Anda sedang merasakan keadilan?
Hosea 6 : 8
“Hai manusia telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN daripadamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?”
Minggu, 05 Pebruari 2017 pelayan firman Tuhan di mimbar GMIT salah satu jema’at di pedesaan Timor menyampaikan khotbah dengan menekankan tentang keadilan, kesetiaan dan kerendahan hati. Suatu khotbah yang menyejukkan sekalipun disadari bahwa hal itu sebagai “tamparan” menyakitkan. Bagi mereka yang merasakan sakitnya menerima “tamparan” firman Tuhan sedemikian itu, mestinya kemudian mengalami suatu kesembuhan ilahi. Tuhan menyembuhkan “penyakit” manusia yang lebih menyukai ketidakadilan, ketimpangan, dan kesombongan.
Pembaca infontt.com, kepada manusia seperti apa nabi Mikha bersuara. Ayat 2 dan 3 menjelaskannya kepada kita dengan menggunakan metafora gunung, bukit dan dasar-dasar bumi. Menyimak sepintas, tidak logis kepada alam seruan itu disampaikan.
Dalam budaya tutur orang Timor (natoni, a’asramat, takanab, basan); sebutan pada kelompok manusia diklasifikasi dengan metafora. Misalnya, nunuh ma rete, dua macam pohon besar yang mudah dikenali dan diketahui masyarakat. Metafora itu ditujukan kepada strata atas (para ningrat, usif dan pembesar pemerintah). Kemudian kepada masyarakat dan khalayak dimetaforkan dengan istilah koro-manu, yang dalam idiom umum di Indonesia dikenal dengan nama masyarakat akar rumput.
Sepintas memperhatikan hal demikian, maka suara nabi Mikha tentulah diarahkan kepada para petinggi Isra’el (gunung); manusia kelas menengah (bukit) dan khalayak/rakyat (dasar bumi) pada masa itu.
Menelisik Mikha 6 : 1 – 16; dengan memperhatikan khusus seruan pada ayat 8; maka kita dapat menilai bahwa ada ketidakadilan, ketimpangan dan kepongahan di tanah Isra’el. Ketiga hal itu dilakoni oleh umat TUHAN tanpa batas kasta. Antara kasta kelas atas, menengah dan bawah, masing-masing melakoni ketiga hal itu.
Kondisi ini menyebabkan “kekacauan” di dalam negeri mereka, sehingga mereka tidak ta’at pada pemerintah dan terlebih kepada Tuhan. Mereka lebih suka menyebar gosip dan fitnah. Mengkonsumsi gosip dan fitnah menjadikan mereka lupa bahwa mereka mestinya berlaku adil, setia dan rendah hati. Keadilan kepada sesama manusia dari para petinggi negri kepada rakyatnya; kesetiaan dari rakyat kepada pemerintah; dan kerendahan hati dalam pelayanan dari petinggi negeri kepada rakyatnya; dan pada pergaulan antar insan manusia di dalam negeri mereka sendiri.
Tuntutan pada situasi adil, setia dan rendah hati sangat perlu untuk kebaikan dan rasa nyaman bersama dalam kepelbagaian mereka yang telah menempatkan diri pada kasta-kasta manusia.
Apakah saudara pembaca saat ini sedang mengalami situasi itu pada hari-hari ini di negeri ini? Renungkanlah!
Heronimus Bani