Amarasi-infontt.com,- Kalimat pada judul ini diucapkan oleh Pdt. Erna Manafe-Saudale, S.Th di Jemaat Imanuel Kot-Koto’ pada tanggal 12 Desember 2015 pada saat penutupan Sidang Klasis Amarasi Timur ke XIX. Setelah bergelut dengan pergumulan pelayanan sejak menjadi Koordinator Pelayanan Wilayah Klasis (KPWK) 2007-2011, dan Ketua Majelis Klasis (KMK) 2011-2015.
Satu kesan yang mendalam dikemas dan disampaikan dalam satu kalimat pendek. Ibu Erna, begitu warga jemaat di lingkup Klasis Amarasi Timur menyapanya. Sederhana dan akrab. Berkeliling melayani di Klasis Amarasi Timur dalam rentang waktu 2 periode kepemimpinan 2007-2011 sebagai KPWK dan 2011-2015 sebagai Ketua Majelis Klasis. Tugas itu diterimanya sebagai tanggung jawab iman. Ia bergumul bersama Jemaat-jemaat dalam lingkup Klasis Amarasi Timur dalam segala suka dan dukanya. Mendaki bukit, menuruni lereng, dan melewati jalan rata dalam wilayah pelayanan yang meliputi 3 kecamatan: Amarasi, Amarasi Selatan dan Amarasi Timur. Empat puluh empat mata jemaat telah habis dikunjunginya. Ia tidak sekedar mengunjungi dan melakukan kebaktian bersama. Ia juga melakukan penggembalaan/pastoral, pembinaan majelis jemaat, pembinaan warga jemaat, dan berbagai kegiatan lainnya, di luar wilayah klasis. Semua itu dilakukannya dalam ketabahan sebagai seorang hamba. Seorang hamba tidak lebih dari tuannya.
Ia menganalogikan wilayah pelayanannya sebagai satu unit kendaraan. Kendaraan itu ditumpangi 44 orang dengan karakter yang beragam. Sopir utamanya adalah Ketua Majelis Klasis dan para Ketua Majelis Jemaat ex officio anggota Majelis Klasis adalah para kondekturnya. Sebagai sopir ia tidak langsung tancap gas. Ia harus menunggu agar bersama konjak (kondektur) menyelesaikan kerja dan sang konjak memberi aba-aba bahwa sudah boleh berangkat. Itupun sang konjak sudah harus berada di dalam kendaraan.
Analogi sebagaimana disebutkan itu dipakai oleh majelis ketua persidangan klasis Amarasi Timur dalam kata pengantar sebelum pemilihan Majelis Klasis periode 2015-2019. Satu unit kendaraan (oto) dapat saja berlari kencang. Sebagaimana kondisi sekarang ini, sebagian jalan sudah beraspal, maka bisa jadi ia mulus berlari. Walau masih ada pula jalan berlubang dimana ia harus mengurangi kecepatan, atau harus memutar-mutar setir untuk menghindari sesuatu, memasang mata awas untuk tidak menabrak orang dan kendaraan lain. Kendaraan itu pula sewaktu-waktu bisa saja mengalami kecelakaan, maka bertolong-tolonganlah.
Pemilik kendaraan yaitu Kristus Yesus. Ia pasti senang jika kendaraan-Nya dirawat baik-baik oleh semua pemangku kepentingan. Sopir, konjak, penumpang. Saling bertolong-tolonganlah agar kendaraan itu akan tetap awet. Perhatikan segala onderdilnya untuk diminyaki, diganti bila sudah aus dimakan waktu, dan lain-lain, juga boleh jadi untuk menaruh aksesori menarik, maka ketika kendaraan itu melewati jalan, orang lain akan berdecak kagum, karena deru mesin yang tenang, loadingnya sarat, penumpang dan para kondektur tersenyum ceria dan bahkan bercanda di dalamnya. (roni).
Konjak = kondektur jakarta
penyebutan yang benar adalah kondektur/kenek
Trims
deal, umumnya orang di daratan Timor menyebut konjak. trima kasih sekali untuk perhatiannya. silakan trus berada di link infontt.com