Realitas yang Terjadi di Dunia Jurnalistik

Realitas  Jurnalistik

Oleh:

Bacaan Lainnya

Narantoputrayadi Makan Malay

STAF Dosen Fkip Prodi PEND. BAHASA INDONESIA  UNIVERSITAS NUSA CENDANA

 

Contoh Berita Singkat

 

Sabtu, 2 Mei 2015 peringatan Hardiknas di Provinsi NTT berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Perhatian seluruh insan pendidikan se-NTTtertuju pada Alun-Alun Kantor Depdiknas NTT. Pengunjung tidak saja insan pendidikan di NTT, tetapi juga seluruh masyarakat NTT. Hal ini menyebabkan lokasi Jl. Soeharto menjadi penuh sesak dengan kendaraan pengunjung yang terparkir di kiri kanan bahu jalan.

Momen Hardiknas di Provinsi NTT tahun ini dimanfaatkan oleh siswa-siswi SMP se-NTT, sebagai ajang adu kreatifitas sains dan teknologi. Acara ini dibuka oleh Bapak Gubernur NTT, Frans Leburaya dengan melepas dua burung merpati sebagai simbol kemerdekaan berpikir dan berkreatifitas.

Beberapa karya yang dipajang di stan masing-masing sekolah, membuktikan kreatifitas remaja yang tidak ada habisnya. Hasil karya mereka banyak menarik perhatian pengunjung, diantaranya rancangan dan miniatur kapal selam, teknologi pengolahan limbah, pengolahan lahan modern, pengawetan ikan, dan beberapa karya lainnya. “Kegiatan ini sangat perlu untuk digalakkan. Selain mengasah keterampilan para remaja di bidang sains dan teknologi, kagiatan ini dapat menjadi wahana berpikir dan bertukar pengalaman antarsekolah. Hal ini jelas bermanfaat bagi perkembangan generasi muda untuk kemajuan bangsa.” Komentar Gubernur seusai mengunjungi salah satu stan peserta.RED

 

Menulis Berita

 

Menulis berita adalah suatu upaya menyampaikan kabar atau sebuah informasi mengenai suatu hal atau kejadian dengan bentuk tertulis. Seorang penulis berita yang baik dapat menuliskan berita secara lengkap dan komunikatif, sehingga pembaca dapat memahami segala sesuatu yang disampaikan dalam berita tanpa kesulitan dan tanpa adanya kesalahan tafsir.

Apakah semua peristiwa layak diberitakan? Seorang penulis berita akan memilih berita yang layak untuk diberitakan. Hal ini bertujuan agar berita yang ditulis dapat bermanfaat bagi orang atau masyarakat pembaca. Tentu saja dalam menulis berita, haruslah kita memilih berita yang dapat menambah wawasan dan pengalaman kita.

 

Langkah-Langkah Menulis Berita

Langkah pertama dalam menulis berita adalah dengan mencatat semua informasi yang didapat dalam kegiatan peliputan. Hal sekecil apapun adalah berita ketika dikemas dengan baik dan menarik.

Adapun unsur yang harus memenuhi kriteria sebuah berita adalah kelengkapan unsur dari 5W+1H atau AdiKSiMBa—apa (what), di mana (where), kapan (when), siapa (who), mengapa (why), dan bagaimana (how). Jika diperikan:

  1. Apa yang sedang terjadi?;
  2. Di mana hal tersebut terjadi?;
  3. Kapan hal tersebut terjadi?;
  4. Siapa yang terlibat dalam kejadian tersebut?;
  5. Mengapa hal tersebut terjadi?;
  6. Bagaimana hal tersebut sampai terjadi?

Sebuah berita dapat dipastikan memenuhi keenam unsur tersebut. Unsur yang tak kalah pentingnya dalam sebuah berita adalah kelogisan isi berita. Kelogisan itu selain menyangkut fakta, perlu diperhatikan juga kohesi dan koherensi tulisan yang ditulis.

Pada unsur-unsur tersebut dapat diperikan lagi menjadi:

  1. APA: Apa yang terjadi?; Kejadian apa?; Peristiwa apa?; Acara apa?; Hal ini menjadi kepala atau otak dari isi berita. Jika kita tidak mengetahui peristiwa apa yang sedang terjadi, maka kita dipastikan tidak dapat menulis unsur yang lain.
  2. DI MANA: Kejadiannya di mana?; Lokasinya di mana?; Nama tempatnya apa?; Unsur tempat kejadian diperlukan untuk melengkapi isi berita. Penting sekali bagi seorang pewarta untuk mengetahui lokasi dan menguasai lokasi, sehingga berita tidak menjadi kering. Informasi tentang lokasi menyempurnakan pengetahuan pembaca, agar pembaca tidak saja bertindak sebagai pembaca, melainkan juga sebagai pengalam.
  3. KAPAN: Kapan kejadiannya?; Unsur waktu sangat dipentingkan dalam hal ini. Hari, tanggal, bulan, bahkan jam dan menit pun merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang penulis berita.
  4. SIAPA: Siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut?; pelaku, korban, pemeran utama, pemeran pengganti, figuran, saksi, orang, lembaga, dsb. Dalam hidup bersosial manusia selalu saja terlibat antarsatu dengan lainnya. Setiap peristiwa pasti melibatkan unsur siapa atau manusia di dalamnya. Maka penggambaran tentang siapa menjadi perhatian khusus seorang pewarta. Tanpa siapa maka berita itu menjadi kabut pekat informasi. Sebuah informasi yang layak diberitakan, haruslah jelas “Siapa berbuat apa kepada siapa?”; atau “Siapa terlibat apa dengan siapa?”
  5. MENGAPA: Mengapa hal tersebut terjadi?; Apa penyebabnya?; Apa tujuannya?; Apa motifnya?; Mengapa hal tersebut dilakukan?; dsb. Selain apa, mengapa menjadi hal penting kedua yang perlu diuraikan dan perlu dijelaskan serinci mungkin dengan memperhatikan fakta yang ada. Pada unsur mengapa, sebaiknya unsur subjektif dari pewarta, harus dihindari. Hal ini untuk menghindari kekaburan informasi yang akan disampaikan. Bagaimanapun fakta harus dikedepankan daripada pandangan subjektif (pendapat/ opini/ interpretasi) pewarta dalam menulis berita.
  6. BAGAIMANA: Bagaimana proses kejadiannya?; Apa saja acaranya?; Siapa saja pembicaranya?; Ada penegak hukum tidak?; Ada unsur pemerintah atau tidak?; Timbul kekacauan atau tidak?; Cuacanya bagaimana?; Dari kalangan mana saja yang hadir?; dsb. Seperti juga mengapa, bagaimana adalah uraian yang paling rinci. Kembali lagi unsur subjektif dari pewarta tidak boleh ditampilkan dalam tulisan tentang bagaimana. Fakta haruslah menjadi prioritas seorang pewarta.

 

 

 

 

Menulis Berita bagi Pemula

 

  1. Menulis dengan Jujur

Menulis Fakta

Menulis dengan jujur harus memperhatikan fakta. Fakta tidak boleh diputarbalikkan. Berbohong dalam berita adalah dosa terberat wartawan. Jika jumlah pendemo hanya beberapa orang, sebaiknnya ditulis beberapa orang saja jangan ditulis ratusan atau ribuan. Sebagai contoh:

 

Beberapa orang yang mengklaim perwakilan suara mahasiswa …,”

 

Pada kalimat tersebut terkesan tidak melebih-lebihkan tetapi juga tidak menganggap sepele pendapat orang dalam demonstrasi tersebut. Pada kalimat tersebut juga terlihat kelogisan dari isi berita.

 

Menulis Opini atau Pendapat atau Interpretasi

Opini atau pendapat atau interpretasi sebaiknya ditulis pada alinea yang berbeda. Jika menulis interpretasi atas sebuah fakta, sebaiknya ditulis terpisah sehingga pembaca tahu, mana fakta dan mana opini atau penafsiran wartawan.

 

Kebanyakan mahasiswa hanya melihat kulit luar dari sebuah masalah.”

 

Seorang pewarta boleh tidak netral, tetapi harus independen. Pewarta yang meliput berita di lapangan, haruslah bersikap independen terhadap semua pihak yang terkait dalam tulisannya. Berikan kesempatan bagi setiap narasumber untuk menceritakan dan menjelaskan versi mereka, dan jangan memvonis kebenaran. Pewarta boleh tidak netral namun harus selalu independen dengan memberikan kesempatan pada pihak kontra untuk berbicara.

 

Mahasiswa dan orang tua menanggung biaya pendidikan yang amat tinggi. Biaya tersebut tidak saja untuk operasional pendidikan, tetapi juga untuk menggaji dosen dan pegawai.”

 

  1. Tanda Baca Koma dan Piramida Terbalik

Tanda Baca Koma

Berhati-hatilah menggunakan tanda baca koma. Jika salah penempatan, maka redaktur bisa salah menanggapi laporan berita.

 

Yosep memukul, Sinta masuk penjara

 

Makna dari kalimat ini, Yosep memukul seseorang dan Sinta yang masuk penjara, bukan Yosep. Laporan ini bisa saja diterima jika, Yosep disuruh Sinta untuk memukul seseorang, tetapi, jika faktanya adalah Yosep yang memukul Sinta sehingga Yosep dipenjarakan, maka kalimat berita tersebut adalah salah. Penempatan tanda koma, dapat mengakibatkan kesalahan pemaknaan.

 

Yosep memukul Sinta, masuk penjara

                Piramida Terbalik

Menulis berita bagi pemula adalah menulis dengan cara piramida terbalik. Yang dimaksud dengan piramida terbalik adalah, informasi yang paling penting haruslah ditaruh pada alinea pertama dalam sebuah berita dan alinea berikutnya adalah alinea yang berisi penjelasan terhadap alinea pertama.

