Kupang-infoNTT.com,- Atapnya terbuat dari daun gewang yang sudah hancur dimakan usia, dan ada kebocoran satu dua titik kala musim hujan. Lantainya pun dari tanah yang berlumpur di kala hujan.
Kondisi bangunan sederhana yang sudah rapuh diterpa panasnya matahari dan dinginnya cuaca. Ukurannya yang kecil, seolah-olah membuat tanah terlihat kuat memangku gedung gereja yang masih ingin berdiri tersebut.
Jika dilihat dari kejauhan gedung ini tidak nampak seperti gereja, tidak terlihat salib di atap, seperti kebanyakan gedung gereja lainnya. Bagi orang yang baru melihatnya, gedung ini mungkin dikira gedung tak terpakai.
Itulah potret gambaran sebuah jemaat kecil di pinggiran Kabupaten Kupang, yakni Gereja GMIT Imanuel Nefo Nai’utan. Gereja ini masuk Klasis Fatuleu Barat dan terletak di Desa Tolnaku, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang.
Mendengar beberapa informasi terkait kondisi gereja ini, maka media INFO NTT merasa terpanggil untuk berbakti bersama dan melihat langsung kondisi gedung gereja ini. Tepatnya, Minggu (21/10/2018) beberapa wartawan dari media ini menyempatkan waktu untuk beribadah bersamaJemaat Imanuel Nefo Nai’utan.
Benar saja, melihat kondisi gereja secara langsung seolah-olah tidak percaya bahwa masih ada gedung gereja yang fisik gedungnya sudah tak layak lagi. Jemaat Imanuel Nefo Nai’utan masih sangat membutuhkan uluran tangan dalam membangun gedung kebaktian mereka.
Wakil Ketua Majelis Melkianus Mataubenu yang ditemui usai kebaktian menceritakan kisah berdirinya mata jemaat tersebut, berawal dari pembentukan Pos Pelayanan Gereja Eklesia Kiukole pada tahun 2011.
’’Awalnya kami berbakti di Gereja Eklesia Kiukole, karena melihat jumlah jemaat yang bertambah banyak dan jarak juga agak jauh, maka pada Tahun 2011 terbentuklah Pos Pelayanan ini”,ungkapnya.
Lanjutnya, pada Tanggal 21 Mei Tahun 2018 Persekutuan kecil ini dimekarkan menjadi mata Jemaat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Imanuel Nefo Nai’utan dengan satu pelayan kebaktian yakni Pendeta Berterina Fraklin Yosep S.Th, M.Si.
“Setelah lewat pembahasan sebelumnya tepatnya pada tanggal 21 Mei Tahun 2018, maka dari status pos pelayanan dinaikan menjadi status Jemaat Imanuel Nefo Nai’utan,”ujar Melkianus.
Melki juga menambahkan, terkait kondisi gedung kebaktian yang memprihatinkan, dirinya bersama seluruh jemaat sangat membutuhkan uluran tangan bantuan untuk pembangunan gedung Gereja.
“Selama ini kami bukan lansung meminta, tetapi lewat doa kepada Tuhan, sehingga lewat tangan orang pasti kami dibantu. Sebenarnya kami masih banyak kekurangan di mana kebutuhan air menjadi salah satu persoalan. Namun kami bukan tidak mau meminta di Pemerintah tapi biarkan kami tetap membawa dalam pergumuluan dan pasti ada pertolongan,”jelasnya.
Selain gedung dan sarana lainnya di Gereja. Tanah di sekitaran lokasi tersebut juga bisa berbahaya dengan erosi, sehingga Melki berharap ada bronjong agar bisa menahan tanah yang erosi tersebut.
Laporan: Ayub Malafu dan Julio Faria
Editor: Redaksi