Amarasi-infontt.com,- Lagi-lagi kabar menyedihkan datang dari seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Indonesia tepatnya di Kelurahan Nonbes, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang – NTT. Milka Boimau, TKW asal RT 18/RW 09 Nonbes ini meninggal dunia di Malaysia. Bukan persoalan meninggalnya namun yang lebih menyedihkannya lagi, Jenazah korban ditemukan jahitan bekas seperti baru dioperasi mulai dari perut sampai leher korban.
Adik Kandung korban, Agustinus Boimau ketika dikonfirmasi media ini, Minggu (11/3/2018) sore mengatakan komunikasi terakhir dengan korban Milka Boimau pada empat hari lalu pukul 01 siang. Mereka hanya berbicara terkait keinginan korban untuk pulang kembali ke kampung “Korban kasih tau keinginan untuk pulang, apakah masih diterima oleh keluarga atau tidak? Karena waktu berangkat tahun 2012 lalu keluarga tidak tahu,”kata Agus.
Selanjutnya, dalam pembicaraan tersebut menurut Agus, korban meminta tolong seseorang untuk membesarkan volume suara pada telepon genggam. Dan terdengar suara orang menggunakan bahasa melayu yang kedengarannya tidak menyukai pembicaraan antara korban dan dirinya, pada saat itu juga sambungan telepon langsung dimatikan entah oleh korban atau teman yang bersamanya waktu itu.
“Sepuluh menit kemudian korban kembali menelpon menggunakan nomor yang sama untuk berbicara lanjut terkait kepulangannya serta surat-suratnya yang sudah mati. Tapi yang saya tahu, korban pernah memberitahu bahwa agennya menawarkan untuk mengurus surat-surat tersebut,” jelasnya.
Ketika sementara berbicara, menurut Agus tiba-tiba korban terdiam lalu hanphonenya dimatikan lagi. Selang beberapa menit kemudian ada panggilan masuk lagi namun yang berbicara bukan korban tapi seseorang yang mengaku polisi Malaysia bernama Usman.
“Pak Usman ini mengaku ke saya dia seorang polisi yang dimana tempat tugasnya dekat sekali dengan wilayah tempat korban kerja. Dia lalu menanyakan nama saya, dan juga status saya atau hubungan saya dengan korban, lalu saya mengatakan bahwa korban Milka Boimau adalah kakak kandung saya,”ungkapnya.
Lanjut Agus, lewat polisi atas nama Usman inilah pertama kali keluarga mendapat informasi bahwa Milka Boimau sudah meninggal. Antara percaya dan tidak, Agus lalu menanyakan bagaimana mungkin kakaknya meninggal, karena baru beberapa menit yang lalu Ia berkomunikasi dengan korban.
“Pak Usman tidak menjawab pertanyaan saya, tapi dia mengatakan akan membawa korban ke hospital (Rumah Sakit). Saya pikir hospital itu kantor, setelah diterjemahkan ke bahasa Indonesia baru saya tau kakak saya mau dibawa ke Rumah Sakit,”ujarnya sedih.
Agus juga mendapatkan informasi, setelah dari rumah sakit diketahui bahwa korban meninggal akibat paru-paru, dan meminta Agus segera mengirimkan alamat untuk jenazahnya segera dipulangkan. Namun Agus menolak lalu meminta untuk mereka melaporkan dulu ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia.
Menurutnya, seharusnya mereka melaporkan dulu ke KBRI, karena korban pergi itu resmi jadi pulang pun harus resmi, jangan karena sudah meninggal lalu mau dipulangkan begitu saja. Tak lupa juga kakak korban menanyakan nama majikan ,yang menurut informasi namanya Can.
“Saya minta majikan korban atas nama Can ini untuk melaporkan ke kedutaan RI. Kira-kira 15 menit kemudian kami telfon lagi dan anak saya yang perempuan yang bicara, namun yang komunikasi waktu itu nama pak Aris katanya orang dari kedutaan RI. dengan menggunakan bahasa Indonesia, pak Aris mengatakan ada laporan dari majikan korban bahwa TKW atas nama Milka Boimau sudah meninggal dan dari kedutaan segera turun ke TKP untuk melakukan identifikasi lanjutan,”ungkap Agus.
Setelah komunikasi dengan orang atas nama Aris tersebut, pihak keluarga tidak mendapatkan informasi lagi. Sampai keesokan hari, keluarga mencari informasi sendiri tanpa bantuan dari pihak majikan atau kedutaan.
Lanjut Agus, informasi pun berkembang dan pihak keluarga melaporkan ke BP3TKI sampai akhirnya jenazah korban dipulangkan ke kampung halamannya, Minggu (11/3/2018) di Amarasi.
“BP3TKI berkoordinasi dengan kedutaan, dan dua hari lalu pak Tito dari BP3TKI NTT menginformasikan ke keluarga bahwa hari Minggu, (11/3) pukul 12 siang jenazah akan tiba di Bandara El Tari Kupang, “jelas Agus.
Namun, seperti jatuh tertimpa tangga, setelah peti jenazah dibuka keluarga korban melihat kondisi korban yang memprihatinkan. Dimana dari perut sampai leher korban terdapat jahitan besar seperti baru selesai di operasi alias jenazah korban terlihat tidak wajar.
“Yang kami keluarga korban takutkan adalah keutuhan dari jenazah, diluar tidak utuh jangan sampai di bagian dalam juga tidak utuh. Kami minta majikan dan kedutaan RI di Malaysia untuk menjelaskan kenapa sampai kondisi anak dan saudari kami seperti ini,”tegas Agus.
Laporan: Chris Bani