Penulis Alan Wiyadi Putera (Mahasiswa Semester IV Jurusan Pendidikan Geografi – FKIP UNDANA)
Kupang,- Indonesia saat ini sedang berada dalam suatu masa dimana angka untuk dependency ratio (angka ketergantungan) berada dibawah 50. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, angka depency ratio Indonesia pada tahun 2015 adalah sebesar 48,6. Angka ini tidak akan melewati 50 sampai dengan tahun 2035, yaitu dengan angka 47,3.
Keadaan ini juga dapat membawa suatu keuntungan ekonomi bagi Indonesia, karena jumlah tanggungan penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non- produktif menurun. Sehingga pengeluaran yang dikeluarkan penduduk usia produktif untuk memenuhi kebutuha penduduk usia non-produktif semakin kecil.
Dengan semakin kecilnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia non-produktif, pendapatan masyarakat dapat dialokasikan ke hal lain seperti menabung dan menambah modal usaha sehingga kulaitas ekoomi masyarakat dapat menjadi lebh baik.
Yang menjadi tugas seluruh masyarakt Indonesia saat ini adalah bagaimana memanfaatkan kesempatan ini agar perekonomian masyarakat Indonesia dapat menjadi lebih baik. Salah satu hal uang harus dipersiapkan untuk menghadapi bonus Demografi ini adalah dengan memciptakan penduduk dengan kualitas yang baik dan siap bersaing dalam dunia kerja. Karena yang menjadi hal yang paling penting dalam pemanfaatan Bonus Demografi adalah penduduk pada usia kerja yang menjadi indicator Bonus Demografi tidak hanya produktif dari segi usia, tetapi harus juga produktif dalam bekerja dan memiliki penghasilan.
Keberhasilan pencapaian Indonesia memasuki Era Bonus Demografi tidak dirasakan oleh oleh seluruh provinsi di Indonesia. Salah satu Provinsi yang tidak merasakan Bonus Demografi pada tahun 2015-dengan Tahun 2035 adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka Dependency ratio Provinsi NTT pada tahun 2015 adalah sebesar 66,7. Dan sampai deng tahun 2035, angka ini hanya menurun sampai 61,6.
Masalah utama yang menyebabkan provinsi NTT memiliki angka Dependecy ratio yang masih tinggi adalah karena angka fertilitas Provinsi NTT masih tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, anka Fertilitas Provinsi NTT untuk tahun 2012 adalah 3,30/. Artinya setiap wanita usia subur melahirkan sekitar 3 tiga orang anak. Hal inilah yang menyebabkan proporsi penduduk pada usia 0-14 tahun masih tinggi, provinsi NTT belum dapat memasuki Era Bonus Demografi sampai dengan Tahun 2035.
Namun, bukan berarti karena Provinsi NTT belum memasuki Era Bonus Demografi maka tidak perlu meningkatkan kualitas manusianya. Provinsi NTT harus tetap terus meningkatkan kualitas SDM. Karena dengan terus melaksanakan program keluarga berencana, membangun kesadaran masyarakat untuk menciptakan budaya keluarga kecil sejatera, serta mengurangi angka pernikahan dini, bukan suatu hal yang tidak mungkin bahwa kedepannya Provinsi NTT juga dapat merasakan Bonus Demografi.
Ini dimaksudkan agar pada saat kedatangan Era Bonus Demografi tersebut nantinya Provinsi NTT telah siap menghadapinya dengan manusia berkualitas yang Produktif, Kreatif, dan siap terjun kedalam dunia kerja.
Maka dari itu, mulai dari sekarang pemerintah dan seluruh Masyarakat NTT harus mulai mempersiapkan kualitas manusianya. Karena masih banyak yang harus dipersiapkan Provinsi NTT dalam hal mempersiapkan kualitas manusianya. Contohnya dari indikator pengukuran Indeks Pembangunan Manusia, angka harapan hidup Provinsi NTT masih berada pada 66,04 tahun. Sedangkan rata rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas adalah 7,02 tahun. Sedangkan pengeluaran perkapita Provinsi NTT masih sebesar 7,122 juta rupiah pada tahun 2016 (BPS NTT, 2017).
Oleh karena itu pemeritah dan masyarakat khususnya orang tua, harus benar benar mempersiapkan generasi muda saat ini. Langkah awal yang harus dilakukan adalah bagaimana agar seluruh penduduk pada usia sekolah dapat mengenyam pendidikan paling kecil setingkat SMA atau bahkan sampai menyelesaikan Sarjana. Karena dengan pendidikan yang baik, penduduk dapat memiliki cukup pengetahuan dan keterampilan dalam bekerja. Selain itu melalui sekolah pernikahan usia dini dapat dihindari. Kemudian langkah yang kedua adalah menciptakan kesadaran masyarakat akan pentingnya Program Keluarga Berencana dan pembatasan jumlah kelahiran.
Dengan terlaksana dua hal diatas dan dengan didukung program program lainnya, maka peningkatan kualitas manusia Provinsi NTT dapat tercapai, dan dapat berpengaruh besar bagi kemajuan dan kesejahteraan seluruh masyarakat NTT. Oleh sebab itu peran dan kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat sangat diperlukan demi terciptanya Provinsi NTT yang berkualitas.
Daftar Pustaka: https;//www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1271/angka-fertilitas-total-menurut-provinsi-1971-2012.htm
https;//ntt.bps.go.id/preslease/2017/04/20/635/ipm-nusa-tenggara-timur-2016.html
https;//www.bps.go.id/statictable/2014/02/18/deoendecy-ratio-menurut-provinsi-2010-2035.html