Seorang pengguna facebook bernama Stenley Fery, meng-unggah satu artikel menarik pada 3 Juli 2013. Sudah empat tahun berselang. Benar! Tetapi artikel ini menarik untuk dibaca sebagai pengetahuan keagamaan. Berikut petikannya
TAHUN-TAHUN YESUS YANG HILANG – Dimana YESUS ketika berusia 13 – 30 tahun.
(3 Juli 2013 pukul 6:24)
Pernahkah Anda mendengar istilah “The Lost Years of Jesus” atau “Missing Years” dalam kekristenan?
Mungkin belum! Bahkan, pengalaman para pelayan Tuhanpun belum pernah apalagi umat awam, barangkali secara sengaja tidak diinformasikan mengenai hal itu.Tapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “missing years”itu?
Ya, itu memang terminologi dalam bahasa Inggris yang berarti “tahun-tahun Yesus yang hilang ”
Tahun-tahun yang masih menyisakan teka-teki besar bagi sebagian umat Kristen yang kritis. Mengapa demikian?Orang yang mempelajari Injil dengan seksama, pasti akan dapat mengetahui riwayat hidup Yesus Kristus.
Mereka tahu : kapan, dimana, dan bagaimana kisah kelahiran Yesus. Para pembaca Injil juga tahu, bagaimana dan pada usia berapa Yesus meninggal di salib, lalu “bangkit” kembali. Namun kalau mereka jeli, mereka juga akan mendapatkan fakta berikut ini. Injil menceritakan kelahiran dan kegiatan Yesus sampai dengan Yesus berusia 12 tahun. Yesus dilahirkan oleh Bunda Maria dalam dalam usia 0 – 12 tahun Yesus dalam asuhan kedua orang tuanya.
Setelah itu, tiba-tiba Injil menceritakan kembali kehidupan Yesus pada waktu Dia sudah berusia 30 tahun. Saat itu, Yesus menerima baptis dari Yohanes Pembaptis di sungai Yordan. Sejak itu Injil kembali menceritakan secara runtut kehidupan Yesus. Yesus mengajar dan berkotbah dimana-mana, menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir setan, membangkitkan orang mati, melakukan berbagai mujizat dan pelayanan sampai dengan Yesus di salib. Juga masih dilengkapi dengan kesaksian para murid yang bertemu kembali dengan Yesus, setelah Yesus meninggal disalib, bangkit kembali dan naik ke sorga.
Dari sejak usia 12 tahun Yesus pergi ke Yerusalem bersama orang tuanya, sampai usia 30 tahun Yesus dibaptis, dengan demikian, terdapat 17 – 18 tahun “missing years”. Tidak ada sepatah katapun dalam Injil yang bercerita apa yang terjadi pada diri Yesus sejak berusia 13 tahun hingga akhirnya tiba-tiba berada di Sungai Yordan. Inilah yang disebut sebagai “tahun-tahun yang hilang”.
Suatu waktu saya menemukan buku berjudul” Tahun-tahun Yesus yang hilang” karya Elizabeth Clare Prophet, menulis tentang kisah Nicolas Notovitch, saya sempat yakin bahwa benar Yesus pernah pergi ke India dan Tibet, dll untuk belajar agama Hindu dan Buddha.Tapi hal ini banyak tidak diketahui oleh orang dan melalui buku inilah diungkap kisah Yesus pergi ke India dan Tibet dan dikatakan disalah satu kitab buddha, bahwa ada catatan tentang Yesus, inilah kemudian yang dihubungkan dengan tahun-tahun Yesus yang hilang. Kemana Yesus gerangan ?
Buku ini mencoba memberikan bukti-bukti dan petunjuk baru mengenai satu sisi periode, tahun-tahun yang hilang dari perjalanan spiritual seorang Yesus. Beberapa informasi yang berbobot dari para jurnalis, profesor, petualang dirangkum dalam buku, yang memaparkan bukti naskah kuno di biara Himis yang menyatakan bahwa Yesus pernah berada di sana. Dilengkapi pula dokumentasi foto keberadaan Yesus.
Jawaban tersebut dikemukakan oleh Elizabeth Clare Prophet dengan mengungkapkan data-data yang cukup memberikan informasi baru yang langka tentang keberadaan Yesus. Buku yang berjudul asli The Lost of Years ini menyajikan bukti dokumenter yang terdiri dari empat kisah kesaksian dari orang yang menelusurinya. Kesaksian mereka tersimpan dalam tulisan yang sengaja dibuat untuk memberikan informasi mengenai teka-teki kehidupan Yesus yang hilang itu. Informasi terasa lengkap dengan adanya background yang beragam dan saling menguatkan di antara mereka.
Disimpulkan bahwa Yesus dalam periode tahun-tahun yang hilang tersebut, sejak usia 13 tahun hingga 30 tahun, melakukan perjalanan ke dunia Timur, yakni India, Nepal, Ladakh dan Tibet. Perjalanan ini dilakukan baik sebagai murid maupun sebagai guru. Tapi ia dikenal sebagai (Nabi) Isa, bukan Yesus. “Isa diam-diam meninggalkan orang tuanya dan bersama dengan para pedagang Yerusalem menuju India untuk mempelajari hukum Buddha yang Agung,” demikian catatan awal dari sebuah dokumen yang berumur 1.500 tahun, disamping sebelumnya dia belajar juga tentang Hindu.
Bagian awal buku ini dimulai dari catatan Nicolas Notovitch. Ia adalah seorang jurnalis berkebangsaan Rusia, pada tahun 1894 menulis buku La Vie Inconnue de Christ (The Unknown Life of Christ), yang mengisahkan perjalanannya saat ia pergi ke Ladakh (Tibet Kecil) akhir tahun 1887. Notovitch menyatakan dengan tegas bahwa Yesus dalam tahun yang hilang pernah berada di India. Pernyataannya berdasarkan pada sebuah naskah kuno agama Budha berbahasa Pali yang ditemukannya di sebuah biara Himis, dekat Leh, ibukota Ladakh, juga berdasarkan keterangan para Lama, nama lain biksu di Tibet.
Karya Notovitch yang membuka kontroversi juga mendapat banyak kritikan dan anggapan pemalsuan narasi ini, dikuatkan kembali oleh seorang saksi mata pengunjung Himis, Swami Abhedananda. Ia mengatakan bahwa telah bekerja keras untuk melihat dan memeriksa kisah Notovich, dan menyatakan bahwa catatan tersebut memang benar adanya. Bahkan menurut Sister Shivani seorang murid Abhedananda pernah mengatakan bahwa “Swami pernah berbicara di panggung tentang akibat dari penginjilan Kristus yang sempat menghabiskan waktu di India bersama para filosuf Yoga di Tibet.”
Bukti lain dikemukakan oleh Nicholas Roerich, seorang anggota persatuan profesor di Imperial Archeological Institute. Ia mencatat sejarah kehidupan Isa di Timur saat ia memimpin ekspedisi melalui Asia Tengah. Ia melacak kisah Isa (nama timur untuk Yesus) melalui naskah-naskah kuno dan legenda-legenda dari berbagai bangsa dan agama yang ditemukannya. Dari beberapa naskah dan variasi legenda yang diperoleh akhirnya merujuk ke satu kesimpulan bahwa dalam kurun waktu yang hilang, Yesus berada di India dan Asia .
Tidak hanya itu beberapa tahun berselang tepatnya tahun 1939 seorang musisi dan profesor ilmu musik, Madame Caspari bersama suaminya, Charles melakukan perjalanan ke Gunung Kailas yang dipimpin oleh pemimpin agama, Clarence Gasque. Ia berhasil mengabadikan gambar yang anehnya sama dengan foto yang hilang yang pernah disaksikan dan diabadikan oleh Notovitch. Selain itu mereka mendapatkan perkamen dari daun yang diberikan oleh biksu dan pustakawan biara di Himis. Saat menyerahkan perkamen tersebut, biksu mengatakan bahwa Yesus pernah berada di Himis. Bahkan di daerah ini ditemukan catatan tentang kehidupan Yesus Kristus secara sistematis.
DOKUMEN HIMIS “INJIL TIBET”
Berbagai pernyataan dari Notovich, Abhedananda, Roerich, Caspari menegaskan bahwa Yesus waktu berumur 13 sampai 30 tahun telah berada di India dan belajar dari para Lama tentang pengajaran agama Budha. Bahkan legenda tentang Yesus begitu populer di kalangan rakyat India dan Tibet. Untuk mengetahui kebenaran tentang anggapan dan pernyataan dari Notovich, Abhedananda, Roerich, Caspari, maka kita perlu mengkaji isi dokumen dari Notovich yang kebenarannya dikukuhkan oleh Swami Abhedananda. Semua pihak merasa yakin bahwa Yesus pernah dan tinggal cukup lama di India berdasarkan dokumen-dokumen yang tersimpan di biara Himis. Tetapi sayangnya sampai kini, dokumen tersebut tidak dapat diperiksa untuk diteliti oleh para ahli. Sehingga kita juga tidak mengetahui apakah dokumen tersebut ditulis pada awal Masehi; ataukah ditulis beberapa ratus tahun setelah Kristus wafat.
Karena dokumen dari Notovich dan Swami Abhedananda ditemukan di Tibet, maka untuk memudahkan peristilahan, saya menyebut dokumen tersebut dengan nama “Injil Tibet”. Apabila kita sulit untuk meneliti keakuratan waktu penulisan dokumen dari “Injil Tibet”, maka kita akan mencoba mengetahui masa penulisan “Injil Tibet” dari peninjauan isi “Injil Tibet”. Jadi melalui upaya peninjauan kritis terhadap isi “Injil Tibet” tersebut, kita dapat menguji apakah memang benar bahwa Yesus pernah belajar dan dipengaruhi oleh ajaran agama Budha. Apakah memang benar bahwa Yesus sebagai inkarnasi dari Roh Budha. Apakah memang benar pemikiran “Injil Tibet” menunjuk kepada keberadaan Yesus di India dengan membandingkan dengan pemikiran Alkitab. Ataukah pemikiran “Injil Tibet” sebenarnya merupakan suatu “rekayasa teologis” yang sengaja ditulis dalam bahasa Pali yang merupakan bahasa asli dari kitab-kitab Budhisme, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Sansekerta atau Tibet. Apakah “Injil Tibet” sungguh-sungguh merupakan suatu dokumen yang sahih tentang kehadiran dan pelayanan Yesus pada waktu Dia berumur 13 sampai 30 tahun.
a. Alasan Yesus Meninggalkan Israel
Menurut terjemahan Notovitch dari naskah kuno yang ditunjukkan oleh seorang Lama di biara Himis tentang alasan Yesus meninggalkan tanah Israel yaitu: “Ketika Isa menginjak umur tiga belas, sudah waktunya seorang Israel mengambil istri. Rumah yang dimiliki orang tuaNya hasil dari usaha sederhana mulai penuh dengan orang-orang kaya dan bangsawan, menginginkan Isa muda menjadi menantu mereka mereka, yang sudah terkenal karena membawa nama Yang Kuasa. Karena itu Isa meninggalkan rumah orang tuaNya diam-diam, pergi dari Yerusalem dan bersama seorang pedagang menuju Sind, dengan tujuan menyempurnakan diriNya dalam perkataan Yang Kuasa dan mempelajari hukum Budha” (“Injil Tibet” IV:10-13).
b. Yesus Belajar Pengetahuan dari Agama Budha?
Dari tulisan Notovich kita telah menangkap kesan yang sangat kuat bahwa Yesus meninggalkan Yerusalem dengan tujuan mempelajari tentang perkataan Yang Kuasa dari hukum agama Budha. Karena itu Yesus merasa perlu pergi di Tibet. Yesus kemudian belajar agama dan ajaran Budha dari para Lama. Dorongan untuk belajar dari diri Yesus tersebut karena sesungguhnya Dia merupakan inkarnasi dari Roh Budha. Jadi dalam tulisan “Injil Tibet” yang ditulis oleh Notovich mau menyatakan bahwa seluruh pemikiran, ide, gagasan, pengajaran, kuasa mukjizat dan kehidupan Yesus sepenuhnya dikuasai oleh Roh Budha. Bahkan Yesus dianggap sebagai inkarnasi dari Budha Maetreya.
Sebagai inkarnasi dari Roh Budha, Yesus kemudian menentang pengajaran agama Hindu. Sikap Yesus ini terlihat dari “Injil Tibet”, yaitu:
“Isa menyangkal asal muasal Weda dan Puranas. Karena ajarNya kepada
pengikutNya: suatu hukum telah diberikan sebelumnya kepada manusia
untuk menuntunnya dalam bertindak; takutlah akan Tuhan, berlututlah
hanya di hadapanNya, dan bawalah persembahanmu hanya kepadaNya
hasil dari yang engkau dapat. Isa menyangkal Trimurti dan inkarnasi
Para-Brahma dalam Wisnu, Siwa dan dewa lain. Ia mengatakan karena:
Hakim Abadi, Roh Abadi, satu roh alam semesta yang tak terlihat,
yang mana hanya seorang diri menciptakan, mengetahui dan
mengatasi segalanya. Ia seorang diri telah menciptakan,
Ia telah ada dalam keabadian, dan keberadaanNya
tidak akan berakhir. Tidak ada yang setara denganNya baik di surga
maupun di bumi. Sang Pencipta tidak berbagi kekuatan dengan
mahluk hidup apapun, juga tidak kepada benda apapun,
seperti yang mereka katakana kepadamu, karena hanya Ia yang
memegang kemahakuasaan. Ia menghendakinya maka terbentuklah dunia.
Ia mengumpulkan air, memisahkannya dari bagian dunia yang kering.
Ia adalah pencipta manusia, yang mana Ia hembuskan nafas kehidupan.
Dan Ia memberikan kepada manusia bumi, air, hewan,
dan semua yang telah Ia ciptakan dan Ia berdiam dalam keabadian,
menentukan jangka waktu untuk segala sesuatu” (“Injil Tibet” V:12-19).
