MENYESAL ATAU MENGOMEL BILA TERLAMBAT TIBA?[1]
Heronimus Bani[2]
Pendahuluan
Suatu ketika dalam suatu peristiwa kedukaan satu rombongan keluarga terlambat tiba. Mereka tiba ketika jenazah telah dikuburkan. Mereka mendapati rumah duka sedang adem-adem menanti ibadah pengucapan syukur. Suasana duka berangsur berkurang. Lalu, “pimpinan” rombongan mencomel, sambil mereka terus merengsek masuk dan meratapi tempat tidur yang sudah kosong. Comelan tidak berhenti. Mereka menyalami para pelayat yang masih duduk di dalam tenda duka. Lalu, pada akhirnya suara comelan itu menaik dan meninggi. Sumber suara itu pun semakin kelihatan. Ia menuduh keluarga duka sebagai pecundang. Mereka tidak menanti keluarga jauh.
Dalam pada itu, ia tidak saja menuding keluarga duka, tetapi menuding pula para tokoh yang sebelumnya duduk dan mengatur seluruh rangkaian upacara subat[3] di tempat itu. Ketika itulah, saya tersulut emosi. Saya terpaksa harus meladeni si “pemimpin” rombongan itu. Selang beberapa saat kemudian, suaranya yang tadi meninggi, mulai menurun dan akhirnya menyatakan permohonan maaf.
Sejurus kemudian ibadah syukur atas peristiwa duka itupun dimulai.
Terlambat Tiba
Di sekolah, biasanya ada siswa yang terlambat masuk sekolah. Bukan hanya siswa, para guru pun terlambat. Anehnya, mereka yang terlambat tidak meluapkan emosi karena apel dan doa pagi tidak menunggu mereka. Mereka malah mendapat hukuman karena keterlambatannya.
Di kantor-kantor pemerintah dan swasta. Para pegawai dan karyawan bergegas pagi-pagi dari rumah untuk segera tiba di kantor. Apalagi daftar hadir menggunakan sidik jari sehingga setiap orang yang datang dipastikan pada jam sekian, menit ke sekian bahkan sampai detik ke sekian.
Pada upacara bendera Senin pagi di sekolah-sekolah dan kantor-kantor pemerintah. Siswa dan guru yang terlambat berlari-lari masuk ke barisan, atau terpaksa berbaris dalam barisan mereka yang terlambat. Jadi, mereka merasa ada yang tidak beres ketika mereka terlambat mengikuti suatu kegiatan sejak dari awalnya. Seringkali mereka yang terlambat mengikuti upacara menaikkan bendera, malah mendapat pembinaan[4] sebelum diizinkan masuk.
Mahasiswa yang ke kampus, seringkali berlari-lari jika mengetahui bahwa dosen mata kuliah tertentu akan sangat murka bila ia sudah memberi kuliah, sementara masih ada mahasiswa yang baru masuk alias terlambat. Dosen tertentu menggunakan kalimat hantu, “kalau saya sudah di dalam ruang kuliah dan telah mulai memberi kuliah, setan pun tidak boleh masuk!” Jika kalimat semacam itu muncul, maka ketakutanlah para mahasiswa, sehingga mereka yang terlambat, dipastikan tidak akan berani masuk untuk mengikuti kuliah.
Beberapa penumpang pesawat terbang terlambat. Lalu terpaksa pulang dengan penyesalan. Pilot dan para pemangku kepentingan yang ada hubungannya dengan penerbangan dan keselamatan penumpang, tidak dapat dipersalahkan karena tidak menunggu penumpang yang terlambat. Mereka berkali-kali memanggil bahkan ada petugas tertentu mencari-cari penumpang yang telah terdaftar tetapi terlambat tiba. Demikian halnya terjadi pada penumpang kapal laut, dan kereta api. Bila terjadi keterlambatan pada penumpang bus, mungkin sang sopir kecewa atau bahkan para penumpang yang sudah siap-siap berangkat justru mencomeli si penumpang yang terlambat.
Dalam ibadah/kebaktian di gedung-gedung gereja. Ada doa pembukaan yang diyakini, diimani sebagai menghadirkan Tuhan. Lalu kalau Tuhan sudah hadir lebih dahulu, kemudian datang orang-orang yang semestinya lebih awal datang. Mereka merasa tidak ada dosanya. Mereka tidak merasa ada kesalahan. Tuhan sudah hadir lebih dahulu, barulah mereka masuk dalam ruang kebaktian. Tetapi, siapa yang menghadap ke mimbar lalu bertanya, “hei, kanapa bosong sonde tunggu botong?” Sekali lagi, Tuhan sudah hadir sejak pelayan naik ke mimbar, mengundang Tuhan melalui do’a; “Kiranya jadi dalam nama Bapa, Putera dan Roh Kudus!” Lalu, bergegas-gegaslah orang/umat/jemaat masuk tanpa dosa di hadapan Tuhan, bahkan berjalan di depan mimbar/altar dengan pongah dan keangkuhannya.
Dua catatan tentang Keterlambatan dalam Kisah Pelayanan Yesus
- Matius 25 : 1 – 13
Cerita 10 gadis yang diceritakan Yesus menjadi catatan menarik. Ada 5 gadis pintar dan 5 gadis bodoh. Jadi ada dua kelompok gadis-gadis. Gadis-gadis pintar menyiapkan minyak yang cukup agar lampu tetap menyala ketika pengantin laki-laki tiba. Sementara 5 lainnya kehabisan minyak, sehingga mereka harus pergi membeli minyak. Ketika mereka kembali, pesta telah dimulai dan pintu pun sudah ditutup. Mereka terlambat tiba. Mereka tidak diizinkan masuk. Mereka terus meminta masuk dengan mengetuk-ngetuk pintu, tetapi siapa yang sudi membukakan pintu untuk mereka? Mereka yang ada di dalam ruang pesta tidak peduli pada 5 gadis yang terlambat itu.
- Yohanis 11 : 1 – 44
Cerita ini tentang Lazarus, sahabat Yesus yang meninggal. Ketika Lazarus sakit, Yesus dikirimi kabar, tetapi Yesus tidak bergegas untuk menjenguk Lazarus. Ia masih tinggal dua hari di seberang sungai Yordan. Tentu ada alasan-Nya. Kisah selanjutnya diketahui bahwa Yesus akhirnya pergi juga ke Betania. Di sana Dia bertemu dengan Maria dan Marta, dua saudari Lazarus yang masih dirayapi duka sekalipun sudah empat hari Lazarus dikuburkan. Yesus pun menangis karena kematian Lazarus. Ia tidak sempat melihat jasad/jenazah Lazarus sebelum dikuburkan. Walau begitu, ia tidak mengomel tetapi justru menangis. Akhir cerita ini menyenangkan, Lazarus hidup kembali. Ia dipanggil keluar dari dalam goa tempat dimana jasadnya ditidurkan.
Dua catatan alkitab ini sepintas berbeda ceritanya, tetapi ada yang sama di sana yaitu, terlambat tiba. Lima gadis yang kehabisan minyak walau disebut bodoh, tetapi mereka masih berusaha mendapatkan minyak. Sayangnya ketika mereka berhasil mendapatkan minyak, pintu telah ditutup. Mereka terlambat. Mereka datang setelah pintu ditutup, dan pestapun telah dimulai. Mereka mengomel. Cerita ini meninggalkan kesan bahwa mereka yang terlambat tiba justru menimbulkan masalah baru pada diri mereka.
Sementara itu, Yesus terlambat tiba di rumah duka, tetapi Ia tidak mengomeli Maria dan Marta. Ia justru bertanya, “Bosong kubur sang dia dimana?” Atau teks Amarasi mencatat demikian, “Hi msuub ee, et mee?” Pada cerita kedua, Yesus terlambat tiba, namun Ia memberi jalan keluar dari masalah. Yesus tidak sengaja terlambat. Ia masih melakukan tugas-tugas penting sebelum tiba di Betania, tempat dimana Maria dan Marta berduka. Yesus menjadi pembawa solusi. Ia tidak membebani keluarga duka dengan masalah baru, misalnya mengomeli mereka.
Penutup
Mengapa orang terlambat? Banyak alasan! Ada alasan yang benar-benar dapat diterima. Ada alasan yang sengaja dibuat-buat untuk menutupi kesalahan. Sejumlah alasan, terutama untuk keterlambatan yang akut, yang cukup diterima secara universal – sebagai contoh sebuah kecelakaan atau sakit. Tetapi alasan lainnya tidak mudah untuk diterima. Sejumlah orang yang terlambat akan melewatinya sebagai gejala untuk berpikir besar dan peduli dengan masalah keangkuhan dibandingkan menepati waktu, sebagai permainan kata-kata, tanda untuk melakukan sebuah pekerjaan terbaik dalam tekanan waktu, atau memiliki jam tubuh seperti burung hantu malam dibandingkan dengan seekor burung bernyanyi.
Menjadi orang yang selalu terlambat bisa jadi itu bisa tipe saudara. Tantangan untuk tepat waktu – seringkali memiliki andil dalam karakteristik kepribadian seperti optimisme, tingkat kontrol diri yang rendah, kecemasan, atau kecenderungan untuk mencari sensasi.
Maka, jadilah orang yang bijaksana ketika berhadapan dengan masalah terlambat. Jangan mempersalahkan orang yang sudah tiba lebih awal, jangan pula menciptakan sensasi untuk mendapat perhatian. Jadilah orang yang mau membenahi diri agar tidak diberi cap, tukang terlambat.
Referensi
LAI, Alkitab, Kidung Jemaat dan Pelengkap Kidung Jemaat, 2012, Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta
Tuhan Pung Kata-Kata, Janji Lama (pilihan) deng Janji Baru, Bahasa Kupang, 2016, UBB, Kupang
Uisneno In Kabin ma Prenat, Rais Manba’an Fe’u nok Reta’ Ahun-hunut, Uab Amarasi, 2015, UBB, Kupang
http://www.bbc.com/indonesia/vert-cap-38942136
https://jakubmarian.com/be-late-for-vs-be-late-to-in-english/
[1]Refleksi atas kejadian keterlambatan
[2]Guru SD Inpres Buraen, tinggal di Koro’oto desa Nekmese’
[3]Upacara subat, upacara pemakaman khas orang Timor
[4]Yang sama dengan hukuman