Panggung Perempuan Biasa III Akan Menampilkan Banyak Seniman Daerah

Lanny Koroh
Lanny Koroh

Kupang-InfoNTT.com,- Panggung Perempuan Biasa yang diinisiasi oleh Teater Perempuan Biasa sebagai agenda tahunan kembali digelar di Taman Budaya Gerson Poyk pada Minggu, 11 November 2018, pukul 17.00 Wita. Tahun ini merupakan tahun ketiga Panggung Perempuan Biasa digelar dengan mengangkat tema “Perempuan adalah aset masa depan sebuah bangsa”.

Koordinator Teater Perempuan Biasa, Lanny Koroh mengatakan apa jadinya bangsa yang besar ini tanpa perempuan, perempuan harus diberi ruang seluas-luasnya dan sebebas-bebasnya untuk bisa dan terus mengembangkan potensi dirinya, karena perempuan adalah pilar kokoh yang turut serta menopang kemajuan bangsa ini.

Bacaan Lainnya

Tahun 2016, Panggung Perempuan Biasa I digelar dengan menampilkan seniman dari Bali, Maumere, Larantuka dan Kupang, sedangkan Panggung Perempuan Biasa II digelar pada tahun 2017 dengan menampilkan seniman dari Kupang, Larantuka dan Sumba Timur. Panggung Perempuan Biasa III akan menampilkan seniman dari Kupang, Adonara, Lembata dan Ruteng.

Ada juga Teater Sina Riang dari Adonara akan menampilkan teater Deran Ata Kerumen (Sahabat Deran) yang disutradarai oleh Veronika Ratumakin, menampilkan aktor Yosefina, Loni, Sutiyah, Beti, Memen Tokan, Nela Tokan dan Maria Ina. Teater Sina Riang mengangkat isu Perdagangan Orang yang akan diiringi gambus oleh Mateus Ike.

Dari Ruteng akan menampilkan Monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari yang akan diperankan oleh aktor Icha Suryati di bawah asuhan sutradara Rini Temala. Sedangkan dari Kupang akan menampilkan pemain sasando, Julia Manafe, Monolog Linda Tagie dengan mengangkat Tema Pnete Alep Ema Janda Moni dibawah asuhan Fince Bataona, naskah Pnete Alep Ema Janda Moni juga merupakan adaptasi dari Novel Lamafa karya Fince Bataona.

Ada yang menarik yakni Della Novela yang akan menampilkan monolog “Perempuan yang Meredupkan Cahaya Bulan” karya Linda Tagie yang juga disutradarai langsung oleh Linda. Juga akan ada pembacaan puisi dari komunitas-komunitas di Kota Kupang dan anggota Teater Perempuan Biasa. (*)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *