
Kefamenanu-infontt.com,- Sudah tujuh tahun masa kepemimpinan Raymundus Sau Fernandes, Bupati Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) mengharuskan semua bawahannya (pegawai) untuk menggunakan pakaian adat tradisional TTU setiap hari Kamis, sedangkan hari Jumat semuanya diwajibkan untuk menggunakan pakaian batik. Hal ini menjadi prioritas utamanya semenjak menjabat sebagai Bupati TTU.
“Mereka (pegawai) wajib menggunakan kain adat secara total yakni kain Beti dengan Tais sedangkan perempuan harus pakai kebaya lengkap pilu, Aol mama dan harus lengkap. Tentunya mereka pasti memilih kain adat dan batik yang terbaik, inilah yang membuat gairah kerja pengrajin tenun meningkat,” jelas Raymundus kepada media ini, Jumat (11/8/2017).
Dijelaskan Raymundus, masyarakat wajib mencintai budayanya sendiri karena budaya yang menjadi kekuatan setiap anak bangsa untuk membangun peradaban. Menurutnya, jika budaya daerah ditinggalkan maka semua peradaban akan menjadi luntur dan hilang dari peradaban zaman ini.
“Saya menghendaki agar kita harus tetap melestarikan budaya. Dan juga kita bisa menciptakan pasar bagi masyarakat, khususnya penenun di Kabupaten TTU karena dilihat dari segi ekonomi, masyarakat TTU banyak yang bekerja sebagai pengrajin tenun,” ujarnya.
Bakal calon gubernur NTT ini juga mengakui, dengan berlakunya aturan agar semua pegawai di TTU wajib menggunakan adat dan batik tenun TTU, maka tingkat pemasukan bagi pengrajin tenun pun meningkat. Ini dikarenakan jumlah pegawai di Kabupaten TTU kurang lebih tujuh ribuan orang, pastinya ini menjadi tempat tersendiri dan membangkitkan gairah ekonomi pengrajin tenun.
“Aturan ini hanya ada di NTT dan saya yang pertama berlakukan aturan tersebut. Indikatornya pun meningkat sehingga angka kemiskinan bisa berkurang, sejak dilantik pada periode pertama angka kemiskinan 65,62 persen dan pada akhir tahun 2016 kemarin menurun hingga 22,18 persen,” ungkapnya.
Selain meningkatkan pendapatan rumah tangga bagi pengrajin, Raymundus juga mempunyai harapan agar masyarakat NTT bisa mencintai budayanya sendiri. Dengan mencintai budaya sendiri, maka masyarakat juga sudah membantu melestarikan dan memberikan kontribusi ekonomi secara tidak langsung kepada para pengrajin tenun.
(Chris Bani)