Tuhan… Andaikan sapi beranak rusa, Dan rusa beranak kancil, Pasti dunia terbelalak.
Sayangnya… sapi beranak anak sapi inseminasi, karena kawin tak normal dengan tangan manusia yang menjumput cairan benih sapi bermutu. Dan kelahirannya menyesakkan napas dan hampir selalu membunuh si induk sapi, dan lagi meneteskan air mata si peternak, sambil membuat pedagang sapi terpingkal-pingkal, membawa pulang pundi-pundi ke lumbungnya, lalu menaikkan suhu derajat negeri. Dan rusa digerayang perakus yang loba, sekalipun dilindungi dan dikerangkeng di Camplong dan Menifon. Tak berdaya di mata awas yang redup, diambil anak rusa sebagai penyedap sopi, dagingnya sebagai tolakan, dan tanduknya untuk aksesori nan mahal. Mereka pergi sambil terbahak. Karena sering hom pim pah dengan jagawana. Sedangkan kancil dimana kenampakannya? Sang kancil ada di dunia dongeng bersama buaya yang tertipu.
Tapi ada buaya yang ada di sekitar kami, ya Tuhan, Namanya buaya darat. Ia selalu memasang mata awas, Merancang niat sambil menyungging senyum di gurat wajah. Hari ini bukan makan apa? namun makan siapa dengan cara apa?