Dari “Injil Tibet” V:12-19 tersebut, kita dapat menarik beberapa pokok pemikiran teologis dari “Injil Tibet” tentang diri Yesus, yaitu:
• Yesus menyangkal asal muasal Weda dan Puranas, termasuk pula Dia menyangkal pengajaran atau kepercayaan kepada Trimurti dan inkarnasi Para-Brahma dalam Wisnu, Siwa dan dewa lain.
• Pencipta alam semesta adalah Hakim Abadi, Roh Abadi, satu roh alam semesta yang tak terlihat, yang mana hanya seorang diri menciptakan, mengetahui dan mengatasi segalanya. Ia seorang diri telah menciptakan, Ia telah ada dalam keabadian, dan keberadaanNya tidak akan berakhir. Tidak ada yang setara denganNya baik di surga maupun di bumi.
• Pencipta tersebut adalah Tuhan. Karena itu manusia hanya boleh takut dan berlutut di hadapan Tuhan. Sebagai bentuk penyembahan kepada Tuhan, maka manusia dipanggil untuk membawa persembahan hanya kepadaNya.
• Sebagai sang Pencipta, Tuhan tidak berbagi kekuatan dengan siapapun, dan tidak ada yang sebanding dengan dia baik di surga maupun di bumi. Dialah Allah yang mahakuasa.
• Dalam penciptaan bumi dan langit, Allah yang mengumpulkan air dan memisahkan dengan yang kering; serta Dialah yang menghembuskan nafas kehidupan kepada manusia.
DIPENGARUHI OLEH GNOSTISISME
Pemikiran “Injil Tibet” sebenarnya lebih dominan dipengaruhi oleh pemikiran gnostik dari pada pemikiran dan ajaran agama Budha. Pola pemikiran gnostik sangat jelas dan terlihat dari beberapa ungkapan dari “Injil Tibet” yaitu:
“Tuhan yang kuasa, Bapa alam semesta, berbelas kasihan terhadap orang-orang berdosa, memutuskan untuk lahir ke bumi dengan tubuh manusia. Inkarnasi terjadi sebagai suatu jiwa yang terpisah dari Roh Tertinggi yang tidak memiliki awal, tidak berakhir, dan di atas segala-galanya. Dia turun untuk menunjukkan bagaimana suatu jiwa dapat bersatu dengan Tuhan dan menemukan kebahagiaan abadi, dan mengambil tubuh manusia untuk menunjukkan bahwa dalam kehidupannya seorang manusia dapat mencapai kebajikan danmemisahkan jiwa dari tubuh manusiawi untuk mencapai keabadian dan sampai kepada Bapa Alam Semesta, di mana terletak kebahagiaan abadi. Dia muncul sebagai anak yang tak bernoda di tanah Israel, Anak itu segera menjadi juru bicara untuk Bapa Alam Semesta untuk menjelaskan tubuh alamiah yang tidak kekal dan kemenangan bagi jiwa” (“Injil Tibet” terjemahan dari Swami Abhedananda bab IV:1-5).
Ciri-ciri pemikiran gnostik adalah:
a. Menempatkan roh atau jiwa sebagai yang paling mulia dan lebih suci dari tubuh jasmaniah manusia. Dalam hal ini roh tidak memiliki awal, tidak berakhir dan di atas segala-galanya. Sedang tubuh manusia dianggap sebagai hal yang kotor dan sumber dosa.
b. Membuat pemisahan yang radikal antara tubuh dengan jiwa dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
c. Roh manusia akan kembali dan bersatu (“melebur”) dengan Allah sebab roh manusia pada hakikatnya berasal dari percikan ilahi. Demikian pula “Injil Tibet” menyatakan bahwa ketika Yesus mati dihukum di atas kayu salib, maka Roh Yesus saja yang bersatu dengan yang ilahi. Di “Injil Tibet” bab XIV:3 menyatakan: “Pada senja hari penderitaan Isa semakin berakhir. Ia kehilangan kesadaranNya, dan roh lelaki itu meninggalkan tubuhNya untuk bersatu dengan Ilahi”.
Corak pemikiran “gnostik” berulang-ulang dikemukakan oleh penulis “Injil gnostik” untuk menyatakan bahwa roh manusia sesungguhnya tidak bersalah, sebab roh selalu penuh dengan kebaikan. Di bab IX:14-15, “Injil Tibet” menyatakan: “Karena Tuhan telah menciptakan engkau serupa denganNya – tidak bersalah, dengan roh yang murni dan hati penuh kebaikan, tidak ditakdirkan berada di tengah kejahatan tetapi diciptakan untuk mendapat bagian dari kasih dan keadilan. Karena itu Aku berkata kepadamu, jangan nodai hatimu, karena yang kekal tinggal di dalamnya selamanya”. Dengan pemikiran ini, “Injil Tibet” mau menyatakan bahwa jiwa manusia pada hakikatnya suci sebab dia berasal dari Allah.
Pemahaman ini tentu saja bertentangan dengan pemikiran Alkitab, yang menyatakan bahwa manusia secara utuh dan menyeluruh telah jatuh di bawah kuasa dosa (Rom. 3:23). Roh manusia bukanlah bersifat ilahi. Sebab roh manusia hanyalah ciptaan Tuhan belaka (Kej. 2:7). Perhatikan ucapan Yesus di “Injil Tibet” yang berkata: “Dan Isa menjawab mereka bahwa Tuhan tidak melihat bait yang dibangun dengan tangan manusia, tetapi hati manusia adalah bait Allah yang sesungguhnya” (bab IX:11). Ucapan “Injil Tibet” ini menunjukkan pengaruh ucapan dari rasul Paulus yang berkata: “Atau tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus, yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, – dan bahwa kamu bukan milikmu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu” (I Kor. 6:19-20). Tetapi perbedaan yang mencolok antara “Injil Tibet” dengan ucapan rasul Paulus adalah sikapnya terhadap makna “keber-tubuh-an manusia”. Bagi rasul Paulus, makna tubuh manusia dipandang positif, bahkan tubuh dipandang sebagai sesuatu yang dikuduskan sejauh “makna dan keberadaan tubuh” ditempatkan dalam persekutuan dengan kasih Allah. Itu sebabnya dalam Alkitab, tubuh kita dipandang sebagai bait Allah. Tetapi dalam “Injil Tibet” yang dianggap sebagai bait Allah hanyalah hati atau roh manusia. Tetapi tidak pernah “Injil Tibet” menyatakan tubuh manusia juga merupakan bait Allah.
Banyak bukti lain yang ditemukan dalam tahun-tahun berikutnya yang semakin menguatkan keberadaan Yesus di Timur. Misalnya saja seperti diungkap di atas dan juga dari pengakuan Dr. Robert S. Ravics, seorang profesor antropologi yang mendengar kisah Yesus dari para warga terhormat di Himis dan juga Injil Tibet. Juga dikuatkan kembali oleh petualang dunia Edward F. Noack yang singgah di Himis akhir tahun tujuh puluhan. Menurutnya seorang Lama di biara mengatakan bahwa ada sebuah naskah yang terkunci di ruang penyimpanan yang menggambarkan perjalanan Yesus ke Ladakh.
“Nama Isa sangat dihormati oleh Buddhisme. Tetapi hanya pemimpin Lama yang tahu banyak tentangnya, yang telah membaca naskah tentang Nabi Isa. Kami memiliki banyak Buddha seperti Isa, dan ada 84.000 naskah, tetapi hanya sedikit orang yang membaca lebih dari seribu naskah,” ujar seorang Lama Tibet. Di bagian lain dikutip catatan tentang Yesus, “Jika dibalik kehadiran Buddha terkadang sulit untuk mengakui wujud mulia dari Buddha sang Guru, maka cukup sulit untuk menemukan di pegunungan Tibet kisah tentang Kristus. Namun biara Buddhis menyimpan ajaran Kristus dan para Lama mengetahui tentang Kristus, yang dijaga dan diajarkan.”
Dalam karyanya Altai-Himalaya yang dikutip buku ini, Roerich mengatakan, “Demikianlah legenda Asia yang menceritakan gambaran tentang Yesus, begitu terkenal di hampir seluruh negeri. Dan Asia menyimpannya di pegunungan sebagai legenda. Dan tidak mengejutkan jika ajaran Yesus dan Buddha menuntun bangsa-bangsa menjadi satu keluarga. Memang indah, bahwa gagasan tentang kesatuan begitu jelas digambarkan. Dan siapa yang menentang gagasan ini? Siapa yang akan mengurangi keputusan hidup yang sederhana dan indah ini? Dan kesatuan duniawi begitu mudah bersatu dalam kesatuan besar dari seluruh dunia. Perintah Yesus dan Buddha terletak dalam satu rak. Dan tulisan kuno Sanskrit dan Pali mempersatukan semua aspirasi.” Benarkah demikian?
Memang masih banyak yang meragukan kebenaran dan keaslian berbagai bukti yang telah ditemukan oleh berbagai sumber tersebut. Sudah pasti para teolog Kristen di Barat pun menyangsikannya. Namun demikian sedikit banyak buku ini telah menyajikan, memberikan dan menyediakan satu petunjuk baru bagi penyelidikan selanjutnya. Paling tidak telah memberikan satu pemahaman baru yang cukup mengernyitkan dahi bagi pertanyaan kita mengenai perjalanan spiritual Yesus selama tahun-tahun yang hilang itu.
RIWAYAT YESUS MENURUT INJIL & TULISAN-TULISAN APOKRIFA & PSEODAGRAPHA?
Yohanes 21:25 LAI TB, Masih banyak hal lain yang dilakukan oleh Yesus. Andaikata semuanya itu ditulis satu per satu, saya rasa tak ada cukup tempat di seluruh bumi untuk memuat semua buku yang akan ditulis itu.
Keempat periwayat Injil hanya menceritakan kehidupan Yesus ketika :
• Ia dilahirkan (Matius 1:18-25; Lukas 2:1-7),
• Ia disunat pada usia 8 hari dan diserahkan di Bait Allah (Lukas 2:21-40),
• Pemunculan-Nya kembali di tempat Bait Allah yang sama pada umur 12 tahun (Lukas 2:41-52), dan
• Penampilan diri-Nya di depan umum setelah dibaptiskan oleh Yohanes, “ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira 30 tahun” (Lukas 2:23).
Jadi, ada “waktu senyap” (the silent period) selama 17 – 18 tahun, antara usia 12 sampai 30 tahun. “Kesenyapan” ini (minimal kalau kita mengikuti corak pikiran itu), telah menyebabkan banyak penulis mencoba mengisinya menurut tuntutan kepentingan mereka dan pengandaian-andaian mereka sendiri.
Dari abad ke abad, khususnya setelah zaman Rasuli yang dimulai pada akhir abad ke-2 Masehi, berbagai spekulasi mulai berkembang. “Kisah-kisah lancung” inilah yang akhirnya menjadi tulisan-tulisan apokrifa dan pseudographa .
Literatur ini banyak dijadikan rujukan oleh ahl al-bid’ah (heresy). Contoh-contoh tulisan apokrif ini misalnya- Injil al-Tufuliyah (Arabic Gospel of Infancy) yang berasal dari abad ke-7 Masehi. Dalam buku ini dikisahkan bahwa Yesus dapat berbicara pada waktu bayi ketika Yesus sedang digendong Maryam, ibu-Nya.”Ana huwa Yasu’a Ibn Allah” (Akulah Yesus, Putra Allah), kata bayi Yesus kepada ibu-Nya, “alladzi walidati kamma basyiruki Jibril al-Malak wa atta arsalni lil khalash al-‘alam” (yang dilahirkan sebagai berita gembira dari malaikat Jibril kepadamu dan aku diutus untuk keselamatan dunia).
Selanjutnya, berita Injil Matius 2:13-15 mengenai pelarian ke Mesir, dalam Injil Palsu Matius (Pseudo-Gospel of Matthew) yang berasal dari abad ke-5 Masehi, dikembangkan menjadi kisah-kisah ajaib berlebih-lebihan, pohon korma yang membungkuk menuruti perintah Yesus masa kanak-kanak untuk mengeluarkan buahnya dan air segar yang memancar dari bawah pohon itu.
Demikian pula, kisah-kisah ajaib mengenai remaja Yesus yang membuat burung dari tanah liat, dimuat dalam The Gospel of Thomas (Injil Thomas) berbahasa Yunani yang berasal dari abad ke-3 Masehi . Kisah-kisah ini sangat populer di kalangan sekte-sekte heretik Kristen di tanah Arab menjelang dan pada saat kelahiran Islam.
THE DEAD SEA SCROLLS : MENCARI JEJAK YESUS DI GUA-GUA WADI QUMRAN
Sejak tahun 1947, setelah menemukan manuskrip-manuskrip Laut Mati, para ahli sibuk mengaitkan dengan sejarah Kekristenan awal. Menurut kesepakatan para ahli yang terkenal, gua-gua lautan mati menyimpan bukti sejarah orang-orang eseni (Essene). Kaum Eseni adalah sekelompok orang Yahudi yang tidak puas dengan pemilihan imam besar di Bait Allah Yerusalem. Lalu, mereka mendirikan komuniti tersendiri di Laut Mati di bawah pimpinan seseorang yang bergelar Guru Kebenaran (Moreh Hassedeq) atau Guru Komunitas (Moreh hayyahad).
Menurut James H. Charlesworth, komunitas Qumran dimulai kira-kira tahun 150 SM, dan berakhir ketika tentara Roma menghancurkan tempat ini tahun 68 M. Dan dari sebelas gua-gua yang dihuni oleh orang-orang Qumran, para penghuni Qumran meninggalkan bagi kita naskah-naskah kuno, termasuk teks-teks Alkitab Perjanjian Lama, yang sebagian besar tertulis dalam bahasa Ibrani/Arami dan sebagian kecil sisanya berbahasa Yunani (khususnya gua-7). Manuskrip terkuno dapat ditentukan berasal dari tahun 250 SM, jadi 100 tahun sebelum manuskrip itu dibawa oleh penghuni Qumran dalam tempat-tempat pengungsiannya.
Pada awal penemuan naskah-naskah ini, dunia ilmu pengetahuan seperti tersentak. Lebih-lebih, apabila ketika para ahli sedang mencari-cari 17-18 tahun kehidupan Yesus yang tidak dikisahkan dalam Pejanjian Baru. Hal ini tampak dari judul buku Charles Francis Potter, The Lost Years of Jesus Revealed.
