Amarasi-infontt.com,- Salah satu tanaman pakan ternak yang diunggulkan masyarakat di pulau Timor adalah lantoro. Kita bisa menemukan tanaman ini dimana saja, salah satu tempat yakni, pulau Timor. Masyarakat suku Timor (atoin meto’ di Amarasi Raya) biasa menyebutnya hau fua mnutu’ atau hau noo mnutu’ (pohon biji halus atau pohon daun halus). Lantoro juga mempunyai peran penting bagi kebutuhan masyarakat Timor, khususnya untuk makanan ternak. lantoro bisa kita jumpai seluruh daerah yang ada di pulau Timor.
Salah satu daerah di Pulau Timor yang banyak ditumbuhi Lantoro yaitu Amarasi Raya. Daerah ini sangat terkenal juga dalam hal peternakan, khususnya ternak sapi. Cara memelihara ialah, sapi diikat terus diberi pakan dengan daun Lantoro. Cara ini diterapkan masyarakat Amarasi Raya dengan tujuan agar pertumbuhan sapi bisa maksimal dan mencapai target. Masyarakat biasanya menyebut cara pemeliharaan ini dengan sebutan paron.
Konsep paron pada mulanya adalah sebagai berikut. Seorang pemilik ternak sapi memberikan sapinya untuk dipelihara oleh orang lain. Mereka bersepakat untuk membagi hasil ketika sapi laku terjual. Keuntungan dari penjualan sapi itu dibagi secara merata antara pemilik dan pemelihara. Sebelumnya pemilik mengambil modal awal pembelian sapi. Contoh. Seekor Sapi Bali jantan dibeli dengan harga Rp1.000.000,-. Sapi tersebut diserahkan kepada peternak untuk dipelihara dalam jangka waktu minimal 6 bulan sampai setahun. Andaikan sapi itu terjual dengan harga Rp 3.000.000, maka pemilik mengambil modalnya sebesar Rp 1.000.000,- Sisanya Rp 2.000.000,- menjadi bagian dari pemilik dan peternak secara sama besar. Ini yang disebut paroh atau paron. Sistem paronisasi yang terkenal di Amarasi Raya pada tahun 1950-an menganut pola tersebut. Sejak 1970-an paronisasi tetap dipertahankan sampai hari ini dengan pola berbeda. Sapi yang dipelihara ditambat dalam kadang sempit (terjepit) sehingga ia tidak mempunyai ruang gerak. Dengan begitu sapi tersebut hidup hanya untuk makan dan minum. Peternaknya yang kewalahan mencari pakan tanpa mengenal cuaca panas atau dingin. Itulah sebabnya konsep paron berubah menjadi sistem peternakan. Padahal, konsep awalnya adalah pembagian hasil secara merata.
Masyarakat Amarasi Raya selain menanam Lantoro, juga menanam tanaman pakan ternak seperti turi (gala-gala), rumput gajah, dan raja rumput (king grass). Dewasa ini tanaman pakan ternak yang lain adalah gamel. Sewaktu-waktu sapi-sapi yang ditambat diberi pakan berupa putak.
Selain tanaman-tanaman seperti itu, orang juga menanam pisang. Guna batang pisang sebagai pakan, sekaligus pengganti air minum. Fungsi lain dari memberi batang pisang adalah untuk menghaluskan kulit bulu sapi. Perhatikan sapi-sapi yang keluar dari Amarasi Raya, nampak warna bulunya mengkilat terkena cahaya matahari, licin dan berlemak. Itu hasil perpaduan pakan antara Lantoro, batang pisang, dan air minum bergaram.
Lantoro pernah mengharumkan nama Amarasi Raya. Pada tahun 1970-an Amarasi Raya mengekspor biji Lantoro. Pemerintah mengambil biji Lantoro untuk ditanam di tempat lain. Sayangnya pada akhir tahun 1980-an hama kutu loncat menghabisi Lantoro. Hutan Lantoro yang dimiliki masyarakat Amarasi Raya yang sejauh mata memandang berwarna hijau, berubah menjadi warna kelabu dan merah. Pemerintah melakukan penyemporotan, namun tidak sampai menyelesaikan masalah. Lantoro produk lama yang disebut pates diganti dengan Lantoro produk baru yang disebut Lantoro gung. Sekalipun Lantoro gung juga tidak tahan terhadap hama kutu loncat, namun ada keuntungan pada masyarakat karena batang pohonnya yang besar. Ketika dipangkas, ia akan bertunas baru dan semakin rimbun. Maka tertolonglah peternak Amarasi Raya dengan tanaman yang sudah menjadi primadona.
Dewasa ini, Lantoro masih terus ditanam sebagai pakan ternak sapi yang primadona. Sementara petani-peternak di Amarasi Raya bertambah banyak. Lahan untuk menanam pun semakin berkurang. Maka, tindakan pencurian pun dilakukan. Pemilik lahan yang menanam Lantoro menjual Lantoro, tapi juga dicuri oleh mereka yang tidak bertanggung jawab dalam usaha memelihara sapi dengan sistem yang disebut paron itu.
Menanam lantoro sebenarnya bermanfaat pula untuk menjaga kesuburan tanah. Daun lantoro akan gugur pada musim panas. Bila dalam jumlah besar, suatu area akan ditimbuni gugurna daun lantoro sehingga akan menghasilkan humus yang tebal. Menanam lantoro sebaiknya pada musim hujan, ditanam bersama-sama dengan tanaman palawija, bila suatu area ladang hendak dijadikan tempat penanaman pakan ternak.(Rives)