 

Sabtu, 2 Mei 2015 peringatan Hardiknas di Provinsi NTT berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Perhatian seluruh insan pendidikan se-NTTtertuju pada Alun-Alun Kantor Depdiknas NTT. Pengunjung tidak saja insan pendidikan di NTT, tetapi juga seluruh masyarakat NTT. Hal ini menyebabkan lokasi Jl. Soeharto menjadi penuh sesak dengan kendaraan pengunjung yang terparkir di kiri kanan bahu jalan.

 

Alinea di atas adalah informasi penting. Alinea berikutnya hanyalah penjelas dari alinea pertama, yang isinya kurang lebih adalah penjelasan dari alinea pertama.

 

Momen Hardiknas di Provinsi NTT tahun ini dimanfaatkan oleh siswa-siswi SMP se-NTT, sebagai ajang adu kreatifitas sains dan teknologi. Acara ini dibuka oleh Bapak Gubernur NTT, Frans Leburaya dengan melepas dua burung merpati sebagai simbol kemerdekaan berpikir dan berkreatifitas.

Beberapa karya yang dipajang di stan masing-masing sekolah, membuktikan kreatifitas remaja yang tidak ada habisnya. Hasil karya mereka banyak menarik perhatian pengunjung, diantaranya rancangan dan miniatur kapal selam, teknologi pengolahan limbah, pengolahan lahan modern, pengawetan ikan, dan beberapa karya lainnya. “Kegiatan ini sangat perlu untuk digalakkan. Selain mengasah keterampilan para remaja di bidang sains dan teknologi, kagiatan ini dapat menjadi wahana berpikir dan bertukar pengalaman antarsekolah. Hal ini jelas bermanfaat bagi perkembangan generasi muda untuk kemajuan bangsa.” Komentar Gubernur seusai mengunjungi salah satu stan peserta.RED

 

  1. Catat dengan Detil; Dengarkan dengan Cermat; Rekam, Jangan Andalkan Ingatan

 

Kecenderungan pewarta untuk mengandalkan ingatan, adalah sesuatu yang salah. Setiap peristiwa tidak bisa hanya mengandalkan ingatan, karena ingatan bisa saja terprovokasi dengan kesadaran subjektif yang bisa mengaburkan fakta.

Ketika penangkapan tersangka pengedar obat-obatan terlarang, pewarta jangan hanya mendengar dari satu pihak kemudian menulisnya menjadi sebuah berita. Ketika penangkapan tersangka, pewarta sebaiknya bertindak seperti seorang detektif. Pewarta sebaiknya tidak saja menanyakan kepada polisi kronologis penangkapan, tetapi juga saksi dan tersangka penangkapan untuk mendapatkan data yang sahih. Ketika data sudah terkumpul, pewarta sebaiknya meng-cross-cek data yang ada, apakah ada data yang diragukan, data yang ditegaskan, atau data yang mirip atau sama dengan kejadian yang sudah lalu. Data tersebut haruslah didengar, dicatat, dan direkam dengan baik.

Pewarta pemula biasanya malu bertanya kembali apa yang kurang didengarnya. Ketika mewawancarai narasumber. Pewarta pemula cenderung untuk mencatat saja, tanpa mengonfirmasi kembali apa yang didengarnya. Misalkan jika narasumber mengucapkan kalimat dengan makna ganda sebaiknya pewarta mengonfirmasikan kembali apa yang disampaikan.

 

  1. Tulis dalam Kalimat yang Lengkap dan Tidak Ambigu/ Taksa/ Ganda

Redaktur koran harian akan membiarkan naskah berita pewarta yang ditulis dengan kalimat yang membingungkan, karena dikejar tenggat menyelesaikan halamannya. Jika menulis berita kriminal tentang mencuri, maka sebutkan sejelas-jelasnya “Siapa yang mencuri?”; “Siapa yang menjadi korban?; dan “Apa yang dicuri?”. Sebaiknya pewarta tidak terjebak pada “Bagaimana pencurian itu terjadi?”, atau pada ajakan kapolsek agar warga melakukan ronda malam.

Yang mendasar dalam sebuah berita biasa ialah apa dan siapa, kemudian di mana, kapan dan yang lainnya. Hindari menulis:

Menurut Amir, bla-bla-bla…”

tanpa dijelaskan siapa itu si Amir; apakah dia pencuri, saksi, atau korban pencurian.

Sering terjadi pembaca koran menggerutu, “Apa maksudnya berita ini, tak jelas.” Berita seharusnya ditulis dengan kalimat yang jernih. Buatlah kalimat-kalimat tunggal dan sebisa mungkin hindari pemakaian anak kalimat, jika hal itu berpotensi membuat pembaca bingung.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *