Injil masuk Kotaraja Kolana

Zet Sone

Injil Masuk Kotaraja Kolana

Monumen Leri Yesus

Pada tahun 1908, Raja Mikha Makunimau yang pada waktu itu bernama Leri Mausina, dipanggil ke Makasar untuk mengikuti konferensi raja-raja Nusantara bagian Timur. Konferensi ini diadakan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Hasil Konferensi tidak diketahui, namun Leri Mausina melakukan satu kegiatan keagamaan yaitu seluruh wilayah Lerian Taruamang harus beribadah kepada Tuhan pada setiap hari minggu.

Oleh karena itu masyarakat di Lerian Taruamang setiap minggu bergantian ke Kotaraja Kolana untuk beribadah. Jika minggu ini ayah, maka minggu berikutnya ibu dan anak-anak; anak-anak dan ayah, minggu yang lain anak-anak sendiri. Hal ini berlangsung sepanjang tahun 1908 – 1911. Masyarakat Lerian Taruamang mengenal gereja oleh karena Leri Mausina membawanya dari Makasar sesudah konferensi itu.

Pada tahun 1911, Gereja di Kotaraja Kolana diresmikan (terdaftar) sebagai bagian dari Indische Kerk (IK) yang berpusat di Batavia. Sejak saat itu, IK mengirim pelayan yang melayani jemaat/umat sambil mengajar pada sekolah yang dibangun oleh Gereja di Kotaraja Kolana. Sekolah Rakyat (SR) milik gereja telah ada pada tahun 1911.

Pelayanan gerejrjeawi oleh pelayan dari IK Batavia menggunakan Bahasa Melayu (Tinggi). Masyarakat/umat tidak seluruhnya memahami . Oleh karena itu beberapa orang yang memahami Bahasa Melayu menerjemahkan khotbah dan nyanyian dalam bahasa Wersing, bahasa persatuan 7 suku di Lerian Taruamang.  Penerjemahan khotbah biasanya dilakukan secara langsung. Pelayan berkhotbah di mimbar, penerjemah langsung menerjemahkan untuk jemaat/umat tanpa upaya menulis terjemahan itu. Sementara lagu-lagu dihafalkan.

Masa antara tahun 1911 – 1950-an pola pelayanan dengan terjemahan masih berlangsung. Seiring perkembangan dunia pendidikan dan introduksi bahasa nasional, maka terjemahan lisan dihentikan. Sejak itu bahasa Wersing mulai perlahan-lahan redup dalam perkembangan pelayanan di Lerian Taruamang terutama di Kotaraja Kolana.

Seorang penerjemah lisan, (alm) Paulus Mautuka menjadi guru injil pada masa itu. Ia mengajarkan pokok-pokok ajaran Kristen seperti: Doa Bapa Kami, Pengakuan Iman (12 Perkara Iman Masehi), 10 Hukum Taurat (Torah), Penciptan Dunia, Lima Kitab Musa, dan lain-lain. Paulus Mautuka belajar secara otodidak untuk dapat menjadi seorang guru injil tanpa pengutusan.

Injil telah 100 tahun sampai di Kotaraja Kolana dan menyebar di seluruh wilayah Lerian Taruamang. Wilayah Lerian Taruamang terbentang di antara bukit ~ lembah ~ pantai; dari Langkuru sampai Waisika dan dari Datola sampai Lembur.

Leri Yesus Sahabat Anak-anak Kotaraja Kolana

Injil akan terus berada di Kotaraja Kolana dan akan terus berkembang lebih baik setelah Bahasa Wersing yang lisan menjadi tulisan melalui langkah pertama Injil Markus yang diluncurkan pada 10 Desember 2017.

 

Sent by : Zet Sone

diolah kembali oleh: Heronimus Bani

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *