Balada si Monyet, Geram si Kuntil’anak
(Heronimus Bani)
Adalah seekor monyet,
Ia ditangkap dan dibawa dari hutan rimba.
Habitatnya dibabat pembalakan, dibakar penari api.
Ia terjepit masuk perangkap, hingga dibawa dalam dekapan.
Ia sebangsa dengan kode,
sekeluarga dengan siamang dan simpanse.
Bahkan orang utan dan gorila.
Ia dipelihara seseorang bernama Pawang Monyet.
Ia dinamai: Monyet Kasian.
Ia diajari berbagai ketrampilan dengan dirotani dan dicambuk.
Walau sakit, si Pawang terbahak, hingga terpingkal berbinar mata.
Monyet Kasian sedih dalam kegembiraan manusia,
Ketika orang mengumpat katanya:
>Kode ni…
Pawang Monyet menerima imbalan atas pertunjukannya.
Monyet Kasian menerima pisang berbalut kebohongan.
Riuh rendah panggung pertunjukkan.
Pawang Monyet memberi aba-aba.
Monyet Kasian menari lenggak-lenggok.
Puteri Kuntil’anak tersinggung dan geram.
Ia tak dapat menunjukkan wajah busuknya di altar permainan.
Monyet Kasian beraksi di panggung,
Puteri Kuntil’anak berteriak histeris melengking.
Ia mengadu pada Mbah Dukun.
Panah asrama dilepaskannya, membelah jantung di pelukan hati.
Mbah Dukun menghirup parfum aroma harum cendana.
Asmara cinta bersambut di layar kegelapan.
Monyet Kasian terus menari,
Walau hanya ditonton anak-anak.
Sambil menari sang monyet bergumam:
“Aku rindu rumahku, habitatku, alamku!”
Koro’oto-Nekmese’, Sabtu, 20 Mei 2017