Goresan Pena “Kemesraan Cinta Bersama Nenek” Karya Frindis Rosy Ora

Frindis Rosy Ora bersama neneknya

Hari-hari telah berlalu, bulan dan tahun pun pergi tak membekas. Kisah jalan menuju ke Roma memang indah ketika kita meràmunya menjadi puisi cinta yang tidak akan dilupakan.

Demi masa depan, aku tinggalkan ayah dan ibu untuk menempuh pendidikan di SMP Negeri 9 Kota Kupang. Tinggal bersama nenekku memupuk rasa percaya diri dan mandiri.

Setiap harinya kami (aku dan nenek) melewati kemesraan bersama, seperti saat makan bersama di meja makan, bercerita dan tertawa bersama. Bersama-sama kakak-kakak sepupu menjalani hidup bersama nenek.

Sedangkan orang tua saya sementara menjalani tugas negara sebagai guru di desa. Biasanya jika tidak ada kesibukan, orang tua saya setiap hari sabtu ke Kupang dan hari  seninnya lagi baru kembali ke tempat tugas.

Saya mempunyai saudara laki-laki 2 orang, kami sudah diajarkan untuk hidup mandiri sejak kecil. Karena itu sebelum orang lain ingin belajar, puji Tuhan  kami sudah melewatinya.

Saya ingin bercerita sedikit tentang nenekku.  Thersia nama namanya, dengan usia 87 tahun (pengakuan dari nenek). Badannya yang sudah mulai tergerus umur, di mana telah keriput termakan usia, badan dan fisiknya pun juga sudah lemah, dan penglihatan nenek tidak nolmal lagi. Tapi nenek menjalani hidupnya dengan penuh rasa syukur dan semangat gemilang.

Pada bulan Oktober lalu, nenek jatuh sakit dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Karena sudah terlalu lama berbaring, nenek merasa bosan dan mengeluh punggung belakangnya sakit. Jujur, sepanjang saya bersama nenek, sedikitpun  tidak mendengarnya mengeluh, tapi karena terlalu lama berbaring pada akhirnya Ia mengeluh, katanya tidak tahan lagi dengan keadaan ini.

Sedih saya mendengarnya. Setiap malam saya dan saudara- saudara sepupu ku yang lain bergantian menjaga nenek karena takut jatuh dari tempat tidur. Nenekku tidak bisa berjalan lagi, hanya bangun lalu duduk,makan dan tidur lagi. Setiap hari khususnya malam kami selalu berada di sampingnya sambil bercerita walaupun pendengarannya kurang.

Setiap hari ketika saya ke sekolah, selalu pamit ke nenek, dan memberi salam saat pulang sekolah. Ada jawaban nenek yang selalu didengar ketika saya memberi salam “Tuhan Yesus memberkati”. Atau siapa saja yang datang menjenguk pasti nenek mengeluarkan kalimat “Tuhan Yesus memberkati” dan ini selalu menjadi doa dari nenek untuk anak dan cucunya.

Sebagai anak cucu dengan sukacita selalu bergantian merawat nenek. Lebih indahnya jika kami para cucu berusaha untuk lebih mendahului yang lain dalam mengurus nenek,  seperti makan, mandi serta menjaga selalu kebersihan nenek. Saya sendiri sadar bahwa menjaga dan merawat nenek dengan hati iklas akan diberkati oleh Sang Pencipta.

Begitulah aktifitas saya setiap hari tanpa adanya batasan. Jika teman-teman melihat saya tidak bersemangat di sekolah itu semua karena kelelahan yang tengah menyelimutiku.

Saya mengajak teman-teman di sekolah untuk melakukan segala sesuatu dengan hati, dan harus selalu berlaku setia dalam segala aspek hidup ini. Setia dalam perkara kecil maka perkara besar sekalipun kita akan mampu selesaikan. Seperti yang tertulis “Apapun yang kamu lakukan untuk sesamamu, maka kamu lakukan untuk Tuhan”. Terimakasih.

Oebobo 24 November 2019

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *