Merdeka!!
Wahai anak bangsa,
Sudahkah kamu menikmati alam kemerdekaan?
Pekik merdeka telah terdengar.
Merdeka!
Sekali lagi:
Merdeka!
Merdeka!
Gegap gempita merdeka telah teralami.
Merdeka sebagai bangsa sudah terjadi.
Merdeka sebagai kaum sudah nyata.
Tapi…
Apakah kita benar-benar telah merdeka?
Sesungguhnya kita belum merdeka secara utuh!
Ada anak bangsa terpinggirkan.
Ada suku bangsa di negeri merdeka terabaikan.
Ada pilah membelah negeri merdeka.
Ada kawasan barat dan kawasan timur.
Ada daerah makmur, subur nan kaya digerus.
Ada daerah miskin bertadah tangan,
sementara para politisi berbuih bibir dalam pidato berapi-api.
Ada golongan penganut kepercayaan dan agama terjepit,
tapi para pemimpinnya berjabat tangan mesra.
Ada duka dalam bencana,
namun para penjarah berdasi berlagak penolong,
berhati orang Samaria.
Ada pergantian pemimpin negeri secara demokratis.
Kebingunan dan taka’nana’
Kecemasan, keresahan dan ansao abatis
menghantui warga negeri merdeka.
berbarengan dengan pesta kemenangan.
Pembesar bertubuh atletis,
menggemaskan dalam pandangan.
Ketika berujar tercenganglah pendengar.
Birokrat necis berpeci.
Berharap licin dan lancar aliran darah.
Sayangnya masih ada bersifat parut kelapa,
Berampas di parut, bersisa di tangan.
Inikah nilai kemerdekaan?
Nantikan harimu anak bangsa.
Engkau terselatan di haa’nua’.
Mungkin angin sorga berhembus perlahan,
Namun jangan menghantu malam.
Anggur merah meronakan wajah,
meng-arangkan gedung menyisakan soal tak berjawaban,
Si kaki empat merk paron rindu menyebrang laut,
sayang jumlahnya tak menentu.
Tapi…
Biarlah terjadi, agar ada rasa merdeka,
pada mereka yang menanti kemerdekaan.
Ditulis dan dibacakan di Tuatuka’-Buraen, 17 Agustus 2014; Heronimus Bani
Mantap pak Roni..
terima kasih sudah singgah di sini