Amarasi-infontt.com,- Kisah guru selalu menarik ditelisik, apalagi jika mereka mengabdi di pelosok desa. Mengajar generasi penerus bangsa di pedalaman Nusantara pun membuahkan pengalaman manis dan getir.
Pengalaman panjang ini dirasakan Korinus Nofninu. Sebagai guru, dia sempat mengajar di SD Negeri Rinin, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tempat pengabdiannya tersebut merupakan salah satu kawasan pedalaman Kabupaten Kupang.
“Banyak pengalaman sedih, apalagi waktu itu di pedalaman fasilitas sangat kurang, semua serba kurang. Jadi jangan heran jika untuk makanan empat sehat dan lima sempurna hanya mimpi sebulan sekali,” ungkapnya tersenyum kepada infontt.com(12/7) di kediamannya, Desa Tunbaun.
Saat mengajar di sana (SD Negeri Rinin, Korinus menempati rumah tua yang merupakan perumahan guru berusia lebih dari 25 tahun. Dulu, pemerintah memang menyediakan perumahan bagi guru yang ditugaskan di penjuru Nusantara.
Sementara itu, fasilitas sekolah juga apa adanya. Korinus menyebut, semua serba terbatas. Bangunan sekolah tidaklah permanen. Bahkan, pernah sekali waktu musim hujan gedung sekolah roboh diterpa angin dan hujan.
“Waktu itu saya sudah pulang ke rumah dinas, selang beberapa jam kemudian, datang salah satu warga memberitahu bahwa gedung sekolah sudah rata dengan tanah, Ya maklum waktu itu cuman bangunan darurat saja,dari benak dan atapnya daun gelang,” jelasnya.
Meski demikian, bapak lima orang anak ini tetap semangat mengajar. Dan setelah menyelesaikan masa baktinya di SD Negeri Rinin, Korinus kini mengajar di SD dan SMP Satap Tubuk, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, dan jarak dari kediamannya ke sekolah sekarang lebih dekat.
Di tempat barunya ini, Korinus menjabat sebagai Kepala Sekolah SD dan SMP. Namun, fasilitas belajar juga dinilainya masih kurang untuk memenuhi kebutuhan para muridnya yang cukup cerdas.
Korinus menambahkan, saat ini memang diperlukan perhatian serius tidak saja oleh pemerintah tetapi juga dari orangtua dan para guru.
Bahkan akan ada pembentukan karakter dan pengalaman jika guru guru berani mengabdi di desa.
“Perhatian harus dari berbagai pihak, karena bagaimana pun anak-anak adalah masa depan Kabupaten Kupang. Kalau mereka diabaikan, maka masa depan Kabupaten Kupang juga akan terabaikan,” pungkasnya.(Chris Bani)