
Selasa, 15 Maret 2016, Pukul 08.07 WITa, saya sedang mengawas pelaksanaan simulasi ujian (try out) di kelas 6. Ketika saya sedang menulis satu judul ibu pertiwi disakiti, saya mencoba untuk melihat-lihat web kompasiana, pada laman terbaru. Saya tersentak, dan trenyuh, ketika seorang Kompasianer bernama Rokhman menulis artikel berjudul: Selamat Jalan Pak Lis: “Proses Pendidikan-Pengajaran Harus Baik” (http://www.kompasiana.com/omank/selamat-jalan-pak-lis-proses-pendidikan-pengajaran-harus-baik). Saya membuka halaman itu dan membacanya.Saya hampir tidak percaya, tetapi foto/gambar yang disertakan jelas-jelas menjelaskan hal itu.
Sebagai guru SD di pedalaman, saya menyatakan turut berduka. Saya mesti menyatakan bahwa Ketua Umum Pengurus Besar PGRI Pusat itu adalah seorang Pendekar Guru. Ia telah melakukan “pembelaan” kepada para guru di Indonesia.
Saya masih ingat ketika Adi Meliyati, Guru Honor dari Oefafi Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, NTT, duduk berdampingan dengan sang pendekar. Sang pendekar dalam nada suara yang bersahaja, mengatakan, kasus seperti yang dialami ibu ini kasuistis. Oleh karena itu, kepada Pengurus PGRI NTT dimohon untuk mendampingi ibu Adi agar bisa kembali ke sekolah. Pada saat yang sama, sang pendekar guru masih ingat untuk meminta Menteri PAN & RB, Yuddy Chrisnandy agar memaafkan guru yang mengirim sms padanya.
Lantas, hari ini menurut Rokhman, ia meninggal akibat salah urus rupanya. Rokhman menulis begini, “beliau adalah salah satu korban kecelakaan di RS Mintoharjo, Jakarta (14/3) (http://www.kompasiana.com/omank). Saya menggarisbawahi frase itu. Saya mencoba untuk menemukan sumber informasi lainnya. Saya temukan, Tribunnews.com (14 Maret 2016) mengabarkan dengan judul Sulistiyo dan Tiga Orang Lainnya Diduga Tewas Akibat Keracunan Asap. Selanjutnya, Polda Metro Jaya bersama Polisi Militer Angkatan Laut saat ini tengah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) insiden percikan api di dalam ruang terapi Pulau Miangas Gedung Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) Rumah Sakit Mintoharjo yang menyebabkan tewasnya empat orang, termasuk Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo.
Sebagai guru di desa dan pedalaman, saya masih belum percaya. Mumpung signal internet pagi ini agak lancar, saya mencoba menemukan informasi terbaru. Ternyata detiknews.com menulis judul, Disemayamkan di PGRI, Jenazah Sulistiyo Diterbangkan ke Semarang Pagi ini, disertai foto yang sangat meyakinkan saya.
Saya kira mestinya ada seruan untuk sekolah-sekolah mengibarkan bendera setengah tiang tanda berkabung.
Saya harus nyatakan sebagai guru di desa/kampung, pedalaman,
Selamat Jalan Pak Lis, jasamu untuk guru terukir di prasasti kenangan guru Indonesia yang tahu dan mengikuti perjuanganmu, dan pasti dikenang selalu.

Saya menulis dalam kesedihan sebagai guru di kampung.