Sehingga banyak orang harap-harap cemas dengan penemuan terbesar abad ke-20 tersebut, secara khusus dalam usaha mencari “benang merah” dengan sejarah Kekristenan mula-mula. “Dalam banyak segi”, tulis Duport Summer, “Tuan (Master) Galilea itu tampak sebagai seorang reinkarnasi Guru Kebenaran dari Qumran yang sangat mencengangkan”.
Sedangkan Potter, sambil mengemukakan teorinya bahwa kaum Eseni Qumran adalah “ibu dari Kekristenan”, secara lebih bombastis lagi menulis: Dan sekarang setelah terbukti bahwa sejarah Kekristenan dapat ditemukan dalam masyarakat yang disebut Perjanjian Baru (B’rit ha-Hadasah) yang biasa disebut ESENI. Masalah penting yang menantang seluruh dunia Kristen ialah, apakah seorang anak akan mempunyai keperwiraaan, keberanian dan kejujuran untuk mengakui dan menghormati ibunya sendiri.
Robert Einseman, salah seorang dari sarjana peneliti Qumran yang sangat liberal, menunjukkan bahwa banyak petunjuk yang dengan jelas menghubungkan Qumran dengan Kekristenan awal. Einseman berangkat dari fakta bahwa Kekristenan Yahudi awal di Yerusalem disebut NOTZRIM (im bentuk jamak), yang menunjuk komunitas “pengikut Yesus, orang Nazaret” (Kisah Para Rasul 24:5; Matius 2:23). Akan tetapi Robert Einseman menghubungkan nama Kekristenan awal ini dengan istilah Ibrani “NOTSERI” (yang memelihara). Jadi, cocok dengan komunitas Qumran yang juga disebut “NOTSERI HA-BERIT” (yang memelihara Perjanjian).
Selanjutnya, Einseman juga mengemukakan fakta tentang adanya komunitas Kristen Yahudi pada abad ke-2 Masehi di Jabal Fahin (Yunani: Pella), seberang Yordan, yang disebut “Ebionit”. Karena istilah ini berasal dari bahasa Ibran EBIYON (orang-orang miskin), maka cocok dengan identitas jemaat Yerusalem sendiri (Galatia 2:10).
Data-data ini oleh Einseman ditafsirkan sedemikian rupa, sehingga terbangunlah teorinya yang menganggap bahwa Guru Kebenaran (Moreh hassadeq) yang disebut dalam naskah-naskah Qumran itu adalah Yakobus, saudara Yesus yang juga digelari Ha-Tsadiq (Yang Benar) dalam Gereja kuno. Sedangkan 2 tokoh lain yang juga disebut-sebut dalam naskah Qumran adalah Imam yang jahat, yang oleh Einseman ditafsirkan Kayafas dan Pendusta adalah Rasul Paulus. Dengan menyebut Paulus sebagai pendusta maka Einseman mempertentangkan Kekristenan yang Paulinis dengan Kekristenan Yahudi di Yerusalem .
Walaupun ada kemiripan yang ditemukan mengenai komunitas Qumran dengan Kekristenan, semua teori yang disebut di atas terus berubah. Kalau di awal-awal penemuan naskah ini sosok Guru tergolong cukup misterius, kini menjadi tidak lagi setelah data-data semakin lengkap direkontruksi. Memang, istilah-istilah Eseni, Oseni, Natsorea, Ebiyonim, Notsrim, Hasidim, Zaddikim tampak sebagai variasi-variasi atas tema yang satu dan sama. Istilah Eseni, misalnya, berasal dari kata “osei hattorah” (mereka yang melakukan Torah).
Jadi, meskipun nama-nama itu berkatian, tetapi semua menunjuk kepada latar belakang warisan spiritual bersama. Artinya, sangat gegabah untuk waktu sekarang mencari asal-usul istilah Perjanjian Baru dari Qumran, sebab istilah itu berakar dari pengharapan Yudaisme pada umumnya (bandingkan Yeremia 31).
Juga, mengasalkan tema Injil Yohanes tentang “terang dan gelap” dari salah satu naskah Qumran (1QM) berjudul Milkamah (Perang). Naskah ini memuat”Peperangan anak-anak Terang dan anak-anak Kegelapan”. Sebab tema gelap dan terang adalah tema umum Yudaisme, dan lagi dalam pandangan Qumran peperangan itu bersifat abadi. Sedangkan dalam
Injil Yohanes:
“Terang itu bercahaya dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya.” (Yohanes 1:5).
Kesimpulan semacam itu telah dibuat oleh 2 orang penulis polemik Muslim yang tidak berasal dari kalangan ahli atau pakar. Mereka adalah O. Hasyem dalam buku Tantangan Dari Qumran, dan Saleh A. Nahdi dalam buku, Nafiri Maut dari Lembah Qumran. Berdasarkan penelitian penulis lain yang belum final, antara lain Charles Francis Potter dan Duport Summer yang telah disebutkan di atas, kedua penulis Muslim ini terburu nafsu menyimpulkan bahwa ajaran Kristen adalah hasil pemalsuan dari ajaran Yesus asli. Logik mereka begini, Yesus adalah Guru Kebenaran sendiri. Padahal setelah diteliti, dalam naskah-naskah Qumran tidak ada ajaran mengenai penyaliban Yesus, Tritunggal, dan pokok-pokok ajaran Kristian lainnya. Jadi, terlalu pagi untuk meyimpulkan bahwa asal Kekristenan dari kaum Eseni di Qumran. Apalagi untuk menyimpulkan bahwa Guru Kebenaran itu Yesus sendiri.
Kesimpulan semacam itu telah dibuat oleh 2 penulis Islam yang “tidak berasal dari kalangan ahli”.
Berdasarkan atas 2 penelitian orang lain yang belum final, 2 penulis ini: O. Hasyem, Tantangan Dari Qumran , dan Saleh A. Nahdi, Nafiri Maut dari Lembah Qumran. Berdasarkan penelitian penulis lain yang belum final, antara lain Charles Francis Potter dan Duport Summer yang telah disebutkan di atas, kedua penulis Muslim ini terburu nafsu menyimpulkan bahwa ajaran Kristen adalah hasil pemalsuan dari ajaran Yesus asli. Logika mereka begini, Yesus adalah Guru Kebenaran sendiri. Padahal setelah diteliti, dalam naskah-naskah Qumran tidak ada ajaran mengenai penyaliban Yesus, Tritunggal, dan pokok-pokok ajaran Kristian lainnya.
Dengan berlagak sebagai ahli dan ‘pakar’, kedua penulis itu juga menguraikan perbedaan-perbedaan ajaran Kristen dengan Guru Kebenaran untuk menyatakan “kepalsuan ajaran Kristen”. Padahal, Yesus jelas-jelas bukan Guru Kebenaran yang dimaksud dalam naskah-naskah Qumran itu. Masa hidup Guru Kebenaran memang terjadi sebelum zaman Kristus. Jean Danielou dalam The Dead Sea Scrolls and Primitive Christianity menulis bahwa Guru Kebenaran dari sekte Eseni di Qumran telah wafat kira-kira tahun 50 S.M.
