Kupang-infontt.com,- Dengan banyaknya kebudayaan serta pengaruh globalisasi dunia asing serta peraturan daerah dan perencanaan pembangunan yang dibilang cukup mensejahterakan rakyat, ternyata masih ada juga sebagian masyarakat desa kekurangan akan kebahagiaan yang terenggut akan kemajuan teknologi.
Kecamatan Fatuleu Barat merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur dan merupakan salah satu kecamatan yang masih jauh dari perhatian serta minim akan sentuhan Pemerintah Daerah maupun Nasional.
Kecamatan Fatuleu Barat sendiri di huni oleh lima desa yang rindu akan sentuhan para pemerintah. Penulis sendiri merasakan langsung betapa sengsaranya sarana dan prasarana jalan menuju Kecamatan Fatuleu Barat ini, dimana untuk sampai ke sana kita harus melewati jalan luar biasa rusak ditambah lagi dengan harus melewati beberapa sungai.
Penulis bukan tanpa alasan untuk berkunjung ke Kecamatan Fatuleu Barat, namun perjalanan jauh yang menguras tenaga ini yakni untuk meliput serta mendengar kampanye dialogis paket TERKINI (Drs. Silvester M. Banfatin, M. Si dan Johannis Selvester Ottemoesoe, S.E) yang merupakan calon Bupati dan Wakil Bupati Kupang periode 2018-2023.
Daerah ini sungguh berada jauh dari keramaian masyarakat apalagi Kota, namun tidak seperti desa desa yang ada di kecamatan lain, desa desa di Fatuleu Barat ini sangat banyak sekali masalah yang tampak dengan jelas, karena seperti sekarang ini kita ketahui bersama bahwa daerah Amfoang merupakan daerah di Kabupaten Kupang yang buruk akan pelayanan jalan, listrik bahkan air.
Namun, ternyata masih ada daerah selain Amfoang yang juga masih sangat tertinggal walaupun dihitung jarak masih lumayan dekat dengan Ibukota Kabupaten Kupang yakni Oelamasi. Di daerah ini (Fatuleu Barat) jangankan jalan dan air, listrik pun belum mampir menyapa.
Jika malam tiba maka desa desa di Kecamatan Fatuleu Barat ini seperti kampung tak bertuan, gelap serta sunyi membungkus pedalaman kampung. Dan memang kenyataannya daerah ini masih juga belum merasakan kebahagiaan seperti yang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Kabupaten Kupang lainnya.
Jika dilihat dari segi sarana dan prasarana jalan, seperti yang dikeluhkan oleh sebagian besar masyarakat yang ada di Fatuleu Barat bahwa mereka sendiri berharap agar pemimpin kali ini bisa melihat dan ikut merasakan penderitaan rakyat agar pelayanannya benar benar menyentuh langsung kepada masyarakat.
Tentunya penulis berpikir bahwa jika jalan, air dan listrik saja belum sempurna dirasakan dan masih sangat minim serta jauh dibawah standar. Maka bisa dipastikan sarana pendidikan dan kesehatan anak-anak pun pasti jauh dari kata sejahtera. Dimana yang seharusnya mereka bisa meneruskan cita-cita bangsa justru berlalulalang menunggu dan terus menunggu harapan nasib baik serta buruk yang akan datang, karena memang pendidikan mereka sangat-sangat terbatas serta kesehatannya demikian dinilai parah, puskesdes terbangun dan disediakan, namun masalahnya adalah perawat serta yang berwewenang dalam kesehatannya tidak bisa dijanjikan kehadirannya.
Itu semua bukan kesalahan rakyat atau sebagainya, yang memang terlihat yakni kondisi jalan yang menghubungi desa desa di Fatuleu Barat belum tersentuh dengan baik serta medan yang dilintasi cukup menantang, seperti jalannya yang didominasikan sungai, dengan tanjakan serta turunan yang sangat parah. Tidak hanya itu di sisi lain persediaan ternyata kebutuhan pokok mereka juga ada yang belum mencukupi seperti kebutuhan air bersih yang hanya mengandalkan penyediaan air dari sungai yang mengalir dan kering jika musim kemarau tiba.
Sampai saat ini sejumlah persoalan masih mendera warga pedalaman di berbagai wilayah Kabupaten Kupang. Berbagai kondisi jadi pemandangan miris, yang sudah harus segera diperhatikan guna menjauhkan masyarakat dari imej termarjinalkkan. Selain persoalan pendidikan, ekonomi masyarakat yang kian terpuruk, dan diperparah lagi dengan belum adanya sentuhan pembangunan dari pemerintah.
Dari hasil diskusi penulis dengan masyarakat pada beberapa titik di Kecamatan Fatuleu Barat, sangat terlihat potret buram, bahwa taraf hidup rakyat masih di bawah garis kemiskinan. Hal tersebut disebabkan lemahnya ekonomi masyarakat. Untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja masih mengandalkan hasil kebun dan pertanian yang terbatas. Begitu juga lemahnya sumber daya masyarakat, dikarenakan kurangnya tenaga pengajar (guru) serta sarana dan prasarana sekolah.
Harapan penulis agar pemimpin yang berkualitas dan paham akan kondisi rakyat harus lahir kali ini, yang tidak harus membangun atas dasar suku, ras dan agama. Pemimpin Kabupaten Kupang kali ini harus benar benar mencintai rakyatnya, dimana tidak tidur dikala rakyatnya menangis dan tidak korupsi dikala rakyatnya sengsara.
Penulis: Chris M. Bani (Jurnalis Online NTT)