Teruntuk Ibu
Sebelum kukenal seribu bahasa baku,
Kau adalah sisa-sisa pilu yang mengumpul daku dalam teriak,
Sebab dunia tak sabar menunggu datangnya manusia,
Sebelum kujamah lautan luas dalam perjalanan panjang menghabiskan hidup
Kau adalah pejuang terbesar dalam sejarah, Betapa memperjuangkan darah hingga menjadi manusia sungguh tak mudah.
Sebelum ku lewati lebih jauh,
Kau adalah awal dan akhir rasa hati yang tiap kuperingati tiada lain hanya terimakasih yang mampu kuberi,
Sebab karena ibu,
Hariku adalah lembaran-lembaran riang sukma pada batas-batas terbenam matahari,
Hingga kelam datang menelan terang dan kalah esoknya oleh terbitnya lagi.
Sebab karena ibu,
Segumpal darah yang bisu dalam perut akhirnya keluar lalu dielukkan dunia,
Sebab karena ibu,
Darah dalam dagingku pula daging dalam darahku meretas menjadi raga,
Aku dan ibu.