Pengaruh Okultisme dan Globalisasi terhadap Pertumbuhan Iman Jemaat

Pdt. Sherly Parinussa, S.Th/ Pelayan di GKI di Tanah Papua, Manokwari
Pdt. Sherly Parinussa, S.Th/ Pelayan di GKI di Tanah Papua, Manokwari
Pdt. Sherly Parinussa, S.Th/ Pelayan di GKI di Tanah Papua, Manokwari

Pendahuluan
Kehidupan orang percaya dalam dunia adaah suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari. Allah menempatkan anak-anak-Nya untuk hidup di tengah dunia yang penuh dengan berbagai tantangan dan pergumulan. Kehidupan di dunia memang tidak mudah sebab orang-orang percaya akan tiba pilihan-pilihan yang sulit dan dan memerlukan keputusan yang tepat. Seperti kata Firman bahwa orang percaya ditempatkan di dunia dengan kehidupan yang berkenaan kepada Allah.
Sesungguhnya “dunia” yang kita tempati ada dalam siklus perputaran waktu: masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Dengan demikian, kehidupan kita pasti dipengruhi oleh “warisan nilai masa lampau”, “pandangan zaman kini” dan “visi masa depan”. Bagaimana iman kita berbicara dalam konteks demikian? Mari menilai dan bertanggung jawab dalam terang Injil Kristus yang membaharui segala sesuatu dengan membaca materi dengan judul sebagaimana tertera di atas.

Pengertian Okultisme
Dalam KBBI (ed.2) kata “okultis” berarti: ahli ilmu gaib (kekuatan yang tersembunyi) yang tidak dimiliki orang biasa. Okultisme adalah keperayaan kepada kekuatan gaib yang dapat dikuasai manusia. Okultisme juga berarti kajian tentang kekuatan gaib.
Dalam lingkungan GKI Tanah Papua, kita mengetahui dari sejarah PI, bahwa ssejak 5 Februari 1855, Injil Yesus Kristus telah mendarat di Mansinam melalui dua “utusan” Gossner (C.W. Ottow dan J.G. Gissler). Mereka tunduk di Pantai P.Mansinam dengan do’a sulung “Dengan nama Tuan kami menginjak tanah ini.”
Ottow dan Geissler mendengar cerita, juga membaca buku tentang keadaan manusia dan alam di Papua, antara lain tentang, kepercayaan kepada roh-rohon orang mati, suanggi serta orangporang hobatan, dsb. Sebab itu Do’a Sulung tersebut diucapkan oleh mereka dalam satu keyakinan bahwa segala sesuatu yang hendak dilakukan di tanah ini, hanya berlangsung dalam nama Tuhan. Tanah Papua yang disebut waktu itu sebagai “wilayah setan” mereka percaya bahwa Tuhanlah yang akan menghancurkan kuasa-kuasa kegelapan itu.
Setelah zending bekerja selama 101 tahun baru lahir GKI di Tanah Papua (26-10-1956). Ketika Injil masuk, okultisme sudah ada bahkan menjadi satu tantangan bagi para zending. Gereja Tuhan atas nama GKI di Tanah Papua sudah berdiri, namun pengaruh okultisme itu masih hidup dalam kehidupan warga jemaat. Ada daerah-daerah tertentu di Tanah Papua yang sampai sekarang masih ditakuti, karena dianggap sebagai pusat-pusat hobatan, pusat suanggi, pusat okultisme.
Jadi banyak orang di Papua yang menjadi Kristen tetapi banyak yang belum mengenal Tuhan Yesus. Nampak bahwa kuasa Yesus dipegang di tangan kanan, namun tangan kiri masih mengakui kuasa dunia (gaib, jahat, dsb).

