau beberapa waktu lalu mengancam lahan pertanian, dan pemukiman masyarakat Kecamatan Amfoang Utara. Hal ini diungkapkan Pelaksana Tugas Camat Amfoang Utara, Abrosius Nenobais, Jum’at (22/03/2019), kepada InfoNTT.com.

Menurut Nenobais, ambruknya tanah di sekitar gunung Timau tersebut disebabkan tingginya curah hujan beberapa hari lalu. Di mana kejadian longsor terjadi ketika hujan deras dengan kurun waktu berhari-hari di seluruh wilayah Amfoang.

Bacaan Lainnya

Ia menambahkan, dengan terjadi bencana tersebut, sangat berdampak pada aktivitas masyarakat desa yang berprofesi sebagai petani dan peternak, di mana material longsor tersebut bergerak dan menimbun beberapa lahan kerja serta mempengaruhi air sungai yang digunakan dalam persawahan masyarakat.

Plt Camat Amfoang Utara

Dirinya mengungkapkan, material longsor juga menimbun mata air Timau yang berada di Desa Fatunaus dan mengakibatkan kerusakan pada jaringan pipa yang masuk pada pemukiman masyarakat. Mata air tersebut juga merupakan satu-satunya air yang dipergunakan oleh masyarakat di kecamatan tersebut.

“Mata air Timau yang selama ini di pergunakan bagi kebutuhan air bersih sudah tertimbun dan jaringan pipa yang ada sudah rusak, sehingga berdampak pada ketersediaan air bersih, dan juga air sungai yang dipergunakan untuk persawahan Oesao di desa Kolabe juga penuh dengan lumpur”, ungkap Nenobais.

Adapun upaya yang ditempuh Nenobais yakni dengan membuat pelaporan terkait kondisi bencana tersebut kepada Pemkab Kupang agar dapat disikapi. Saat ini juga sementara mengambil data korban bencana untuk dilaporkan kepada Pemerintah, dengan harapan ada tanggapan dan tindakan positif dari dinas terkait.

Beberapa titik desa yang mengalami dampak dan ancaman dari bencana longsor tersebut sesuai pantauan Pemerintah Kecamatan yakni, Desa Fatunaus, Desa Bakuin dan Desa Lilmus, juga lahan persawahan Oesao di Desa Kolabe.

Laporan: Rocky Tlonaen

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *