Oelamasi-infoNTT.com,- Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar Drh. I Wayan Masa Tenaya,M.Phil, Ph.D mengunjungi dan melakukan rapat bersama staf dan pegawai lapangan Dinas Peternakan Kabupaten Kupang, Jumat (19/10/2018) di Oelamasi.
I Wayan dalam wawancaranya bersama media ini usai kegiatan mengatakan sebagai Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar yang meliputi wilayah Provinsi Bali, Provinsi NTB dan Provinsi NTT tugasnya yakni turun untuk berdiskusi berbagai hal bersama terkait dengan pelayanan khususnya di bidang Peternakan.
“Sesuai dengan SK dari Mentri di Jakarta melalui pak Dirjen dan saya juga mendapat tugas sebagai penanggup jawab soal sapi induk wajib bunting yang ada di NTT ini,”ujarnya.
Menurut I Wayan, ada banyak program yang sudah jalan dan bagus walaupun di NTT ini status peternakan ekstensif, di mana sapinya masih banyak yang ada di luar kandang. Tapi dari Balai Besar Veteriner sendiri harus gembira sampai dengan bulan Oktober 2018 ini perolehan dari kebuntingan sudah 126 persen kebun, artinya sudah masuk data eksinasi.
Sedangkan angka kelahiran mencapai 80 persen lebih dari yang bunting lahirkan. Namun yang masih dikejar dan ditingkatkan yang sampai saat ini baru 60 persen IBnya, oleh karena itu Balai Besar Veteriner Denpasar sejak minggu yang lalu sudah datang ke Dinas Peternakan Provinsi NTT untuk berdiskusi.
“Pertemuan di dinas provinsi itu dihadiri oleh Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT, bagian kesehatan hewan,pak bambang dari Kabupaten Kupang, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten TTS pak Billy dan kawan kawan yang lain,”jelas I Wayan.
Alasan Kabupaten Kupang dan TTS yang difokuskan, karena bagi I Wayan populasi terbesar ada di dua kabupaten ini. Sehingah data IB yang masih rendah bisa di tingkatkan melalui penyelarasan biotope dengan revisi juknis di Balai Besar sendiri.
“Saya tidak mau melewatkan waktu bagitu saja, jadi saya mampir di Dinas Peternakan Kabupaten Kupang untuk melihat langsung peternakan penggemukan veterin dan juga breeding sapi bali yang ada di beberapa lokasi di Kanupaten Kupang,”ungkapnya.
I Wayan juga sangat mengapresiasi Plt Kadis Peternakan Kabupaten Kupang Bambang Permana yang sudah membuat inovasi baru dengan mengunakan dana kur. Artinya bahwa untuk ekonomi sehat tidak semata-mata mengunakan dana dari pemerintah.
Hebatnya lagi dari testimoni yang dilakukan, menurut I Wayan keuntungannya dalam waktu 3 bulan sudah bisa mencapai 30 persen itu minimal rata rata. Sapi tinggal dikandangkan dan diberikan makan ala kadarnya yang bisa membuat sapi gemuk,apa lagi kalau nanti ada sedikit sentuhan teknologi.
Masalah syuap kiranya sampai akhir tahun ini kebun sudah mencapai target di atas target maka kelahiran sapi bisa mencapai 100% lebih dan masalah data IB ini yang perlu dioptimalkan. Untuk penyakit hewan menular itu menjadi tanggung jawab Balai Besar Veteriner di wilayah NTT.
“Sedangkan untuk NTB dan Bali, di awal 2017 sudah berhasil atas inisiatif dari pak dirjen waktu menjabat menjadi kepala balai sudah membebaskan pulau sumba, di mana sudah bebas dari evolusi dan kami akan terus berkordinasi dengan kawan kawan di dinas peternakan ini untuk mendukung pemerintah pusat,”kata Wayan.
Pemurnian sapi bali murni sendiri di alabio aren Kupang ada di pulau semau dan ini inisiatif serta kebijakan pemerintah NTT untuk menjadikan pulau tersebut sebagai tempat sapi baliandas dimurnikan. Langkah-langkah balai besar selanjutnya yakni menglegalisasi dengan dua pekerjan yang pertama yakni akan bersurat mencari data data dasar berapa luas pulau tersebut, berapa daya tampungnya untuk ternak berapa jantan dan betinanya.
Sedangkan Plt Kadis Peternakan Kabupaten Kupang, Bambang Permana menegaskan tidak boleh ada sapi yang masuk dari luar pulau semau karena berpotensi punya penyakit-penyakit menular. Karena jika pulau semau menjadi daerah pemutihan sapi bali dan difasilitasi dari tim Balai Besar Denpasar, secara otomatis harus bisa menyakinkan bahwa wilayah tersebut benar untuk pengembangan sapi bali, maka tidak boleh ada kasus penyakit di semau, artinya wilayah tersebut harus bersih dari penyakit.
“Setelah itu baru kita tata sampai sertifikasi sapi bali di rubah namanya menjadi sapi timor. Saya senang karena kepala balai siap memfasilitasi kami dan kepala balai lagi mengusahakan pembiayaan agar dapat mengirimkan timnya untuk survelens dalam waktu dekat ini ke semau,”jelas Bambang.
Laporan Julio Faria
Editor: Redaksi