Lebih-lebih penemuan terakhir dari The Dead Sea Scrolls. Menurut hasil penelitian O’Chalagan, terhadap salah satu naskah berbahasa Yunani yang ditemukan di gua tujuh adalah serpihan fragmen Injil Markus 6:52-53 dan 1 Timotius 3:16 . Bukti baru ini menunjukkan bahawa teori yang selama ini menentukan penulisan Injil Markus setelah tahun 60 akan gugur. Sebab menurut kesaksian sejarawan Yahudi, Flavius Josephus dalam Antiquities of The Jews, komuniti Qumran berakhir akibat serangan militer Roma pada tahun 68 Masehi.
Jadi, Injil ini sudah ada di Qumran kemungkinan karena dibawa oleh orang-orang Kristian yang menginjil setelah cetusnya perang Yahudi tahun 66 M. Oleh kerana itu, Injil harus ditulis pada masa yang lebih awal lagi. Bahkan sudah ditemukannya fragmen Surat Paulus di Qumran, jelas telah menggugurkan teori ‘pertentangan Yakobus dan Paulus’ sebagaimana dikemukakan di atas.
DIMANAKAH YESUS KETIKA BERUSIA 13-30 TAHUN?
Dari deskripsi tersebut di atas, jelas bahwa semua teori yang mencari-cari “the silent period” (waktu senyap) Yesus itu akan tinggal sebagai “spekulasi cerdik” belaka. Bahkan teori-teori seperti itu sebenarnya tidak akan mucul apabila kita memahami dengan baik kebudayaan dan agama Yahudi, yang menjadi latar-belakang kehidupan Yesus, “yang lahir dari seorang perempuan yang takluk kepada hukum Taurat” (Galatia 4:4).
Mengapa Yesus hanya ditampilkan hanya kelahiran-Nya, usia 12 tahun dan baru ditulis lagi setelah berusia 30 tahun? Dari perspektif Yahudi, hal itu bukan hal yang aneh, sebab menurut budaya Yahudi seorang laki-laki baru boleh mengajar di depan umum pada usia 30 tahun.
Menurut hukum Yahudi, usia seorang anak digolongkan dalam 8 tahapan:
1) YELED, “usia bayi”;
2) YONEK, “usia menyusu”;
3) OLEL, “lebih tua lagi dari menyusu”;
4) GEMUL, “usia disapih”;
5) TAPH, “usia mulai berjalan”;
6) ULEM, “anak-anak”;
7) NA’AR, “mulai tumbuh remaja”; dan
8) BAHAR, “usia remaja”.
Dari catatan tentang kehidupan Yesus dalam Injil, kita hanya membaca tiga klasifikasi usia saja yang dimuat, yaitu bayi (YELED), usia disapih (GEMUL), ketika ia diserahkan di Bait Allah di hadapan Simeon dan Anna, dan remaja (BAHAR, 12 tahun) ketika Yesus diajak Yusuf dan Maria, kedua orang tuanya, ke Yerusalem.
Mengapa Yesus muncul pada usia 12 tahun? Karena usia 12 bagi tradisi Yahudi zaman Yesus begitu penting, karena seorang anak laki-laki Yahudi harus melakukan upacara yang disebut BAR MITSVAH (anak Hukum). Menurut legenda Yahudi, pada usia 12 tahun Nabi Musa meninggalkan rumah putri Firaun, Samuel menerima suara yang berisi visi Ilahi, Salomo (Nabi Sulaiman) mulai menerima Hikmat Allah dan Raja Yosia menerima visi reformasi agung di Yerusalem .
Dalam rangkaian ritus Yahudi itu Yesus harus melakukan ‘ALIYAH (naik) dan BEMAH (menghadap mimbar untuk menerima kuk hukum Taurat). Upacara ini dilakukan pada hari Sabat, karena itu disebut juga THEPILIN SHABAT.
Sejak abad-abad Pertengahan, usia BAR MITSVAH dilakukan pada usia 13 tahun . Menurut literatur Yahudi abad pertengahan Sepher Gilgulim, semua anak Yahudi sejak usia 12 tahun, mulai menerima ruah (roh hikmat) dan pada usia 20 tahun ditambahkan baginya NISHAMA (reasonable soul, “jiwa akali”).
Mulai usia 20 tahun tersebut seseorang harus memasuki sekolah khusus Yahudi (BET MIDRASH).
Sedangkan tahapan-tahapan pendidikan Yahudi adalah sebagai berikut:
MIQRA (membaca Taurat) mulai usia 5 tahun,
MISHNA mulai usia 10 tahun,
TALMUD pada usia 13 tahun (zaman Yesus 12 tahun);
MIDRASH (madarasah) pada usia 20 tahun, dan sejak usia 30 tahun baru boleh mengajar di depan umum .
Alkitab memang tidak menjelaskan mengenai hal itu secara detail waktu-waktu yang dihabiskan Yesus pada masa kecil hingga dewasa. Hanya ada ayat-ayat yang implisit menyatakannya. Salah satunya adalah ini :
* Lukas 2:49-51
2:49 Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
2:50 Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.
2:51 Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya.
Perhatikan frasa “Mengapa kamu mencari AKU? Aku harus berada di-Rumah Bapa-ku.” Yesus mengucapkannya saat Ia berada di-Bait suci Yerusalem. Jadi dari ayat tersebut, apabila kita kaitkan dengan budaya Yahudi pada masa itu, maka secara tradisi kita bisa memahami bahwa setiap anak-anak Israel harus sekolah hingga usia 17-19 tahun.
Lalu saat memasuki usia 20 tahun (usia madarasah), dan mereka yang mau melanjutkan sekolah theology, boleh memasuki pendidikan keimaman/ pengajar Taurat. Pendidikan imam Yahudi berlangsung kurang lebih 10 tahun. Mulai dari jabatan imam pendamping, imam muda, hingga imam kepala.
Bait Suci menjadi tempat pendidikan imam/ ahli-ahli Taurat. Maka dari itu Yesus berkata: “Mengapa kamu mencari AKU? Aku harus berada di-Rumah Bapa-ku (di-bait suci)” Lukas 2:49.
Dengan demikian jelas bagi kita bahwa Yesus sepanjang usia 12-19 tahun menempuh pendidikan umum sebagaimana anak-anak Israel yang lain, lalu memasuki usia 20-30 tahun, Ia menempuh & lulus pendidikan imam/ sebagai ahli Taurat di-bait suci. Baru kemudian menapak usia 30 tahun, Ia memasuki dunia pelayanan publik. Dengan di-awali oleh Baptisan Yohanes.
Adakah bukti bahwa Yesus pernah menempuh pendidikan imam? Hal ini didasari atas 3 fakta :
Misal :
• Dari Deacon ke Pdp (Pendeta Pembantu) —> 2 tahun.
• Dari Pdp ke Pdm (Pendeta Muda) —> 4 tahun
• Dari Pdm ke Pdt (Pendeta Otonom) —> 4 tahunTotal 10 tahun.
1. Memang jenjang pendidikan imam Yahudi adalah 10 tahun (usia 20-30 tahun). Hal tsb saat ini diteladani oleh banyak Sinode dalam jenjang Kependetaannya.
2. Para alumni / Lulusan sekolah imam itu biasanya dipanggil : Rabbi atau Guru. Sebutan ini Khas karena menunjukkan suatu jabatan. Tidak semua orang boleh dipanggil Rabbi atau Guru. Kecuali mereka yang pernah menempuh Study Theology di sekolah-sekolah imam tsb. Gelar ini diucapkan oleh khalayak Yahudi pada masa itu karena Yesus pernah menjalani pendidikan sebagai ahli Taurat/ pendidikan keimaman. Banyak bukti Alkitab yang membuktikan Yesus dipanggil Rabbi atau Guru oleh masyarakat Yahudi yang bukan dari kalangan 12 murid-Nya. Dari situ kita dapat melihat bahwa Ia memang pernah menempuh pendidikan itu.
* Yohanes 8:3-4
8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
Bahkan ahli-ahli Taurat & para Farisi pun segan dengan Yesus dan mereka juga memanggil Yesus dgn sebutan : Rabbi, karena mereka memang tahu bahwa Yesus punya latar belakang pendidikan yang setara bahkan lebih tinggi dari mereka:
3. Tidak semua orang punya hak / akses mengajar di-bait suci. Bahkan Yohanes Pembaptis saja tidak melakukan itu. Karena hanya mereka yang punya latar belakang pendidikan keimaman dan Taurat yang boleh mengajar di-Bait Suci. Dan karena Yesus mempunyai jabatan “Rabi”, maka Ia diperbolehkan mengajar di-Bait suci:
* Yohanes 8:2 Pagi-pagi benar Yesus berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
MASA-MASA KEHIDUPAN YESUS
a. Kelahiran Yesus sebagai juruselamat .
b. Masa kelahiran, kecil umur 0-12 tahun
c. Masa menghilang ??? (sebutlah begitu)
d. Masa mulai pekabaran injil umur 30 tahun sampai 33
e. Terangkat kesurga
a. Kelahiran Yesus sudah dinubuatkan
Kelahiran Yesus sudah dinubuatkan mulai dari janji penyelamatan oleh Tuhan bagi umatNya.
Kita coba dari ayat ini…
Yesaya 5:6 Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
Yesaya 6:6 Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya. Kecemburuan TUHAN semesta alam akan melakukan hal ini.
Mulai dari dua ayat diatas ini menunjukkan Yesus adalah Juruselamat yang benar-benar nyata dan diutus ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia. Dia tidak muncul tiba-tiba tanpa pemberitahuan…
b. Masa kelahiran, masa kecil
Mikha 5:1 Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
Pada Yesaya 5:6, Yesaya 6:6 dan Mikha 5:1 ada hubungannya yaitu Yesus sudah direncanakan datang dari sejak lama dan Dia bukan sembarangan utusan, Dia Tuhan yang datang kepada umatNya…
Kata memerintah, pemerintahan dan tahta pada Yesaya 5:6, Yesaya 6:6 dan Mikha 5:1 …
itu menandakan Dia bukan manusia sembarangan.
Lihat Yesaya 5:6, Yesaya 6:6 dan Mikha 5:1 nyambung kan…?
*Kelahiran Yesus (Di betlehem)
Lihat pada ayat ini…
Luk 1:26 Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret,
Luk 1:27 kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.
Lihat terus ayat di bawah ini…
Mat. 2:1 Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
Mat. 2:5 Mereka berkata kepadanya: “Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
Mat. 2:6 Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.”
Luk 1:32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
Luk 1:33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.”
Malaikat Gabriel datang untuk memberitahukan bahwa Yesus akan lahir dari perawan maria, kemudian Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea, Dia akan menjadi seorang pemimpin yang akan menggembalakan umat Israel dan menjadi Raja sampai selama-lamanya.
(ini bukti tak terbantahkan sampai detik ini).
*Masa penyingkiran ke Mesir…
(Matius 2:13-15) Kejadian pembunuhan anak-anak di Betlehem
(Matius 2:16-18) alasan penyingkiran ke Mesir
*Masa kecil sampai umur 12 tahun (Di bait Allah–Yerusalem)
Masa kecil Yesus umur 12 tahun adalah keinginan selalu berada di bait suci (bait Allah).
Buktinya ..?
Lukas 2:42 Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.
Kemungkinan besar lainnya adalah bahwa ada kebiasaan anak-anak israel untuk mempelajari setiap hukum Allah mereka mulai dari kecil…
Dan Yesus diutus bukanlah untuk bersenang-senang…
Dia sedang menjalankan kehendak Bapa yang mengutusNya…
Keinginan untuk tetap berada didalam bait suci itu terlihat pada ayat dibawah ini…
Luk 2:49 Jawab-Nya kepada mereka: “Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?”
Nah setelah penjelasan tentang umur 12 tahun inilah ada yang hilang (umur 13 – 30) yaitu kehidupan Yesus yang tidak tercatat dalam sejarah maupun alkitab? Apa benar tidak tercatat ?
Memang tidak tercatat secara eksplisit tapi bisa kita lihat pada ayat dibawah ini…
Luk 4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab.
Pada lukas 4:16 ada kalimat :
a. “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan…”
b. Dan kalimat ” dan menurut kebiasaan-Nya”…
Mari kita lihat apa maksud kalimat itu
a. “Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan”
Memangnya Yesus kemana makanya kata “datang” itu muncul pada lukas 4:16?
Jawabnya adalah Yesus datang setelah dibaptis oleh Yohanes pembaptis di sungai Yordan.
Kemudian Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun (Yoh 4:1) pada matius 4:1 tertulis dibawa oleh Roh.
Kata datang tersebut menandakan bahwa Ia (Yesus) sebelumnya pergi untuk dibaptis disungai yordan.
Dan juga Dia mengajar di rumah-rumah ibadat di galilea (lukas 4:15)
Kemudian sekembalinya dari yordan Dia kembali ketempat Dia dibesarkan yaitu Nazaret.
b. Dan kalimat ” dan menurut kebiasaan-Nya”
Kalimat “menurut kebiasaanNya” inilah kunci pembuka dimana Yesus berada pada masa 13 – 30 tahun.
Menurut penjelasan diatas berdasarkan adat istiadat orang israel bahwa setiap anak-anak di israel wajib mempelajari setiap firman dan juga hukum-hukum Tuhan mereka. Dan kebetulan Yesus sudah memulai dari kecil sesuai adat istiadat mereka. ( seperti penjelasan diatas sebelumnya)
Logikanya adalah bahwa Yesus sebagai pemimpin yang akan menggembalakan umatNya israel sudah pasti Dia mengarahkan orang israel untuk percaya akan janji Tuhan yaitu memberikan seorang pembebas dan Juruselamat bagi mereka.
Jadi kata “menurut kebiasaanNya” itu adalah kunci keberadaan Yesus mulai umur 13 sampai 30 tahun sebelum Dia memulai pelayananNya pada umur 30 tahun…
Apakah bukti lainnya ?
lihat bagaimana orang-orang israel mempertanyakan legalitas Yesus dalam menyampaikan firman Tuhan di rumah ibadat.
Luk 4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?”
Bentuk pertanyaan “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” menandakan bahwa mereka orang-orang nazaret sangat mengenal Yesus dari kecil sampai detik dimana dia berbicara sampai saat itu.
(kunci penerang…bahwa Yesus dikenal dari kecil 13 tahun sampai 30 tahun, status tetap berada di israel, tidak kemana-mana apalagi ke india?)
Jadi Yesus tidak pergi kemana-mana pada umur 13 – 30 tahun, bukan?
Dia selalu ada dirumah BapaNya seperti yang Dia sampaikan pada waktu umur 12 tahun (lukas 2:49).
Logika berikutnya adalah tidak boleh orang yang tidak dikenal perilakunya dan siapa keluarganya dan termasuk level pengetahuannya masuk ke rumah ibadat dan berani membaca alkitab untuk mengajar orang israel.
Orang yang boleh masuk dan membaca alkitab dirumah ibadat israel jelas-jelas harus orang israel dan tidak sembarangan pengetahuannya.
Kemungkinan besar setelah Yesus sering berbincang-bincang dengan para ahli taurat di sana (seperti yang dilakukannya di Yerusalem) membuat ahli taurat dan orang israel mau mempercayakan pengajaran di rumah ibadat mereka, bukan?
Jadi dapat disimpulankan bahwa Yesus pada waktu umur 13 sampai 30 tahun adalah mempelajari semua firman Tuhan dan kemungkinan-kemungkinan untuk mengajari orang israel dan mempelajari semua perilaku orang dan budaya israel tersebut sebelum memulai pekerjaanNya.
c. Masa mulai pelayananNya di muka umum umur 30 tahun sampai 33, kematian, kebangkitan & kenaikan Yesus.
Baca kitab-kitab injil matius, markus, lukas dan Yohanes biar lengkap pengetahuannya.
KESIMPULAN
Dari tahapan-tahapan pendidikan Yahudi pada zaman Yesus, latar belakang agama, budaya dan sosial ekonomi, jelas bahwa kontroversi cerita-cerita mengenai 17 – 18 tahun kehidupan Yesus yang tidak tercatat sama sekali tidak mempunyai landasan yang kuat secara historis.
Berdasarkan analisa yang sudah dipaparkan, selama 17 – 18 tahun tersebut, atau saat berusia antara 12 tahun – 30 tahun, Yesus tinggal bersama keluarganya di Nazareth. Ia menempuh pendidikan seperti layaknya anak-anak Yahudi dan juga membantu orang tuanya sebagai tukang kayu (carpenter).
Mengapa kisah kehidupan-Nya baru dicatat mendetail setelah usia 30 tahun? Karena dalam tradisi Israel (Yahudi), pada usia inilah seseorang “dianggap” matang untuk mengajar dan berkotbah. Dan, pada usia inilah tujuan utama kedatangan Yesus ke dalam dunia menjadi kelihatan nyata melalui pengajaran dan mujizat yang dilakukan-Nya. Yaitu untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang, dan menggenapinya dengan kematian-Nya di kayu salib yang menebus dosa dunia (Lukas 4:18-19; Yohanes 3:16; Yohanes 14:16).
Dengan demikian spekulasi mengenai keberadaan Yesus di Tibet, India, baik untuk belajar Budha, Yoga, dsb yang ada dalam buku “Tahun-tahun Yesus yang hilang” adalah cerita fiktif yang tidak dapat dibuktikan secara historis.
Referensi:
1. Elizabeth Clare Prophet, Tahun-Tahun Yesus Yang Hilang, Bina Communio, 2003
2. Swami Abhedananda, Swami Abhedananda’s Journey into Kashmir and Tibet. Trans. Ansupati Dasgupta and Kunja Bihari Kundu. Calcutta: Ramakrishna Vedanta Math, 1987.
3. Sarapa Pagi Biblika
http://www.sarapanpagi.org/the-lost-years-of-jesus-vt42.html
4. http://yohanesbm.com/index.php?option=com_content&task=view&id=233&Itemid=37
5. http://www.sabdaspace.org/dimana_yesus_waktu_umur_13_29_tahun
6. http://psbobby.wordpress.com/2010/05/14/dimanakah-yesus-saat-berusia-12-30-tahun/
Terima kasih banyak untuk penjelasan ini.
Ga usah membuat berbagai macam alasan dan dugaan yg tak ada buktinya.
Kalau cuma asumsi atau dugaan saja maka semua orang bisa buat bahkan Orgil pun jg bisa berasumsi.
Yg perlu itu catatan sejarah yg tertuang dalam bible.Kalau ga ada maka bilang aja ga ada dan tak tahu.titik.
Komentar yang menarik, tapi justru lebih menarik anda sudah bersuha untuk memberikan komentar disini dan mungkin membaca sedikit. kiranya Tuhan menjamah hati mu.
ijin menjawab, semua ada sejarahnya, suatu sejarah atau berita atau informasi dapat dikatakan benar jika ada bukti-bukti yang terkait dengan informasi tersebut, ataupun saksi saksi mata yang baik menulis langsung ataupu mengalami langsung. wajar saja seperti adanya bagian yang terhilang seperti masa 12-30 tahun Yesus, karna masa perjalanan Yesus dijalani atau dikerjakan selama usia 30 Tahun dimana Ia menunjukan atau mengajarkan orang. sehingga adanya saksi mata yang melihat langsung dan merekamnya dalam bentuk Tulisan atau Alkitab kita yang sekarang. justru yang jadi pertanyaan jika sejarah lengkap secara tertulis rapi apa yang dilakukan dari kecil hingga besar terperinci, berarti ada saksi mata antara emang dia yang menulis atau orang tuanya yang menulis… sekali lagi semua perjalanan Yesus sebagai TUhan jika anda minta kejadian nyata dapat ditemukan faktanya, mungkin terasa sekarang belum lengkap, namun jika mungkin anda BACA ALKITAB mungkin anda paham
ijin menjawab, semua ada sejarahnya, suatu sejarah atau berita atau informasi dapat dikatakan benar jika ada bukti-bukti yang terkait dengan informasi tersebut, ataupun saksi saksi mata yang baik menulis langsung ataupu mengalami langsung. wajar saja seperti adanya bagian yang terhilang seperti masa 12-30 tahun Yesus, karna masa perjalanan Yesus dijalani atau dikerjakan selama usia 30 Tahun dimana Ia menunjukan atau mengajarkan orang. sehingga adanya saksi mata yang melihat langsung dan merekamnya dalam bentuk Tulisan atau Alkitab kita yang sekarang. justru yang jadi pertanyaan jika sejarah lengkap secara tertulis rapi apa yang dilakukan dari kecil hingga besar terperinci, berarti ada saksi mata antara emang dia yang menulis atau orang tuanya yang menulis… sekali lagi semua perjalanan Yesus sebagai TUhan jika anda minta kejadian nyata dapat ditemukan faktanya, mungkin terasa sekarang belum lengkap, namun jika mungkin anda BACA ALKITAB mungkin anda paham
Sayang sekali kalau literatur hanya diambil dari 4 gospel saja. Bagaimana kalau mengambil dari yang apokripal juga jika memang artikel ini bisa dipertanggungjawabkan secara akademis.