Apa kata Alkitab tentang kuasa-kuasa jahat atau okultisme?
Di dalam 1 Semual 28:11-14 diceritakan bagaimana Saul pergi ke En-Dor dan meminta seorang perempuan di situ untuk menggil roh Samuel datang kepadanya. Dalam Keluaran 7:12 dikatakan tentang Tongkat Harun yang menelan ular-ular yang dibuat ahli-ahli sihir Fir’aun. Di dalam Markus 5:1-20 dikatkan tentang tindakan Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa; Mrk 9:14-20 Yesus mengusir roh jahat dari seorang anak; Mrk 6:49, murid-murid Yesus melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira hantu. Rasul Paulus menasihati orang Kristen di Efesus 6:10-20 supaya mereka memakai seluruh perlengkapan senjata Allah untuk melawan tipu muslihat iblis, melawan pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa dan penghulu-penghulu dunia yang gelap serta melawan roh-roh jahat. Kolose 1:16; 2:8, Paulus mengakui bahwa segala sesuatu di Sorga dan di bumi diciptakan oleh Dia, sehingga Kristuslah yang lebih utama di atas segala-galanya. Sebab itu hati-hatilah supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafat kosong dan palsu, menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia.
Dari bagian-bagian alkitab tersebut di atas, para penulis hendak menunjuk kuasa dunia yang selalu mengganggu/menyusahkan manusia dan mereka juga menunjuk pada suatu kuasa yang lebih besar yaitu Kuasa Ilahi.
Ada kuasa kegelapan tetapi kuasa tersebut harus tunduk di bawah kuasa terang Yesus, tinggal bagaimana manusia mau percay akepada Tuhan Yesus dan mengakui kuasa-Nya, baik di Sorga maupun di bumi (Mat.28:18). Wahyu 21:8 ada kesaksian tentang tukang-tukang sihir akan mendapat tempat di lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang (kematian kedua).

Orientasi Umum tentang Moderninasi
Istilah modernisasi datang dari kalangan gereja sendiri. Sejarah gereja mencatat bahwa dari abad V – VIII gereja menguasai negara (gereja negara), kemudian abad pertengah, gereja masih dominant dengan dogmanya. Pada abad ke II, gereja dipandang sebagai penguasa dan penentu segala-galanya, dogma gereja diterima begitu saja sebagai kebenaran mutlak tanpa protes dari warga gereja/masyarakat. Ilmu pengetahuan tentang alam dsb, hanya dipelajari oleh kaum biarawan/wati, sedangkan bagi warga gereja, ilmu-ilmu dibatasi.
Pada akhir abad pertengahan IX – XV dan memasuki abad pencerahan, muncul gerakan-gerekan modern seperti: Humanis dan Renaissance dssb yang menghendaki: kebenaran mutlak dari pemikiran dan penelitian, bebas dari tiap wibawa atau tradisi.
Pada abad pencerahan orang menemukan 2 hal, dunia dan dirinya sendiri. Bahwa orang sadar akan nilai pribadinya dan kekuatan pribadinya. Ratu Inggris menyebut abad pencerahan itu sebagai “abad Victoria” karena di abad ini terjadi hal-hal sbb:
• Dunia dan ilmu pengetahuan dikenal secara luas
• Penemuan benua-benua oleh para pelayar
• Penemuan mesin-mesin (industri), telepon, dsb
• Ekspansi Pekabaran Injil ke luar negeri (daerah jajahan yang dianggap kafir)
• Pengaruh Pietisme di Eropa (semangat membangun gereja dsb)

Dampak Modernisasis di Eropa
Dengan berkembangnya revolusi industri kemana-mana di seluruh dunia, maka tiba-tiba melonjak jumlah penduduk di kotakota karena urbanisasi. Masyarakat industri (produsen, konsumen) serta mereka yang berpandangan gaya hidup modern, berada pada gaya hidup perkotaan.
Masyarakat dan gereja belum siap menghadapi masalah baru, seperti sistem kelas dalam massyarakat, karena adanya kontrol demokrasi, sehingga yang kuat semakin kuat dan yang lemah semakin lemah dan dilemahkan dan tercecer sehingga terjadi jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin
Ketika teknologi dan industrialisasi diarahkan pada modernisasi persenjataan waktu itu, terjadi PD I dan PD II yang sangat mengerikan.
Bahaya sekularisasi yang mengancam gereja dan masyarakat. Terjadi krisis iman dimana Kristus tidak nampak lagi dalam kehidupan keluarga, jemaat dan masyarakat umumnya.
Akibat IPTEKS terjadi persaingan yang ketat di satu sisi dan ada ketergantungan dari bangsa yagn satu kepada bangsa yang lain (saling peduli), namun di sisi lain terjadi perbedaan status, berhubung kekayaan di bumi justri tidak dibagi secara merata.
Bumi ini dianggap kecil sehingga para pakar menyebutnya desa global. Dunia dibagi menjadi tiga bagian yaitu negara-negara di dunia pertama, negara-negara di dunia kedua dan negara-negara di dunia ketiga. Modernisasi membuat manusia semakin egois. Masalah iman sudah menjadi masalah pribadi. Teknologi menjadi dewa modern.

Jemaat GKI di Tanah Papua dalam tantangan Modernisasi
Sebelum Injil masuk, orang Papua sendiri sudah melakukan kontak dengan dunia luar khususnya dengan Ternate dan Tidore, Ambon dsb. Kontak tersebut tentu mengajak orang Papua untuk mengenal apa itu modernisasi.
Ketika Injil masuk dan para zendelng mulai mengajarkan dan memperkenalkan hal-hal yang baru bagi orang Papua, sebenarnya pada abad XX dan XXI, arus peradaban industri sudah keluar dari dnia barat dan telah melanda dunia ketiga (termasuk Indonesia). Maka seara moral masyarakat kita shock, karena masyakat sebenarnya belum iap menerima amukan badai peradaban:urban-industri.
Budaya asli mulai hilang dan kurang mantapnya regenerasi keyakinan budaya yang asli, akibatnya terjadi kehampaan kultur dalam hidup generasi muda.
Masyarakat ktia sesudah mengalami kemajuan teknologi informatika dan teknologi elektronika computer yang berkembang dalam berbagai program (internet, dan segala akses di dalamnya).
Sarana komunikasi, sarana pendidikan, sarana kesehatan dll secara modern, membuat hidup manusia semakin baik berkualitas. Manusia dalam pekerjaannya semakin produktif karena ditunjang dengan sarana dan prasarana yang tersedia. Namun segera kita catat juga bahwa hidup manusia semakin modern, semakin rusak pula akibat kehadiran teknologi modern.
Beberapa akibat yang terjadi dari kerusakan-kerusakan itu.
Keluarga sebagai lembaga pendidikan utama, kurang berperan lagi. Ada banyak suami-isteri, orang tua-anak yang hidup sendiri, tanpa pegangan hidup akhirnya bermuara pada perceraian.
Kenikmatan seksua yang harus dinikmati dalam hubungan pernikahan yang sah, sekarang mendapat penilaian dant anggapan berbeda karena tuntutan dan perkembangan zaman dimana orang melihat bentuk perkawinan terbuka dengan penuh kepercayaan tanpa prasangka negatif sudah terjadi apa yang disebut WIL, wanita idaman laki-laki dan sebaliknya PIP, pria idaman perempuan. Keperawanan semakin tidak menjadi senjata wanita menaklukkan pria. Banyak gadis telah pandai menyiapkan obat anti hamil, dan lain-lain alat kontrasepsi bahkan bekerja sama dengan klinik kesehatan untuk maksud-maksud buruk mereka.
Pacaran bergeser nilainya, bahkan ada yang berani “mati syahid” demi cinta. Iklan jodoh, komputer jodoh ditawarkan dimana-mana.
Lokalisasi pelacuran menawarkan kenikmatan seksual dipertontonkan di depan mata, bahkan disaksikan anak-anak. Anak-anak di bawah umurpun dijadikan pekerja seks komersial, dll.
Lokalisasi dilegalkan oleh negara dengan alasan devisa untuk negara.

Penutup
Apa yang saya kemukakan di sini baru sebagian kecil dari pengaruh modernisasi maupun okultisme yang sesunggunya merupakan tantangan berat bagi gereja di masa kini. Apa yang mesti gereja perbuat? Meningkatkan pembinaan dan memperlengkapi jemaat agar semakin dewasa dalam iman dan ketaatan kepada Tuhan. Kontinyuitas adalah prinsipnya. Jangan pernah berhenti.
Kita sudah ditebus oleh Kristus, maka kita semakin hidup dan bertumbuh dalam Roh Kristus (dari Kristus untuk Kristus)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 Komentar