Kuceritakan pengalamanku ini di sini, mungkin ada manfaatnya bagi pembaca. Aku seorang siswa SMP Negeri 01 Amarasi Kabupaten Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur. Aku salah satu di antara rombongan Jamnas Kabupaten Kupang. Kami berjumlah 40 orang ketika berangkat. Dua puluh di antaranya mendapatkan jatah pembiayaan dari Pemkab Kupang, salah satu di antaranya, aku. Maka, aku patut bersyukur.
Dengan tekad dan semangat ingin menjunjung persahabatan/persaudaraan sebagai sesama anggota Pramuka baik di lingkungan Kwartir Daerah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, maupun antardaerah, aku dan rekan-rekanku berangkat ke Cibubur-Jakarta. Cibubur dikenal sebagai bumi perkemahan untuk para pramuka bila melakukan perkemahan nasional untuk penggalang dan pandega.
Sebelum berangkat kami mendapatkan latihan yang disebut te se (TC/trainning centre). Maksudnya kami peserta dari wakil-wakil terpilih di sekolah-sekolah (SMP) se-Kaupaten Kupang berkumpul untuk mendapatkan bimbingan persiapan tiga kali di Oelamasi, ibukota Kabupaten Kupang yang dikenal dengan sebutan Civic Centre (pusat layanan pemerintahan sipil).
Pada tanggal 8 Agustus 2016 kami bertemu dengan Gubernur NTT, Bapak Frans Leburaya. Ia melepas keberangkatan kontingen provinsi NTT dengan pesan agar kami dapat membawa nama baik provinsi NTT, menjaga kesehatan dan terutama menjalin persahabatan antarsesama rekan pramuka se-NTT dan se-Indoensia. Ini pesan penting.
Akhirnya dengan menggunakan penerbangan komersil kami diberangkatkan ke Cibubur-Jakarta dalam dua kloter (kelompok terbang). Ketika tiba di sana, mula-mula aku berbangga dapat menginjakkan kaki di tanah Jawa (untuk kedua kalinya. Pertama kali aku ke Surabaya bersama orang tuaku dan adikku, tahun 2011). Selanjutnya kami diangkut dengan bus pariwisata ke lokasi Jamnas. Aku masih sempat bersama-sama teman-teman membangun kemah. Sayang sekali, kemudian aku jatuh sakit.
Aku diantarkan ke RS Kementerian Pemuda dan Olahraga. Ayahku menerima kabar itu dan mengirim nomor kartu asuransi kesehatan yang tidak aku bawa serta. Sakit yang saya alami menurut dokter, aku alergi kulit ketika berada di lokasi. Mungkin karena penyesuaian udara dan air mandi. Singkat cerita aku akhirnya tidak dapat mengikuti kegiatan Jamnas secara keseluruhan. Aku berbaring saja di RS, sampai saudara sepupuku yang sedang studi (Magister) di Bandung membezukku. Ia mendapatkan izin dari dokter untuk membawa aku keluar dari RS. Aku akhirnya dapat melihat kota Bandung dengan beberapa objek wisata sejarah seperti: Gedung Sate, Tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika dan beberapa tempat lainnya.
Sebelum penutupan Jamnas, kakak Pembina dan beberapa teman menjemputku di Bandung. Bersama kakak sepupuku kami berteman untuk berbelanja apa yang kira-kira dianggap perlu sebagai oleh-oleh dari mengikuti kegiatan Jamnas.
Aku dan rekan-rekanku akhirnya kembali ke Kupang dengan dua kloter pula. Aku mendapat kesempatan terbang dengan Garuda Indonesia. Sangat menyenangkan. Aku dijemput orang tuaku pada tengah malam tanggal 23 Agustus 2016. Satu hal menarik, aku diberi topi asli dari Papua. Topi ini, rumbai-rumbainya adalah anyaman bulu burung (mungkin kasuari, menurut ayahku). Begitulah kisahku mengikuti Jamnas Pramuka Penggalang. Semoga bermanfaat. Harapanku, bila masih aktif sebagai anggota pramuka, aku ingin mengikuti kegiatan serupa untuk tingkat Pandega. Doakan!
(disarikan dari sumber: Anselans Petervi)